Pasca berakhirnya pengabdian singkat jet latih Aero L-29 Delfin pada
masa revolusi 1965, praktis TNI AU kehilangan sosok jet latih lanjut
untuk melatih kader penerbang tempurnya. Dan seiring berubahnya haluan
politik di Indonesia, maka poros pengadaan alutsista pun bergeser dari
Eropa Timur ke AS dan Eropa Barat (NATO).
Kekosongan di lini jet latih lanjut nyatanya mendapat perhatian
serius di era Soeharto. Lewat kontrak yang ditandatangani oleh KSAU
Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi dan wakil pabrik British Aerospace pada
1978, Indonesia resmi memesan 20 unit jet latih lanjut Hawk MK.53 dari
Inggris.
Dua unit perdana Hawk MK.53 tiba dari Inggris tahun 1980, dan
memperkuat Skadron Pendidikan (Skadik) 103 Lanud Adisutjipto,
Yogyakarta. Dua pesawat ini bernomer ekor LL-5301 dan LL-5302. Kedua
pesawat mendarat dengan mulus di Lanud Halim Perdanakusuma pada 29
September 1980. Kode LL di ekor pesawat menyiratkan “Latih Lanjut.”
Kemudian seiring reorganisasi TNI AU pada Januari 1985, Hawk MK.53
mendapat ‘promosi’ dengan masuk di jajaran Wing Tempur 300 yang
berkedudukan di Lanud Iswahjudi, Madiun. Rumah baru Hawk MK.53 pun
berganti menjadi Skadron Udara 15. Selain tetap mengemban peran latih
lanjut bagi calon penerbang tempur, Hawk MK.53 juga mengemban peran
sebagai pesawat berlabel TT (Tempur Taktis).
Meski menyandang label TT, sejatinya kemampuan tempur Hawk MK.53 amat
terbatas, maklum kodrat aslinya memang sebagai pesawat latih. Meski
begitu, Hawk MK.53 mampu dipasangi kanon eksternal ADEN 30 mm di bawah
body, roket FFAR
dan bom ringan pada sayapnya. Singkat kata, Hawk MK.53 lumayan untuk
misi serang darat terbatas. Perlu dicatat, varian Hawk MK.53 tidak
dipersiapkan untuk membawa rudal udara ke udara sekelas AIM-9 Sidewinder.
Sebagai pesawat latih, keluarga Hawk dikenal memberikan kenyamanan
kepada para penerbang. Hawk amat cocok digunakan untuk pengenalan basic
training di jet tempur. Desain sayapnya yang swept wing, menambah
fleksibilitas dalam melakukan manuver di udara. Untuk menunjang
keselamatan, pesawat dilengkapi zero zero rocket boosted ejection seat Martin Baker MK.10, dan dapat digunakan saat pesawat masih ada di landasan. Kanopinya dibekali Miniatur Detonating Cord
(MDC) sebagai pemecah kanopi, menjadikan proses penyelamatan lebih
sempurna. Sementara untuk urusan mesin, Hawk mengusung Rolls Royce Adour
Turbofan dengan sistem modular, alhasil untuk pemeliharaan jadi lebih
ringan.
Berikut beberapa warna yang pernah digunakan pada Hawk MK.53 TNI AU
Andalan Tim Aerobatik TNI AU
Keberadaan Hawk MK.53 juga mewarnai kebangkitan tim aeroabatik TNI AU. Dimulai dengan “Spirit 85” yang tampil perdana pada HUT ABRI 1985 di Kemayoran. Kemudian formasi tim aerobatic melebur dan kembali hidup kembali pada dekade 90-an dengan nama JAT (Jupiter Aerobatic Team). Kini JAT tetap eksis melakukan atraksi aerobatk, namun tak lagi mengandalkan pesawat jet, melainkan dengan pesawat turbo propeller KT-1B Wong Bee buatan Korea Selatan.
Keberadaan Hawk MK.53 juga mewarnai kebangkitan tim aeroabatik TNI AU. Dimulai dengan “Spirit 85” yang tampil perdana pada HUT ABRI 1985 di Kemayoran. Kemudian formasi tim aerobatic melebur dan kembali hidup kembali pada dekade 90-an dengan nama JAT (Jupiter Aerobatic Team). Kini JAT tetap eksis melakukan atraksi aerobatk, namun tak lagi mengandalkan pesawat jet, melainkan dengan pesawat turbo propeller KT-1B Wong Bee buatan Korea Selatan.
Hingga tahun 2011, dari 20 unit Hawk MK.53 yang dibeli Indonesia,
hanya tinggal beberapa unit saja yang beroperasi. Dalam keseharian,
hanya satu atau dua pesawat saja yang terbang akibat suku cadang yang
sudah langka, dan masa pakai pesawat yang sudah mendekati purna tugas.
Kemudian pada Kamis, 12 Maret 2015 menjadi momen bersejarah dan
mengharukan. Dalam cuaca yang sejuk, 2 unit Hawk MK.53 yang tersisa akan
melakukan penerbangan terakhir (last glight) dari Lanud Iswahjudi ke
Lanud Adisutjipto. Dimana nantinya Hawk MK.53 akan menjadi penghuni baru
bagi Museum Dirgantara Mandala, menambah semarak heterogen koleksi
museum, Hawk MK.53 akan berdampingan bersama A4-Skyhawk dan pembom Tu-16 Badger. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Hawk MK.53
– Pabrik : British Aerospace
– Awak : 2 orang
– Panjang : 11,85 meter
– Rentang sayap : 9,39 meter
– Tinggi : 4,10 meter
– Berat kosong : 3.628 Kg
– Berat maksimum : 7.750 Kg
– Mesin : Rolls Royce/Turbomeca Adour
– Kecepatan max : 1.2 Mach
– Ketinggian max : 13.565 meter
– Jarak jelajah : 2.520 Km
– Kecepatan menanjak : 47 meter per detik
– Pabrik : British Aerospace
– Awak : 2 orang
– Panjang : 11,85 meter
– Rentang sayap : 9,39 meter
– Tinggi : 4,10 meter
– Berat kosong : 3.628 Kg
– Berat maksimum : 7.750 Kg
– Mesin : Rolls Royce/Turbomeca Adour
– Kecepatan max : 1.2 Mach
– Ketinggian max : 13.565 meter
– Jarak jelajah : 2.520 Km
– Kecepatan menanjak : 47 meter per detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar