Dengan informasi yang terbatas, ijinkan saya sharing analisa pribadi
mengenai Daeng Koro, yang mungkin berlawanan dengan informasi
mainstream.
Di berbagai media di infokan bahwa Daeng Koro:
1. Dipecat dari TNI karena zina
2. Tidak lulus test jasmani Kopassus (waktu itu namanya Kopassandha)
3. Setelah dari Kopassus beralih ke Yonif Linud Makassar.
4. Baik di Kopassus dan Linud ditugasi mengurusi voli, bukan di main role sebagai pasukan khusus.
1. Dipecat dari TNI karena zina
2. Tidak lulus test jasmani Kopassus (waktu itu namanya Kopassandha)
3. Setelah dari Kopassus beralih ke Yonif Linud Makassar.
4. Baik di Kopassus dan Linud ditugasi mengurusi voli, bukan di main role sebagai pasukan khusus.
Dari berita, Daeng Koro awalnya masuk TNI di Kodam IV Diponegoro
Jateng. Kemudian dari Kodam IV melamar masuk Kopassus. Namun tidak semua
prajurit se-Indonesia bisa ikut test masuk Kopassus. Prajurit yang
mendapat rekomendasi ikut test Kopassus tentunya harus yang benar-benar
unggulan dari setiap kesatuan/Kodam, karena dituntut bisa menjaga nama
baik tempat asal.
Di sini timbul pertanyaan. Kalau si Daeng gagal masuk Kopassus,
mengapa tidak dikembalikan saja ke kesatuan asalnya yg tentunya masih
sangat membutuhkannya, daripada hanya ditugaskan sebagai pengurus voli.
Tidak hanya itu, dipindah ke kesatuan elit berikutnya pun di Yonif
Linud Makassar masih juga sebagai pengurus voli. Saya baru sadar, di
dalam kesatuan elit kita ternyata voli menjadi kegiatan cukup penting
(?).
Setelah tidak di TNI sejak 1992, kabar Daeng baru muncul di media
sekitar 2005/6 dalam konflik Poso. Sejak itu sampai sepuluh tahun
dikabarkan sudah melakukan banyak teror bahkan melawan Polri, walaupun
diburu terus oleh ratusan Brimob dan Densus 88. Beberapa teknik teror
yang dilakukan, dalam menangkap 2 anggota polisi ternyata di suatu
tempat berupa killing ground. Untuk menemukan kedua jenazah ini
dilakukan TNI dgn kualifikasi pelacak jejak.
Bentuk teror lain berupa sebuah ledakan jebakan agar polisi
mendatangi TKP secara lengah. Sadar kemungkinan dijebak, 15 polisi
datang dengan kendaraan lapis baja, yg ternyata benar disambut
berondongan senjata.
Daeng Koro pada akhirnya berhasil ditembak Densus 88 minggu lalu.
Inipun karena kelaparan, setelah puluhan kurir logistiknya ditangkap,
setelah long march 150 km Poso – Parigi Moutong, sekitar 15 hari kalau
melewati hutan. Dan pula setelah ada unsur deterrent jepitan TNI
sebanyak 3,000+ pasukan khusus dari darat, laut, dan udara dengan
dukungan ratusan roket yang diluncurkan dari darat, kapal perang, dan
F-16.
Bisa kita timbang-timbang, seorang pemain voli pada akhirnya
menantang langsung pasukan khusus Polri dan TNI. Bandingkan dengan Dr.
Azhari, bomber dari tetangga sebelah, paling banter beraninya melawan
turis dan pengunjung hotel.
Pertanyaan yang muncul, betulkah desertir ini hanya seorang pengurus
voli nan flamboyan dan tidak lulus test jasmani Kopassus? Dia yg pada
akhirnya, telah long march 150 km di usia 52 tahun setelah 10 tahun
lebih menteror, baru bisa dikalahkan oleh serangan proxy berkekuatan 1
brigade pasukan khusus gabungan (Joint Special Forces) include marinir,
with heavily armed.
Fiksi Hollywood pun tidak terpikir untuk menaikkan pamor Rambo dengan level perbandingan sebesar ini!
Kini saya baru tercenung, ternyata inilah makna 1 prajurit Kopassus
dirancang utk mampu setara 10 tentara, dan 1 Kostrad/Raider utk setara 3
tentara (tolong koreksi kalau saya salah) dan lebih dari itu mereka
dirancang untuk meladeni perang berlarut.
Secara demikian, implikasi “seorang pemain voli” vs 1 Brigade JSF ini menjadi point2 faktual sbb:
1. Bahwa Kopassus termasuk pasukan elit terbaik dunia bukan isapan jempol.
2. Banyak pasukan elit dunia ingin berlatih dgn pasukan khusus Indonesia.
3. Pasukan khusus Amerika ingin belajar perang gerilya dgn TNI … Tapi setelah latihan bareng, prajurit Ranger Amerika tidak mau lagi .. makan ular.
4. Pemekaran Kopassus menjadi 5 Group (5,000 prajurit) diprotes banyak negara Barat, karena bakal setara 50,000 prajurit (5 Divisi).
5. Di JKGR pernah diberitakan keenam Yonif di Papua akan ditingkatkan menjadi Raider. Kalau tiap Yonif Raider berkekuatan 700+ prajurit, maka ada 4,000+ prajurit setara 40,000+ prajurit (4 Divisi).
2. Banyak pasukan elit dunia ingin berlatih dgn pasukan khusus Indonesia.
3. Pasukan khusus Amerika ingin belajar perang gerilya dgn TNI … Tapi setelah latihan bareng, prajurit Ranger Amerika tidak mau lagi .. makan ular.
4. Pemekaran Kopassus menjadi 5 Group (5,000 prajurit) diprotes banyak negara Barat, karena bakal setara 50,000 prajurit (5 Divisi).
5. Di JKGR pernah diberitakan keenam Yonif di Papua akan ditingkatkan menjadi Raider. Kalau tiap Yonif Raider berkekuatan 700+ prajurit, maka ada 4,000+ prajurit setara 40,000+ prajurit (4 Divisi).
Pada akhirnya, tidak perlu orang pintar dan jenius untuk
menyimpulkan. Message untuk tetangga sebelah sudah jelas: hati-hati!
Kalian sebaiknya melakukan study comprehensive terhadap pemain voli di
sini, seperti apa kemampuannya, dan resiko apa kalau ceroboh melakukan
perang darat di tanah NKRI. Gitu aja kok bingung!
Wallahu’alam. Salam.
WH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar