Rabu, 05 November 2014

Kopassus Style: Senyum, Sapa dan Salaman

Pen-KopassusDanjenDoni
Senyum, Sapa dan Salaman merupakan Kopassus Style yang di canangkan Danjen Kopassus kepada seluruh Prajurit Baret Merah. Ini tdk akan merubah profesionalisme seorang prajurit Komando, sebaliknya dengan simpati dan dukungan rakyat, korps baret merah akan semakin meningkatkan pengabdiannya kepada Bangsa Dan Negara, demikian jawaban Mayjen Doni Munardo atas pertanyaan beberapa Pemred kepada beliau pada kesempatan tatap muka Danjen dengan beberapa Pemimpin Redaksi media cetak, elektronik, online dan televisi, di Markas Kopassus, Cijantung.
Mayjen Doni memaparkan makna filosofi Senyum, Sapa dan Salaman secara gamblang bahwa seorang prajurit bila bertemu dengan masyarakat, maka sejogjanya diawali dengan senyuman ramah, bila dibalas dengan senyuman pula maka lanjutkan dengan menyapa,” Halo, apa kabar?”, bila sapaan tersebut juga disambut dengan persahabatan, maka lanjutkan dengan salaman, disitulah terjadi interaksi dalam hubungan kebatinan dan persahabatan.
Ditegaskan pula, saat ini bukan lagi masanya seorang prajurit yang dipelototin oleh seseorang lantas menunjukkan sikap garang. Mungkin saja orang tersebut justru kagum terhadap penampilan prajurit, sehingga sepantasnya ditanggapi dengan senyuman. Letak kekuatan TNI adalah dukungan rakyat, rakyat akan mendukung bila ada kepercayaan dan simpati. Sehebat apapun suatu pasukan khusus bila tidak mendapat dukungan rakyat, maka tidak akan ada artinya. “Ini akan kita coba kalau cocok akan kita kembangkan dan kalau tidak cocok akan kita evaluasi, “ ujar Mayjen Doni, yang juga mantan Danbrigif 3 Kostrad di Makassar.
Menjawab pertanyaan lain, Mayjen Doni juga menjelaskan tentang pentingnya pohon dan penghijauan. Sebatang pohon berkontribusi besar dalam menyumbang oxigen dan menyerap Co2 sebagai dampak dari pencemaran lingkungan. Termasuk dalam melestarikan pohon-pohon langka yang merupakan tanaman endemik di Indonesia. Contohnya, pohon Ulin dari Kalimantan, Ebony dari Sulawesi , Cendana dari Pulau Timor dan lain sebagainya yang saat ini sudah sangat langka ditemukan. Pohon sangat identik dengan sumber air dan unsur penting tersebut adalah sumber kehidupan. Bila ada pohon besar niscaya ditempat itu ada mata air, sebaliknya bila ada sumber air otomatis pohon mudah tumbuh dan berkembang biak. Demikianlah siklus kehidupan yang bergerak secara alami.
Selain itu, pohon merupakan alat pengendali air yang sangat efektif. Bila pohon atau hutan rimbun dan lebat, maka pada musim hujan dapat mencegah terjadinya bencana banjir, sebaliknya pada musim kemarau tidak akan kekeringan. Suatu fenomena terbalik bila hutan, gunung dan lingkungan lain gundul dan gersang, maka musim hujan akan terjadi banjir dan musim kemarau akan kekeringan. Artinya selama manusia akan terancam dalam bencana akibat ulah manusia sendiri. Melihat kondisi demikian, Kopassus telah memberikan rekomendasi kepada Pemda Kalbar agar diterbitkan peraturan daerah, tentang larangan menebang pohon Ulin. Selain itu, akan dikirimkan bibit pohon Ulin untuk kegiatan reboisasi lahan gundul di Kalbar. Bibit tersebut telah dikembangkan di persemaian milik Danjen Kopassus di Sentul, Jawa Barat.
Pada kesempatan yang sama, salah seorang dari Pemred juga menanyakan kepada Danjen tentang Ekspedisi NKRI yang merupakan program tahunan Kopassus, dan saat ini adalah Ekspedisi yang ke lima. Ekspedisi pertama pada tahun 2011 di P. Sumatra (Ekspedisi Bukit Barisan), Ekspedisi Khatulistiwa di P. Kalimantan 2012, Ekspedisi NKRI koridor Sulawesi 2013, Ekspedisi NKRI Koridor Maluku – Maluku Utara 2014 dan yang sedang disiapkan sekarang adalah Ekspedisi NKRI koridor Bali-Nusa Tenggara 2015.
Seperti diketahui, ekspedisi ini melibatkan seluruh komponen bangsa baik TNI, Polri, Pemerintah daerah dan pusat, ilmuwan, mahasiswa, LSM, Media dan unsur-unsur lain tergabung dalam suatu ikatan yang sangat kompak demi keutuhan NKRI.
Danjen yang murah senyum dan mendapat julukan ‘Jenderal Trembesi’ ini memaparkan, dari hasil Ekspedisi yang melibatkan ilmuwan dan mahasiswa, telah ditemukan ribuan data potensi alam dan potensi sosial Indonesia yang sangat bermanfaat dalam penentuan kebijakan pembangunan Bangsa dan Negara. Bahkan beberapa flora dan fauna ditemukan dan belum ada nama latinnya, saat ini sedang diusulkan menggunakan nama dengan bahasa Indonesia.
Dijelaskan pula oleh Kolonel Rafael Grenada, perwira Kopassus yang selama ini terlibat langsung dalam kegiatan ekspedisi tersebut bahwa, salah satu daerah perbatasan di Kab. Malinau Kaltim merupakan blank spot area,terisolir dari signal selular dan telepon. Masyarakat mengalami kesulitan jika ingin menggunakannya, dan berdampak sulit melakukan komunikasi. Selama ini, perangkat selular yag mereka miliki hanya digunakan untuk mengambil gambar saja. Melihat keadaan demikian, Tim Ekspedisi menghubungi salah satu operator telekomunikasi Indonesia, dan saat ini di daerah tersebut telah berdiri BTS operator tersebut sehingga masyarakat dapat berkomunikasi ke mana saja.
‘Adapun kontribusi ke internal Kopassus bahwa, seluruh wilayah NKRI merupakan daerah Operasi Kopassus, sehingga perlu adanya data konkrit tentang kondisi wilayah meliputi Geo, Demo dan Konsos sebagai referensi dalam pelaksanaan operasi bila dibutuhkan, ujar Danjen Kopassus.| KAPEN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar