Intelijen TNI harus memiliki kapasitas dan kapabilitas,
meskipun pertumbuhan ekonomi nasional masih belum bisa memenuhi
kebutuhan anggaran TNI secara utuh, untuk membangun arsitektur Intelijen
TNI yang perkasa. Demikian ditegaskan Panglima TNI Jenderal TNI Dr.
Moeldoko pada pembukaan Sekolah Manajemen dan Analisis Intelijen TNI
Angkatan II Tahun 2015, di Aula Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap
Jakarta Timur, Senin (20/4/2015).
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa, dibentuknya
Sekolah Manajemen dan Analisis Intelijen TNI diharapkan dapat melakukan
konsolidasi dan sinergitas seluruh jajaran Intelijen TNI, menuju
transformasi Institusi Intelijen Militer yang modern dan memiliki
kesadaran, serta analisis yang kuat terhadap setiap pergerakan
lingkungan strategik.
“Manajemen dan Analisis Intelijen TNI dituntut untuk
menyediakan informasi, data, pengetahuan, yang sempurna untuk memenuhi
kebutuhan perencanaan, dan pengambilan keputusan, karena masukan
Intelijen TNI yang baik, akan menghasilkan perencanaan yang baik, dan
selanjutnya pengambilan keputusan yang tepat”, ujar Panglima TNI.
“Tanpa masukan intelijen yang baik, tidaklah mungkin membuat
suatu rencana, atau strategi raya, atau strategi keamanan nasional, yang
memenuhi kriteria Feasible, Acceptable, Suitable. Semua arsitek perencanaan strategik sangat paham apa arti Knowledge is Power”, kata Jenderal TNI Moeldoko.
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI memerintahkan kepada
Komandan Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (Dansatinduk Bais) TNI
untuk mengembangkan Manajemen dan Analisis Intelijen TNI, yang sejalan
dengan Short Cut dan Sapta Cipta Pokok-Pokok Kebijakan Panglima TNI, dalam upaya penguatan Intelijen TNI, Optimalisasi Interoperability TNI termasuk Interoperability Satuan Intelijen di jajaran TNI, dan mengeliminasi ego sektoral pada komunitas Intelijen TNI.
Panglima TNI juga menekankan kepada Sekolah Manajemen dan
Analisis Intelijen TNI dan seluruh perwira siswa, untuk mengarahkan
segenap pemikiran pada upaya membangun arsitektur Intelijen TNI yang
baru. Langkah awal pada aspek manajemen adalah hilangkan dikotomi
dengan adanya nama Intelijen Strategis, Intelijen Taktis dan Intelijen
Teritorial, karena dikotomi tersebut telah menjadikan Intelijen TNI
terkotak-kotak, yang berdampak pada tumbuhnya ego sektoral dan
melemahkan kemampuan intelijen TNI. “Manajemen harus mampu menata
potensi Intelijen TNI dari seluruh matra menjadi kekuatan utuh, dengan
menata kedudukannya sesuai arah kepentingan”, ujarnya.
Sementara pada aspek analisis, Intelijen TNI tidak boleh
membatasi hanya pada dimensi pengamanan dan sektoral, tetapi lebih luas
pada sektor ideologi, politik, sosial budaya ekonomi, perdagangan,
perbankan dan sektor lainnya yang bersifat nasional dan internasional.
Sekolah Manajemen dan Analisis Intelijen TNI Angkatan II Tahun
2015, diikuti oleh 33 peserta terdiri dari Angkatan Darat 28 personel,
Angkatan Laut 2 personel dan Angkatan Udara 3 personel.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Kasum TNI Marsdya TNI
Dede Rusamsi, Wakasad Letjen TNI M. Munir, Wakasal Laksdya TNI Widodo,
S.E., M.Sc., Wakasau Marsdya TNI Bagus Puruhito, Irjen TNI Letjen TNI
Syafril Mahyudin, Dansesko TNI Letjen TNI Sony Wijaya, para Asisten
Panglima TNI, Kapuspen TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya dan beberapa pejabat
teras Mabes TNI dan Angkatan.
.
Authentikasi : Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin G. S.Sos., M.M.
.
Pengirim : Puspen TNI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar