Meski berasal dari ‘dunia’ yang berbeda, ternyata ada beberapa
persamaan antar kompetitor pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU. Para
kontestan, yakni Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, JAS 39 Gripen NG
dan Sukhoi Su-35BM memang sama-sama mengusung twin jet sebagai dapur pacunya, kecuali Gripen yang single engine.
Tapi selain itu, ada beberapa persamaan yang cukup unik dicermati,
yakni keempatnya sama-sama mengusung penjejak target berbasis elektro
optik. Meski bukan istilah yang populer, penjejak canggih ini mudah
dilihat, pasalnya punya bentuk desain bola kaca yang disematkan di sisi
luar depan kokpit.
Di artikel terdahulu, Indomiliter.com pernah mengupas tuntas tentang
penjejak target berbasis elektro optik OEPS-27 yang terpasang di jet
tempur Sukhoi Su-27SK/Su-30MK Flanker TNI AU. Sementara, dari kubu
Barat, Eurofighter Typhoon juga dibekali teknologi serupa, yakni PIRATE (Passive InfraRed Airborne Track Equipment)
buatan Eurofirst yang merupakan konsorsium dari Sales EX, Thales
Optronics, dan Tecnobit. Ketiganya adalah pemasok utama perangkat
avionic Typhoon. Dari perannya, PIRATE di Typhoon sebagai pendukung
sistem penjejak utama pada radar AESA. Dengan basis FLIR (Forward looking Infra Red), dalam suatu misi bisa saja pilot diharuskan harus melakukan radar silient, atau jaga-jaga bila radar mengalami error, maka PIRATE bakal menjadikan pilot percaya diri meladeni dog fight.
Teknologi PIRATE dirancang untuk mencari dan melacak target berikut
emisi infra merah, atau berdasarkan panas yang dihasilkan target. PIRATE
masuk dalam golongan teknologi IRST (infra red search and track system). Secara umum IRST dapat menjangkau jarak hingga 50 kilometer. Soal cakupan (coverage), untuk sudut azimuth mulai dari -60 sampai +60 derajat, sementara sudut ketinggian mulai dari -60 sampai 15 derajat.
PIRATE beroperasi di dual band infra red, 3-5 dan 8-11 mikrometer.
Saat digunakan bersama radar dalam peran udara-ke-udara, perangkat
berfungsi sebagai pencari infra merah dan sistem tracking, dengan
menyediakan deteksi target pasif. Sementara dalam peran
udara-ke-permukaan, PIRATE melakukan identifikasi sasaran dan akuisisi.
PIRATE juga memberikan bantuan navigasi dan pendaratan. Seperti halnya
OEPS-27 di Sukhoi Su-27/30, PIRATE juga dapat langsung terkoneksi dengan
dispay pada helm pilot lewat helmet mounted sight dalam FLIR mode,
selain pastinya juga koneksi ke (HUD) Head Up Display.
PIRATE dapat melakukan deteksi otomatis ke 200 sasaran secara
simultan dalam single dan multiple tracking. Dalam mendukung duel di
udara, PIRATE akan mengambil peran untuk mengarahkan tembakan kanon
Mauser BK-27 kaliber 27 mm. Kanon internal dengan laras tunggal pada
Typhoon ini dapat melontarkan 1.000 proyektil per menit, sementara
kecepatan luncur proyektilnya 1.100 meter per detik.
Tantangan penggunaan kanon ini adalah bekal amunisinya yang hanya 150
butir peluru. Nah, agar setiap tembakan dapat efektif mengenai sasaran,
maka disinilah peran PIRATE untuk menjamin tingkat akurasi tembakan.
Karena handal sebagai penjejak short range, PIRATE juga dapat mengambil
peran dalam aksi penembakan rudal ASRAAM atau AIM-9 Sidewinder.
Uniknya, PIRATE dan kanon Mauser BK-27 juga dipasang pada sebagai
kanon internal pada JAS JAS 39 Gripen (khusus di varian kursi tunggal).
Tapi sayangnya, bekal amunisi yang dibawa hanya 120 peluru. Sejatinya
keterbatasan amunisi juga menjadi momok pada Sukhoi Su-27/Su-30 dan
Su-35MK. Untuk menghemat bobot pesawat, Sukhoi dengan kanon Gsh-30-1
hanya dibekali 150 peluru. Untuk itu pihak Sukhoi sengaja memasang
OEPS-27 yang built in laser di Su-27/Su-30, sementara di Sukhoi Su-35BM
dengan jenis OLS-35. (Haryo Adjie)
Spesifikasi PIRATE
Length : 680 mm
Width : 591mm
Height : 300mm
Weight : 48 Kg
Length : 680 mm
Width : 591mm
Height : 300mm
Weight : 48 Kg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar