Minggu, 26 Oktober 2014

Asisten Operasi KSAU Marsda TNI Sudipo Handoyo: TNI AU Perkuat Alutsista dan Perang Informasi


Selain memperkuat alutsista untuk meningkatkan kemampuan tempurnya, TNI AU melakukan penekanan pada penguasaan informasi yang jadi ujung tombak sebelum terjadi peperangan.

            Penguasaan informasi menjadi penekanan pertama sebelum melaksanakan operasi militer perang (OMP). Bagaimana kita akan melakukan suatu penyerangan terhadap kekuatan musuh kalau tidak menguasai informasi mengenai seberapa besar kekuatan musuh dan apa yang akan dilakukan musuh terhadap kita. Asisten Operasi KSAU Marsda TNI Sudipo Handoyo menjabarkan hal tersebut kepada Angkasa di kantornya bulan lalu. Menurut Sudipo, upaya penguasaan berbagai macam informasi tengah dan harus dilakukan TNI AU. Untuk mencapai taraf ini, TNI AU harus melengkapi beragam perangkat perang informasi yang dibutuhkan.

            Dalam melaksanakan kampanye perang udara, seperti telah dilakukan dalam format latihan gabungan, TNI AU telah mengedepankan faktor perang informasi. Informasi kekuatan musuh dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan kemudian digunakan sebagai dasar melaksanakan strategi penyerangan. “Jangan sampai kita berniat mau melakukan pengeboman terhadap kekuatan musuh di suatu pangkalan, ternyata musuh telah memindahkan alutsista dan kekuatan tempurnya lebih dulu,” ujarnya mencontohkan.

            Menghancurkan musuh di basis kekuatannya sendiri, seringkali dianggap sebagai suatu tindakan agresi. “Pemahaman kita yang salah, yang akhirnya melahirkan opini bahwa kalau kita menyerang musuh di luar wilayah NKRI maka kita dianggap menjadi negara agresor. Padahal itu bukan agresi, sejatinya ini merupakan bagian dari suatu operasi perang udara,” tandas mantan Komandan Seskoau ini.

TNI AU lanjut Sudipo, memiliki doktrin operasi udara strategis, yaitu menghancurkan musuh di negaranya. “Kalaupun musuh masih lolos juga masuk ke wilayah udara kita, maka kita lawan dengan operasi lawan udara ofensif. Di situ para penerbang tempur kita berjibaku menghadang mereka,” paparnya. Kekuatan musuh yang berhasil masuk, akan memungkinkan terjadinya peperangan di laut dan daratan. Hal ini yang sering diskenariokan dalam latihan gabungan, dimana musuh dari suatu negara berhasil masuk menguasai beberapa wilayah NKRI, dan baru setelah itu dihancurkan melalui suatu operasi gabungan.

Jet tanker
            Mengenai penambahan alutsista, Asops KSAU menjelaskan. Sesuai rencana strategis yang dituangkan dalam Minimum Essential Force (MEF) tahap I (2009-2014), TNI AU saat ini tengah menunggu beberapa pesawat yang sudah dibeli namun belum datang semua. Di antaranya F-16C/D 52ID yang akan lengkap datang 24 unit tahun depan. Pesawat ini akan mengisi Skadron Udara 16 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru dan sebagian lagi mengisi Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi, Magetan. Fasilitas Skadron Udara 16 saat ini sudah lengkap, mulai dari shelter, hanggar, perkantoran hingga perumahan dinas. (Pada saat artikel ini diturunkan, Skadron Udara 16 rencananya akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir September 2014).

            Selain Skadron Udara 16, TNI AU akan membangun Skadron Udara 33 di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Skadron ini akan diisi pesawat C-130H yang merupakan hibah dan beli dengan harga murah dari Australia. TNI AU juga akan membentuk Skadron Udara 27 di Lanud Halim Perdanakusuma untuk pesawat CN295 yang menggantikan Fokker 27. Saat ini tujuh CN295 dari PT DI sudah diserahkan kepada TNI AU dan akan terus ditambah hingga menjadi 16 unit. Sementara Skadron Udara 2 yang saat ini menaungi CN295, tetap akan mengoperasikan CN235.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar