Sabtu, 17 Mei 2014

CIIA: "Teroris Lamongan", Proyek Kontra Terorisme

 Penangkapan Terduga Teroris (ilstrsi)

Penangkapan terduga teroris Ramuji alias Kapten, oleh aparat Detasemen Khusus Antiteror Polri (Densus 88), sarat dengan aroma rekayasa. Penangkapan itu untuk kepentingan proyek kontraterorisme yang banyak kehilangan momentum.
Pendapat itu disampaikan Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, kepada intelijen (15/05). “Ramuji ditangkap hanya berdasarkan dugaan dan perkiraan intelijen. Dan analisa saya, alasan atau argumen dasar penangkapan Ramuji ini adalah narasi yang dibuat-buat. Sarat aroma rekayasa,” tegas Harits.
Menurut Harits, penangkapan terduga teroris di Lawanga, Poso, sebelumnya dengan penangkapan Ramuji dua peristiwa yang terpisah, tetapi saling dikaitkan dengan muara yang sama. Yakni kelompok Santoso, serta cerita tentang ancaman ‘teroris’ terhadap Pilpres 2014.
Harist mengungkapkan, berdasarkan penelusuran yang dilakukan CIIA, Ramuji hanya seorang kuli bongkar ikan di Brondong, Paciran, Lamongan. Menurut kolega, Ramuji tidak pernah kemana-kemana,  apalagi pergi jauh luar pulau.
“Kawan-kawan Ramuji sangat heran dengan tuduhan Ramuji pernah ikut pelatihan di Poso untuk merakit bom dan kemudian juga menjadi kurir kelompok Santoso. Bahkan yang lebih mengagetkan adalah tuduhan Ramuji akan melakukan bom bunuh diri di Pilpres Juli mendatang,” ungkap Harits.
Terkait bom Poso, Februari 2014, kata Harist, dua orang yang ditangkap dan menjadi tertuduh, Paimin alias Ade dan Ardi, dituduh sebagai produk pelatihan yang dikendalikan Santoso cs. Di sisi lain, rencana bom bunuh diri Ramuji juga dituduh sebagai hasil pelatihan Santoso di pegunungan Poso.
Harist juga menyebutkan, ledakan bom di Desa Pantangolemba, Poso Pesisir Selatan (25/02/2014), sangat mungkin adalah rekayasa belaka.  Apalagi sebelumnya, sebelum ledakan sudah ditemukan  rangkaian bom di depan bangunan  Baruga Adat Desa Pantangolemba yang kemudian diekpos oleh pihak kepolisian setempat.
Alasan Harist, berdasarkan keterangan Datodaga, seorang petani merangkap Bendahara Desa Patanggolemba yang beragama Nasrani (Kristen) dari Suku Pamona, sebelum ditemukan benda yang mencurigakan dan peristiwa ledakan bom di malam harinya, Datodaga sempat bertemu dan berkomunikasi dengan seorang tidak dikenal (OTK). OTK bertanya arah jalan ke Padanglembara.
“Sekitar pukul 15.40 Wita, OTK ini terlihat meluncur dari arah TKP di mana bom meledak menuju ke arah Poso. Dan OTK tersebut  ada  warga yang menyaksikan singgah di rumah salah satu anggota Brimob yang ada di Desa Pantangolemba,” ungkap Harits.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar