Bagi TNI AU dan TNI AL, kebesaran nama Ilyushin adalah masa lalu,
dimana saat masa keemasan militer Indonesia di dekade 60-an, kedua matra
pernah mengoperasikan pembom Ilyushin Il-28 Beagle. TNI AU (d/h AURI)
menggunakan versi Il-28s yang kemampuannya standar. Sementara TNI AL
(d/h ALRI) mengoperasikan Il-28T yang punya kemampuan melepaskan torpedo.
Tapi tahukah Anda, bahwa sejatinya masih ada produk besutan Ilyushin
lainnya yang aktif digunakan TNI AU. Jauh dari kesan sangar, Ilyushin
yang satu ini merupakan pesawat angkut sedang.
Yang dimaksud tak lain adalah Ilyushin Il-14 Avia. Pesawat ini nyaris
terlupakan dalam ‘inventaris’ sejarah perjuangan TNI AU, pasalnya dari
22 unit yang pernah beroperasi, tak satu pun melengkapi koleksi di
Museum Pusat TNI Dirgantara Mandala, Yogyakarta. Meski sedikit kurang
diperhatikan, satu-satunya sisa Il-14 Avia masih ada sebagai monumen di
Lanud Abdurachman Saleh Malang, Jawa Timur. Walau eksistensinya
terlulapan, namun Il-14 punya peran yang cukup banyak dalam menunjang
operasi militer di Tanah Air.
Sebagai pesawat angkut sedang, kodrat Il-14 tak jauh beda dengan
C-47/DC-3 Dakota yang legendaris, bisa digerakan sebagai pesawat angkut
taktis militer, bisa juga diperankan sebagai angkutan sipil. Karena
masuk kelas angkut sedang, maka Il-14 dan Dakota ditempatkan dalam
skadron yang sama, yakni Skadron Udara 2 yang ber-home base di Lanud
Halim Perdanakusuma. Pengadaan Il-14 berlangsung mulai periode 1958
hingga 1962-an. Satu diantara pesawat tersebut digunakan sebagai pesawat
kepresidenan, yang diberi nama Dolok Martimbang. Indonesian Air Force
One ini termasuk yang pertama datang, pada 10 Mei 1957, Presiden
Soekarno meninjau pesawat itu di Jakarta.
Sisa 21 pesawat Il-14 lainnya tiba di Indonesia dari Cekoslovakia
pada Juni 1958. Sebanyak 19 unit memperkuat Skadron Udara 2, dan sisanya
dua unit ditempatkan di Skadron Udara 17 Angkut VIP/VVIP. Di awal
kedatangan Il-14, TNI AU mendidik 18 awak ke luar negeri, mereka terdiri
dari penerbang, navigator, operator radio, teknisi udara, dan ground crew.
Pelajarannya meliputi teori dan praktek yang makan waktu sekitar 80
jam. Pendidikan awak ini dimulai pada 19 Januari 1957 dan rampung pada
14 Februari 1957.
Dalam kurun waktu 1957 – 1965, di berbagai daerah di Tanah Air
terjadi sejumlah pemberontakan. Il-14 Avia digunakan TNI AU sebagai
pesawat angkut personel dan logistik. Il-14 Avia resmi masuk masa
pensiun pada 12 Juli 1975. Hal tersebut berdasarkan Pengarahan KSAU
nomer 182/Pes-15/1975.
Merujuk dari sejarahnya, Il-14 mulai dirancang pasca Perang Dunia
Kedua. Penerbangan perdana Il-14 dilakukan pada 1 Oktober 1950. Di masa
jayanya, Il-14 terbilang laris digunakan AU dan maskapai penerbangan
dari negara-negara yang dekat dengan Uni Soviet. Bukti laris manisnya
Il-14 bisa dilihat dari populasinya yang mencapai 1.348 unit. Sebagai
pesawat populer, Il-14 juga diproduksi secara lisensi oleh
sekutu-sekutunya. Seperti Jerman Timur yang membuat 80 unit oleh VEB
Flugzeugwerke Dresden pada periode 1956 – 1959. Lalu 203 unit dibuat
oleh Avia di Cekoslovakia pada periode 1956 – 1960. Seperti sudah jadi
langganan, Cina pun membuat varian Il-14 yang diberi label Y-6. Dan
Indonesia membeli Il-14 Avia dari Cekoslovakia. Sebagai produk Perang
Dingin, pihak NATO memberi identitas Il-14 dengan code name Crate.
Dilihat dari spesifikasinya, Il-14 mengusung twin engine Shvetsov
ASh-82T 14 cylinder air-cooled radial. Il-14 di produksi hingga belasan
varian, termasuk ada varian angkut VIP (Avia 14 Salon) dan Aerial survey
aircraft (Avia 14FG). Uni Soviet dahulu masih menggunakan Il-14 sampai
tahun 1980. Sedangkan Kuba dan Vietnam masih aktif mengoperasikan Il-14
sampai awal tahun 90-an. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Ilyushin Il-14 Avia
• Crew: Four
• Capacity: 24-32 passengers
• Length: 22,3 meter
• Wingspan: 31,7 meter
• Height: 7,9 meter
• Empty weight: 12.600 kg
• Max. takeoff weight: 18.000 kg
• Powerplant: 2 × Shvetsov ASh-82T 14 cylinder air-cooled radial engines, 1,417 kW (1,900 hp) each
• Maximum speed: 417 km/h
• Range: 1.305 km
• Service ceiling: 7,400 meter
• Rate of climb: 5 meter/detik
Indomil.
• Crew: Four
• Capacity: 24-32 passengers
• Length: 22,3 meter
• Wingspan: 31,7 meter
• Height: 7,9 meter
• Empty weight: 12.600 kg
• Max. takeoff weight: 18.000 kg
• Powerplant: 2 × Shvetsov ASh-82T 14 cylinder air-cooled radial engines, 1,417 kW (1,900 hp) each
• Maximum speed: 417 km/h
• Range: 1.305 km
• Service ceiling: 7,400 meter
• Rate of climb: 5 meter/detik
Indomil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar