Ilustrasi (ist)
TNI Angkatan Laut kian
memantapkan niat untuk menghidupkan kembali Skuadron 100 –pasukan
pemburu kapal selam yang berjaya di tahun 1960-an. Pembelian sebelas
helikopter antikapal selam (AKS) menjadi tonggak untuk merealisasikan
rencana itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Laut M Zainudin tak menampik
kebanggaan institusinya terhadap Skuadron 100 yang dahulu disegani
angkatan bersenjata negara lain. “Tentu ditakuti, sebab kapal selam
(asing yang menyusup ke perairan Indonesia) bisa dilihat dari atas (oleh
helikopter antikapal selam),” kata dia kepada CNN Indonesia, Kamis
(25/6).
Oleh sebab itu helikopter antikapal selam menjadi alat utama sistem
senjata (alutsista) yang vital dalam pembentukan Skuadron 100.
Helikopter-helikopter itu dapat dengan mudah melihat bayangan kapal
selam penyusup melalui sonar sembari terbang di atas laut. Sebelas
helikopter AKS akan tiba secara bertahap ke tanah air.
“Ini sudah masuk rencana strategi TNI 2015-2019. Program jangka
panjang. Satu skuadron terdiri dari 12 helikopter AKS. Sebelas
helikopter cukup. Satu skuadron saja terpenuhi bisa menimbulkan efek
gentar bagi negara-negara lain di kawasan, terutama yang kerap melanggar
wilayah RI,” kata Zainudin.
Apabila pelanggaran wilayah RI oleh kapal perang atau pesawat tempur
asing kasatmata, tidak demikian halnya dengan penyusupan oleh kapal
selam asing ke laut Indonesia. “Kapal selam tak bisa dilihat langsung
oleh mata. Itulah pentingnya helikopter antikapal selam,”ujar Zainudin.
Dahulu Angkatan Bersenjata RI membangun Skuadron 100 dengan
helikopter-helikopter Rusia (dulu Uni Soviet). Namun armada peninggalan
Rusia itu kini telah uzur dan rongsok, membuat TNI AL kekurangan alat
operasional sehingga Skuadron 100 yang sempat menjadi pusat kekuatan
operasi laut ‘tenggelam’, dilebur dengan skuadron lain. Sejak 1990-an,
TNI AL tak punya lagi helikopter antikapal selam.
Kini TNI AL mulai membangun kembali Skuadron 100 secara bertahap.
Sebelas helikopter antikapal selam diproduksi di Perancis oleh Airbus
Helicopters (dulu Eurocopter) bekerjasama dengan PT Dirgantara
Indonesia.
Zainudin mengakui alutsista TNI AL memang belum lengkap dan jauh dari
sempurna, tapi mereka berupaya melengkapinya dengan bertahap. Itu semua
demi menjaga kedaulatan dan ketahanan negara.
Komisi I DPR selaku mitra kerja TNI mengatakan pembelian 11
helikopter antikapal selam masuk dalam program karena TNI AL memang
memerlukan helikopter dengan jangkauan luas yang dapat didaratkan di
kapal-kapal perang mereka.
“Skuadron itu merupakan bagian dari armada tempur TNI Angkatan Laut.
Ada kapal selam, kapal tempur, dan salah satunya helikopter antikapal
selam itu,” kata anggota Komisi I Tubagus Hasanuddin di Gedung DPR RI,
Senayan, Jakarta.
Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supendi optimistis Skuadron 100
dapat dihidupkan lagi. “Dulu pesawatnya belum ada. Sekarang ada, tinggal
mengaktifkan kembali skuadron itu,” kata di Markas Besar TNI AL,
Cilangkap, Jakarta, Rabu malam (24/6).
Sejak 2013, TNI AL menekankan pentingnya helikopter antikapal selam
sebagai mata dan telinga kapal perang dalam menjaga kedaulatan maritim
RI yang luas perairannya mencapai lebih dari 5,8 juta kilometer.
Untuk diketahui, pasukan militer negara-negara tetangga RI memiliki
helikopter antikapal selam di kapal perang mereka. Singapura misalnya
menggunakan Sikorsky S-70 B Seahawk, Australia memakai Sikorsky MH-60 R,
dan Malaysia punya Super Lynx.(CNN Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar