Kepala Staf TNI
Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengingatkan perang di kawasan
teluk (Jazirah Arab) akan berganti ke kawasan Ekuator atau Khatulistiwa,
termasuk Indonesia.
Penyebab perang di kawasan Ekuator karena kawasan ini subur dan masih
memiliki sumber daya air dan energi berlimpah. TNI AD, menurut Gatot,
sudah melakukan pemetaan sumber daya alam yang bisa menyebabkan konflik
di kawasan Ekuator.
Gatot mengatakan pemetaan jumlah penduduk dunia dan ancaman perang
karena perebutan sumber daya alam menjadi prioritas kewaspadaan
nasional. Populasi penduduk dunia, seperti penelitian para ahli menurut
Gatot, diperkirakan 12,3 miliar tahun 2043.”
Dari jumlah tersebut, 9.8 miliar jiwa hidup di daerah non-Ekuator,”
kata Gatot dalam pertemuan dengan pimpinan daerah se-Sumatera bagian
utara, yakni Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau di
Medan, Rabu, 1 April 2015.
TNI AD, ujar Gatot, memperkirakan penduduk dunia akan mencari pangan,
air, dan energi di daerah Ekuator, termasuk ke Indonesia. Itu
berpotensi menyebabkan Indonesia akan menjadi daerah konflik.
Gatot mengulangi pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengingatkan
pemimpin Indonesia, termasuk di daerah, agar berhati-hati dengan
kekayaan alam. “Sumber daya alam jika tidak dikelola dengan baik dan
bermanfaat akan menjadi sumber pertikaian dalam negeri dan sumber
konflik dunia seperti Arab Spring,” kata Gatot.
TNI AD, menurut Gatot, akan terus mengingatkan kemungkinan kawasan
Ekuator, termasuk Indonesia, menjadi daerah konflik karena populasi
penduduk dunia yang semakin padat. “Akan ada perebutan sumber pangan,
energi, dan air di Indonesia,” ujar Gatot.
Ahli-ahli statistik menyebut tahun 1800 penduduk dunia 1 miliar.
Tahun 2017 diperkirakan 8 miliar manusia. “Jadi bumi sudah melampaui
kapasistasnya dihuni manusia. Itu ancaman bagi negara-negara yang kaya
sumber daya alamnya, seperti Indonesia,” tutur Gatot.
Sekitar 70 persen konflik dunia, menurut Gatot, berlatar belakang
perebutan sumber energi. Sisa cadangan minyak dunia yang diperkirakan
tinggal 45 tahun lagi menjadi kekhawatiran. Apalagi menurut Gatot,
penggunaan energi hayati malah memicu krisis pangan dunia. “Jadi selain
pangan, air bersih, energi Indonesia akan jadi rebutan negara-negara
kuat,” tutur Gatot. (TEMPO.CO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar