Jumat, 28 November 2014

PENJAGA PERBATASAN NKRI

Di tengah riuhnya perbincangan alutsista yang dimiliki oleh negara dan potensi konflik kawasan yang sering kali naik turun temperaturnya, terkadang berita penempatan dan Pergeseran Pasukan (SERPAS) yang bertugas menjaga Perbatasan NKRI, tenggelam dan terlewatkan.
Prajurit TNI AD Batalyon Infanteri 405/Surya Kusuma Kodam IV/Diponegoro yang akan bertugas di perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan Utara menggunakan KRI Tanjung Nusanive 12-08-2014. (Antara/rekotomo/analisadaily doc).
Prajurit TNI AD Batalyon Infanteri 405/Surya Kusuma Kodam IV/Diponegoro yang akan bertugas di perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan Utara menggunakan KRI Tanjung Nusanive 12-08-2014. (Antara/rekotomo/analisadaily doc).

Dengan rata-rata durasi penempatan selama sembilan bulan, para prajurit secara bergantian bertugas menjaga perbatasan. Dalam menjalankan tugas ini, para personil meninggalkan keluarganya dengan risiko di tempat dinas terkena: Demam Berdarah, Desentri, Penyakit Endemik lainnya hingga Malaria. Pasukan yang tidak dibekali obat-obatan dan pengetahuan tentang Malaria pada khususnya dapat menyebabkan meninggalnya personil tersebut. Seperti pada kejadian Insiden Penembakan Timika 1996 dimana pada tanggal 15 April 1996 seorang anggota Kopassus, Letnan Dua Sanurip menembak mati 16 orang (3 perwira Kopassus, 8 perwira ABRI, 5 warga sipil termasuk pilot Airfast Michael Findlay dari Selandia Baru) dan melukai 11 orang. Diduga Letnan Sanurip sedang menderita depresi atau malaria menjadi pemicu insiden dimaksud dan pada akhirnya Letda Sanurip dijatuhi hukuman mati pada 23 April 1997.
Pos Penjagaan di desa Muara Tami (Perbatasan RI_PNG), Ayoeng.doc
Pos Penjagaan di desa Muara Tami (Perbatasan RI_PNG), Ayoeng.doc

Sekalipun berdinas dalam situasi damai namun menjaga perbatasan terlebih berada di Jalan Tikus tentulah memiliki tantangan tersendiri. Kondisi terkucil, terisolasi, jauh dari pasar bahkan kampung penduduk, sumber makanan terbatas, Sanitary yang tidak memadai, lemah atau bahkan tidak adanya sinyal dari operator selular menciptakan tekanan psikologis tersendiri. Seringkali kunjungan dari warga Indonesia terlebih yang berasal dari satu daerah di pos penjagaan merupakan hiburan tersendiri karena adanya kedekatan dengan masyarakat dimaksud seolah menjadi obat penghilang rasa kangen akan kampung halaman para perajurit penjaga perbatasan.
Pos Penjagaan Perbatasan RI (Merauke-Sota) – PNG, Ayoeng.doc
Pos Penjagaan Perbatasan RI (Merauke-Sota) – PNG, Ayoeng.doc
Pos Penjagaan Militer di Wamena, Ayoeng.doc
Pos Penjagaan Militer di Wamena, Ayoeng.doc
Pasukan di Pegunungan Wamena, Ayoeng.doc
Pasukan di Pegunungan Wamena, Ayoeng.doc
Patok Perbatasan NKRI (Merauke-Sota) – PNG, bersama Aiptu Ma’ruf, Ayoeng.Doc
Patok Perbatasan NKRI (Merauke-Sota) – PNG, bersama Aiptu Ma’ruf, Ayoeng.Doc

Untuk menjaga rasa bosan dan juga merupakan bentuk kecintaannya akan NKRI, Aiptu Ma’ruf dengan dukungan materiil yang minim berusaha memajukan pos perbatasan dengan mendirikan semacam tempat singgah dan memelihara taman. Tempat singgah inilah yang menjadi cikal bakal pos perbatasan di Distrik Sota, Kabupaten Merauke yang menjadi ramai dikunjungi wisatawan hingga saat ini. Untuk mendukung Kekuatan Pertahanan di Perbatasan/Teras NKRI maka hendaknya perlu mendapat dukungan dan perhatian lebih baik dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dan khususnya Mabes TNI dan POLRI untuk lebih meningkatkan kesejahteraan prajurit, Sanitasi termasuk fasilitas Kesehatan, dukungan Pendidikan/Sekolah di perbatasan, disamping tentunya perkuatan Markas Militer, Helipad dan Alutsista yang mumpuni.
Pos Perbatasan di distrik Sota Kabupaten Merauke, Ayoeng.doc
Pos Perbatasan di distrik Sota Kabupaten Merauke, Ayoeng.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar