Perkembangan aksi teror belakangan ini membuat TNI semakin meningkatkan
persiapan dalam fungsi menyelamatkan negara. KSAL Laksamana Ade Supandi
mengungkapkan bahwa TNI kini sedang merencanakan membentuk Komando
Gabungan Khusus Antiteror dari 3 matra.
“Yang lalu memang ada pembicaraan untuk yang namanya Komando Gabungan
khusus antiteror. Ini sedang direncanakan di Mabes TNI sehingga dalam
penggunaan kekuatan antiteror TNI, baik itu AD, AL, AU di atas perintah
Panglima TNI,” ungkap Ade di Markas Marinir, Cilandak, Jaksel, Kamis
(2/4/2015).
Komando Khusus ini, kata KSAL, dapat mempercepat operasi antiteror
yang memerlukan bantuan TNI. Namun pergerakannya harus melihat
perkembangan situasi teror itu sendiri, apakah masih dalam ranah
kepolisian atau sudah masuk ranah TNI.
“Berdasarkan assesment situasi dan kebutuhan untuk mengintegrasikan
dalam bentuk Komando gabungan ini adalah untuk mempercepat kalau terjadi
kebutuhan mendesak. Jadi tidak terlalu lama manggil-manggil lagi tapi
sudah dipersiapkan,” kata Ade.
“Kita punya Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) sebagai pasukan khusus
AL, kewajiban saya adalah menyiapkan mereka untuk memiliki kemampuan
antiteror. Dalam pelaksanaan kekuatan mereka itu dari Panglima TNI,”
sambungnya.
Mengenai kriteria aksi teror sejauh mana yang perlu melibatkan unsur TNI disebut Ade masih belum terlalu jelas. Pada tugas pokok TNI di UU No 34 tahun 2004 tentang TNI, salah satunya adalah tentang keselamatan negara. Inilah yang masih belum dirinci sehingga dalam melaksanakan tugas antiteror, Polri dan TNI belum mampu bersinergi dengan baik.
“Intelijen kita bisa menilai, ini (aksi teror) masih di
kepolisian, ini harus tindakan TNI karena di UU No 34 ada. Tugas TNI
satu menjaga kedaulatan, integritas wilayah, tiga keselamatan bangsa.
Ini yang belum kita elaborasi sebenarnya seperti apa sih tugas pokok TNI
dalam rangka menyelamatkan bangsa ini,” Ade menjelaskan.
Meski begitu, disebut Ade bukan berarti
TNI tidak siap dalam menghadapi aksi teror. Walaupun tidak bergerak
secara fisik, intelijen TNI terus bekerja dalam kasus-kasus terorisme.
“Kegiatan TNI kan tidak berhenti kalau ada kejadian, intelijen kita
kan juga jalan dalam hal ini di masa damai sampai dengan kalau
terjadinya eskalasi meningkat, intelijen TNI akan tentukan. Melaporkan
ke Panglima TNI informasi-informasi perkembangan situasi,” tutur Ade.
“Tapi diharapkan masyarakat sendiri sebagai filter ya, kedua menjaga keamanan yang kondusif di lingkungan masyarakat,” tutupnya.
Belum lama ini TNI menggelar latihan gabungan di Gunung Biru, Poso,
Sulsel. Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) itu disebut sebagai
upaya menunjukkan kekuatan personel TNI kepada kelompok tertentu,
sekaligus menangkal gerakan ISIS di Indonesia.
Seperti diketahui, Gunung Biru, Poso, kerap dijadikan lokasi
pelatihan kelompok teroris Santoso. “Latihan membawa pesan Show of
Forces terhadap kelompok tertentu, bahwa tidak ada tempat bagi ISIS di
Indonesia serta akan berdampak baik secara nasional maupun
internasional,” terang Panglima Jenderal Moeldoko seperti tertulis dalam
rilisnya. (detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar