Kamis, 09 Oktober 2014

CANTOKA: Tumpas Perompak, Inilah Wahana Ship Boarding Kopaska TNI AL

IMG_20141008_090817
Bila suatu waktu terjadi aksi pembajakan kapal di lautan, maka satuan elit TNI yang mendapat order penugasan pertama adalah Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL. Satuan inilah yang memang punya spesialisasi utama penanggulangan teror aspek laut. Bila disejajarkan fungsinya di unit elit tempur AS, Kopaska bisa disejajarkan dengan US Navy SEALS. Karena punya tugas dan kemampuan khusus, tak heran bila Kopaska dibekali kelengkapan senjata dan wahana yang unik.
Di artikel terdahulu, kami pernah membahas beberapa alutsista Kopaska, seperti SEAL Carrier, Sea Shadow, X38 Combat Boat, dan senapan serbu bawah air APS. Dan khusus untuk tugas Kopaska dalam menuntaskan aksi pembajakan tak bisa dilepaskan dari kemampuan ship boarding, alias menerjunkan pasukan di kapal sasaran. Ship boarding bisa dilakukan lewat udara dengan parasut, dan bisa langsung dilakukan lewat wahana perahu boat dengan kualifikasi RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat).
Umumnya, untuk ship boarding ke kapal sasaran yang sedang melaju digunakan model tangga wire rope ladder yang diadopsi dari pasukan elit Inggris SAS (Special Air Service). Model ship boarding dengan tanggal bertali baja ini dipandang punya banyak kelemahan. Contohnya hampir rata-rata dari seluruh prajurit yang menggunakan model ini sudah kehilangan sekitar 30% dari tenaganya saat mencapai dek kapal. Belum lagi risiko terhempas dan jatuh ke laut akibat gelombang. Bila menggunakan tangga model lama yang berbentuk tali, tangga ini harus dikaitkan oleh salah satu personel Kopaska ke bagian kapal dan membutuhkan waktu sekitar tujuh menit, dihitung sejak RHIB merapat ke badan kapal sampai penguasaan anjungan kapal sebagai pusat komando kapal. Dengan tangga kawat baja, secara teknis alat ini mampu menahan beban sekitar 500 kg, walau buat mengaitkannya ke tubuh kapal butuh galah pengait.
family-ladders
Teknik wire rope ladder
 wire rope ladder
wire rope ladder
Teknik  wire rope ladder yang dilakukan kopaska TNI AL
Teknik wire rope ladder yang dilakukan kopaska TNI AL

CANTOKA
Berangkat dari hasil evaluasi dan masukan dari seluruh prajurit Kopaska selama menjalankan tugas di lapangan, maka dibuat terobosan yang lebih efektif untuk ship boarding ke kapal sasaran. Terobosan ini adalah modifikasi yang dilakukan terhadap RHIB yang dimiliki Satkopaska Armabar dengan penambahan tangga hidrolik, solusi ini dinamai CANTOKA (Carrier and Tactical Onboard Kopaska). Dengan penambahan sistem baru ini selain bisa mengangkut peralatan dan personel, RHIB ini juga difungsikan sebagai salah satu sarana taktik ship boarding.
Fungsi tangga hidrolik ini sangat signifikan terutama saat dipakai dalam tugas ship boarding. Bila dengan model ship boarding sebelumnya dibutuhkan waktu tujuh menit, maka aksi personel Kopaska hanya membutuhkan sekitar dua menit untuk menguasai anjungan kapal sasaran. Dengan inovasi ini seluruh prajurit pada saat masuk ke kapal sasaran masih tetap dalam kondisi prima, konsentrasi, dan moril pun masih tinggi. Inovasi ini dibuat dengan tetap mempertimbangkan keamanan terhadap personel dan tidak melenceng dari SOP dan taktik pelaksanaan ship boarding. Selanjutnya dalam hitungan detik, seluruh tim Kopaska sudah berada di dalam kapal sasaran dan mulai melaksanakan pencarian sasaran dengan metode CQB (Close Quarter Combat).
Ship boarding Kopaska dengan CANTOKA
Ship boarding Kopaska dengan CANTOKA
Aksi CANTOKA dilakukan dari arah buritan kapal sasaran.
Aksi CANTOKA dilakukan dari arah buritan kapal sasaran.
IMG_20141008_090334
Pembuatan tangga ini mulai dikembangkan di Satkopaska Armabar pada pertengahan 2011, meski idenya sudah bergulir sejak tahun 2010. CANTOKA menggunakan tangga dengan tekni pneumatics yang bisa mengatur tinggi rendahnya tangga sesuai dengan tinggi rendahnya dek kapal. Resminya pada Desember 2011, CANTOKA-01 mulai dicoba pada ajang hari Nusantara di Dumai. Tangga hidrolis digerakkan dengan daya dorong menggunakan gas oksigen. Tabung oksigen ini disimpan di geladak RHIB. Dua sistem hidrolik ini dipasang di RHIB ini. Satu hidrolik digunakan untuk menaikturunkan tangga, dan satunya lagi digunakan untuk sistem maju mundur tangga. Proyek penambahan tangga ini dipimpin langsung oleh Komandan Satkopaska. Solusi ini disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.

RHIB (Sea Rider)
Dalam operasinya, Sea Rider dapat dilepaskan dari kapal patroli, korvet, LPD (Landing Platform Dock), LST (Landing Ship Tank), dan frigat. Saat upaya ship boarding dilakukan, Sea Rider datang dari arah buritan kapal sasaran, baik dari lambung kanan atau lambung kiri, ini untuk menghindari pengamatan dari pembajak. Dalam taktik ship boarding, setidaknya akan ada dua Sea Rider yang dikerahkan. Sea Rider pertama berperan sebagai unsur yang merapat ke kapal sasaran. Sedangkan Sea Rider kedua berperan sebagai pengaman dari jalannya operasi ship boarding.
Unit Kopaska Siap Melakukan Ship Boarding.
Unit Kopaska Siap Melakukan Ship Boarding.
20110527_Drill_Exercise_ISPS_Code_2011
Kopaska dengan Sea Rider.
Aksi Kopaska tak bisa dilepaskan dari Sea Rider.
pasukan-kopaska-tni-al-melakukan-pengamanan-anti-teror-dari-aspek-laut-jelang-ktt-asean_dsc0627
Sea Rider umumnya dibekali senapan mesin GPMG FN MAG kaliber 7,62 mm.

RHIB adalah perahu cepat yang memiliki dua bagian utama, yaitu bagian tetap atau rigid dan bagian yang dapat dikembangkempiskan dan bersifat inflatable. Bagian yang bersifat rigid ada pada lunas perahu, sehingga memungkinkan perahu punya kemampuan aerodinamis yang cukup baik. Selain itu juga memperkecil gesekan antara air laut dengan badan perahu. Efeknya, perahu memiliki kemampuan olah gerak tinggi.
Sedangkan bagian yang bersifat inflatable berada pada bagian lambung atas yang mengelilingi badan perahu sampai buritan. Bagian ini berupa badan karet berisi udara yang terdiri dari sekat-sekat terpisah. Sehingga, apabila terjadi kebocoran pada satu bagian tidak mempengaruhi bagian lainnya. Kelebihan lain dari bagian ini adalah bobotnya yang relatif ringan. Efek yang ingin dicapai dari perpaduan semua ini adalah perahu dapat melaju dengan kecepatan lebih tinggi.
Rata-rata RHIB disokong dua mesin, dengan besar silinder antara 250cc sampai 300 cc yang mampu menghasilkan kecepatan 40 knot. Kedua mesin menempel pada bagian yang rigid dilengkapi dengan sistem hidrolis yang mampu mengatur seberapa dalam baling-baling tenggelam di air serta menaikkan mesin saat tidak digunakan agar tidak selalu terendam air laut. Selain itu RHIB tidak menggunakan daun kemudi selayaknya kendaraan air, namun menggunakan sistem hidrolis yang mampu membelokkan baling-baling berikut mesinnya. Inilah yang membuat olah gerak RHIB begitu lincah. (Bayu Pamungkas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar