Selasa, 13 Mei 2014

Komandan Kancil di palagan Timor

Komandan Kancil di palagan Timor
Malam itu Prabowo Subianto mengumpulkan seluruh anak buahnya. Dia sadar prajuritnya resah lantaran selentingan beredar dia bakal ditarik ke Jakarta buat mengikuti sekolah lanjutan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

"Saya tahu kalian sudah dengar saya mau sekolah, tapi saya tidak akan pulang. Biar adik-adik saya sekolah dulu tidak apa-apa," begitu kata Kapten Infanteri Prabowo Subianto kepada prajuritnya dari Satuan Penanggulangan Teror 81 Komando Pasukan Khusus saat menjalani operasi militer di Timor Timur pada 1983. Prabowo ketika itu mendapat panggilan untuk mengikuti sekolah lanjutan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat buat naik pangkat menjadi mayor.

Dia menolak panggilan sekolah itu demi menyelesaikan misi di wilayah bekas jajahan Portugis itu. "Biar saya selesaikan tugas saya dulu. Yang mau pulang di kanan saya, yang mau tugas ke belakang saya," ujar Prabowo kepada seluruh anak buahnya.

Sontak suasana malam itu menjadi hening. Tanpa berpikir panjang, seorang anggota pasukannya berlari ke belakang Prabowo. Dia memilih bertahan untuk memerangi milisi Fretilin. Langkah itu diikuti prajurit lainnya. Semua anak buah Prabowo memilih setia mengikuti sang komandan.

"Komandan mau Selapa, berarti kita pulang," ujar seorang sumber Selasa pekan lalu saat ditemui merdeka.com di sebuah hotel di bilangan Cikini, Jakarta Pusat.

Dikenal berotak encer, karier Prabowo sebagai tentara moncer. Dia diberhentikan secara hormat dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Putra dari bengawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini kini bertarung lagi dalam pemilihan presiden dua bulan mendatang.

Bagi mantan anak buahnya selama bertugas di Timor Timur, Prabowo dikenal sebagai komandan tegas dan selalu memikirkan kesejahteraan prajuritnya. Bahkan dia selalu ada di barisan depan bersama serdadunya. Prabowo tidak pernah meninggalkan pasukannya di medan perang. Panggilannya di radio komunikasi dikenal dengan sebutan Kancil. "Dia selalu ada di posisi paling bahaya," tuturnya.

Hashim Djojohadikusumo mengakui awalnya keluarga tidak merestui kakaknya terjun menjadi tentara. Ayahnya berkehendak lain. Dia ingin Prabowo meneruskan sekolah hingga sarjana di luar negeri.

Namun langkah diambil Prabowo untuk sekolah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) - sekarang berganti nama menjadi Akademi Militer - di Magelang, Jawa Tengah, sudah bulat. Sebagai bukti, Prabowo menjadi lulusan terbaik pada 1974. "Awalnya keluarga tidak merestui," kata Hashim kepada merdeka.com Jumat pekan lalu di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya.

Penghasilan prajurit saat itu pas-pasan. Apalagi untuk membantu keluarga, terbilang sulit. Sumber yang sama bercerita seorang anak buah Prabowo pernah membeli radio buat hiburan dirinya di barak.

Prabowo marah mengetahui hal itu. Dia menyuruh radio itu diberikan kepada keluarganya. Sebagai ganti, dia membelikan televisi berikut radio untuk semua anak buahnya di barak. "Saya ingat waktu zaman saya, pulang tugas kita beli radio. Beliau bilang, 'Sudahlah itu kamu kasihkan ke orang tua'," kata sumber itu.

Bahkan saat hendak bertugas ke Timor Timur, seluruh anak buahnya disuruh melengkapi kekurangan kebutuhan pribadi di Koperasi. Semua dibayar lunas tanpa memotong gaji mereka.

Pesan Prabowo hingga kini masih disimpan dalam-dalam oleh anak buahnya. "Saya nggak mungkin kasih uang, nggak mungkin kasih beras, maka saya berikan nama baik. Itu beliau pesan ke para prajurit," ujarnya mengingat.


 Hikayat singkong, rebung, dan cokelat

Hikayat singkong, rebung, dan cokelat
Meski sedang bertugas di medan perang, Prabowo Subianto tidak pernah berhenti membaca buku. Saban malam dia membaca buku-buku dia bawa.

Kebiasaan membaca ini membuat Prabowo memiliki pengetahuan luas, termasuk soal strategi perang dan menjadi pemimpin bagus. Dia kerap melontarkan ide-ide cemerlang dan inovatif.

Mulai dari teropong malam, cokelat, dan vitamin penambah tenaga dia siapkan untuk pasukannya. Perlengkapan itu dibeli dari dana pribadi Prabowo. "Dulu di TNI belum ada teropong malam, tapi Pak Prabowo sudah memakai itu," kata seorang sumber saat ditemui merdeka.com Selasa pekan lalu di sebuah hotel di Cikini, Jakarta Pusat. Bahkan Prabowo mempersiapkan pakaian perlengkapannya sendiri. Dia membeli kebutuhan perlengkapannya memakai kocek sendiri.

Bukan hal mengejutkan ketika itu gaji tentara pas-pasan. Namun Prabowo selalu berusaha agar para prajuritnya semangat menjalani hidup. Meski lahir dari keluarga kaya, dia memilih mengabdi sebagai serdadu. Dia tidak pernah sekalipun menjual nama besar ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo, untuk mengerek karier militernya.

Kepribadian ini begitu berkesan di mata anak buahnya sampai sekarang. Mereka masih ingat pesan Prabowo. "Saya nggak mungkin kasih uang, nggak mungkin kasih beras, maka saya berikan nama baik kepada keluarga," ujar sumber yang sama.

Bagi kalangan mantan prajurit Perang Timor Timur, Prabowo memang dikenal apa adanya. Dia kerap makan di kantin dan berpergian dengan mobil dinas jeep milik Angkatan Darat. Tak pernah sekalipun Prabowo datang dengan mobil pribadi.

Cerita mengesankan datang saat Prabowo masih memimpin Komando Pasukan Khusus bertempur di Timor Timur. Selama sepekan Prabowo dan pasukannya tidak mendapatkan pasokan makanan lantaran memasuki daerah rawan. Helikopter tidak berani mendarat. Dari sana, kebersamaan dengan prajurit diingat hingga saat ini.

Dalam keadaan tanpa makanan, Prabowo bersama pasukannya tetap bertahan hidup. Dengan mengandalkan singkong dan rebung, pasukannya terus mengejar milisi Fretilin. "Seminggu kita nggak makan, hanya makan singkong dan rebung. Beliau selalu ada bersama kita," tutur sumber itu.

Bagi anak buahnya, Prabowo selalu memberikan yang terbaik. Sebagai contoh, saat akan memulangkan pasukannya dari Timor Timur usai Operasi nanggala 28, Prabowo langsung meminta agar diangkut dengan pesawat Herkules. Padahal saat itu bala tentara lain kembali ke Jakarta naik kapal. "Malamnya barang-barang diangkut ke kapal dan kita naik Herkules," katanya.

Selain fasilitas agar prajuritnya tidak memikirkan selama bertugas, Prabowo menghargai kerja bawahannya. Dia tidak menghalangi untuk mempromosikan anak buahnya ikut sekolah perwira. Jadi jangan heran jika di masa kepemimpinannya, Prabowo dikenal sebagai komandan paling digandrungi. "Dia tidak pernah melarang kita untuk sekolah," ujarnya.

Selalu di depan dan perhatian

Selalu di depan dan perhatian

Bagi mantan anak buahnya Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto dikenal gigih menjalani tugas sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Tidak hanya itu, semasa menjadi tentara di Komando Pasukan Khusus Prabowo dikenal sebagai komandan perhatian terhadap kesejahteraan anggota pasukannya.

Bahkan dia berani pasang badan untuk anak buahnya di medan perang. Seorang sumber merdeka.com bercerita Prabowo dikenal pemberani dan berjiwa nasionalis tinggi. "Dia heroik, selalu ada di pasukan paling membahayakan. Begitu komandan sepatutnya," ujar sumber itu Selasa pekan lalu saat ditemui di sebuah hotel di Cikini, Jakarta Pusat.

Dia mengatakan Prabowo selalu memikirkan kesejahteraan anak buahnya. "Beliau tidak ingin anggota ini sengsara karena kurang dukungan. Kalau keadaan perlu sesuatu dia selalu mengusahakan," ujarnya.

Ada cerita menarik soal kepemimpinan Prabowo di palagan. Dalam keadaan darurat memburu pasukan Fretilin di hutan Timor-Timur, Prabowo masih sempat memberi pelajaran bahasa Inggris kepada anak buahnya. Dia kerap menceritakan hadis nabi soal peperangan buat menjaga semangat prajuritnya. "Setiap malam diajarin bahasa Inggris," tuturnya.

Kegigihan Prabowo menjadi tentara boleh dibilang bukan isapan jempol. Bukti nyata keberhasilannya tercatat saat pertama kali turun di Timor Timur. Bersama pasukannya dalam Operasi Nanggala 28, Prabowo berhasil menewaskan pemimpin Fretilin Nicolau Lobato.

Pertempuran itu dilakukan saat Prabowo berpangkat letnan satu. Upaya damai gagal membuat Prabowo kembali diterjunkan ke medan tempur Timor Timur. Dengan pangkat kapten, Prabowo melakukan gencatan senjata hingga masuk hutan.

Sebelum melakukan tugas, ada ritual dilakukan Prabowo dan pasukannya. Dia kerap berdoa dan mencium bendera merah putih. "H-1 sebelum berangkat kita dikumpulkan, di sana ada upacara salah satunya memberi motivasi dan kemudian mencium bendera," kata sumber yang sama.

Mantan anak buah Prabowo dalam operasi tempur 1986-1989 membenarkan cerita soal kepahlawanan Prabowo. Dia mengatakan Prabowo memang dikenal sebagai komandan pemberani. Dia tidak menyangkal semasa dipimpin Prabowo kesejahteraan prajurit benar-benar terjamin.

Bukti nyata keberadaan Prabowo selalu hadir di tengah para prajuritnya juga diakui. Meski pangkatnya jauh di atas para prajuritnya, namun Prabowo selalu hadir di tengah pasukannya untuk ikut berperang. "Ada kalanya rasa takut menjadi hilang," kata anak buah Prabowo berpangkat mayor saat ditemui Jumat pekan lalu.

Jenderal 08 di teras Kopassus

 Jenderal 08 di teras Kopassus

Operasi Seroja. Begitu sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur. Operasi itu dimulai sejak 7 Desember 1975. Indonesia menyerbu Timor Timur karena ada desakan dari Amerika Serikat dan Australia. Hal itu dilakukan agar Fretilin dengan paham komunisme tidak berkuasa di sana.

Selain itu, serbuan dilakukan lantaran sebagian rakyat Timor Timur ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah. Invasi itu melahirkan beberapa operasi dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat salah satunya Nanggala. Prabowo Subianto terlibat dalam Operasi Nanggala 28.

Kedatangan Komando Pasukan Khusus dipimpin Prabowo bertujuan memburu Nicolau dos Reis Lobato atau dikenal dengan nama Nicolau Lobato. Dia adalah pendiri dan wakil ketua ASDT, partai kemudian berubah nama menjadi Fretilin. Nicolau Lobato diangkat menjadi perdana menteri pertama Timor Timur setelah wilayah itu lepas dari penjajahan Portugis.

Nicolau Lobato saat itu memimpin Fretilin dan bergerak ke arah selatan. Letnan Satu Prabowo mendapat laporan kemudian diteruskan kepada Komandan Batalion Mayor Yunus Yosfiah. Formasi dibentuk. Tim Nanggala 28 dikomandoi Prabowo menyerang dari sisi utara. Sedangkan Batalion Infanteri 700 dan Batalion Infanteri 401 menyerbu dari sebelah timur. Sebagai ujung tombak penyerangan dilakukan Batalion Infanteri 744.

"Awalnya kita tangkap adiknya dulu Antonio Lobato, dari sana kita suruh untuk mencari jejak Nicolau Lobato," kata seorang sumber saat ditemui merdeka.com Selasa pekan lalu di sebuah hotel di Cikini, Jakarta Pusat.

Rupanya Nicolau Lobato menolak menyerah. Dia memerintahkan pasukannya terus melawan anak buah Prabowo. Baku tembak itu menewaskan banyak anggota Fretilin, termasuk Nicolau Lobato. Dia terbunuh dengan luka tembak di perut.

"Kita nggak tahu yang mana Nicolau Lobato," ujar sumber itu. Dalam operasi tu, Prabowo dikenal dalam radio komunikasi dengan sebutan Kancil.

Pada 1983 Prabowo dikirim kembali membawa pasukan Satuan Penanggulangan Teror 81 Komando Pasukan Khusus. Berpangkat kapten, Prabowo bertugas memburu anggota Fretilin lantaran kedua pihak gagal berdamai. Dia menyebut misi itu dengan nama sandi Bravo. "Dia sudah pakai gaya-gaya Amerika," tutur sumber yang sama.

Ketika masih menjadi Wakil Komandan Jenderal Pasukan Khusus, nama sandi radio untuk Prabowo adalah 08. Sedangkan 09 dipakai oleh Komandan Kopassus Luhut Binsar Panjaitan. Nama sandi 08 tetap dipertahankan meski dia naik jabatan menggantikan Luhut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar