Selasa, 17 Februari 2015

UF-2 Albatross: Generasi Kedua Pesawat Intai Amfibi TNI AU

2
TNI AU dan Kemhan saat ini mungkin tengah mempertingkan pengadaan pesawat intai amfibi, pasalnya belum lama berselang, pihak Rusia menawarkan Beriev Be-200 Altair. Sementara dari pihak Jepang mulai bersiap menawarkan pesawat amfibi turbo propeller US-2. Semua menyusul gaung poros maritim yang dicanangkan pemerintahan Jokowi saat ini. Memang idealnya bangsa maritim sebesar Indonesia harus mempunya pesawat dengan peran strategis, seperti pada kedua pesawat diatas.
Flash back ke masa lalu, justru Indonesia pernah menjadi yang terdepan dalam pengoperasian pesawat amfibi di belahan Asia Selatan. Publik masih ingat, saat di tahun 50-an TNI AU (d/h AURI) pernah mengggunakan PBY-5A Catalina yang legendaris. Berlanjut kemudian, TNI AU dan TNI AL (d/h ALRI) juga mengoperasikan pesawat amfibi besutan Grumman, UF-2 Albatross.
Yang terakhit disebut, Albatross punya kesan tersendiri di Tanah Air, sebab pesawat ini memang lebih baru dari Catalina, dirancang dan meluncur pasca Perang Dunia Kedua. Meski sudah pensiun dari kedinasan TNI, Albatross masih dioperasikan TNI AU hingga tahun 1982. Salah satu Albatross dapat dilihat saat ini sebagai koleksi museum Dirgantara di Yogyakarta. Albatross sesuai perannya, tak hanya digunakan untuk misi intai maritim dan SAR, pesawat dengan radian engine ini juga laris manis dipakai kalangan sipil, baik untuk transportasi dan kepentingan wisata. Debutnya terakhir muncul saat tampil dalam film Expendables (2010). Dalam sekuel film action Hollywood tersebut, Albatross yang dipiloti Sylvester Stallone berhasil menggilas kawanan pasukan musuh di darat. Aktor Jason Statham disini tampil memukau dengan berdiri di depan kokpit sembari melepaskan tembakan. Pesawat disamarkan sebagai milik NGO Global Wildlife Conservancy.
Albatross tampil dalam film Expendables.
Albatross tampil dalam film Expendables.
Aksi John Statham di muka kokpit Albatross.
Aksi John Statham di muka kokpit Albatross.
02Albatross-01
Dirunut dari sejarahnya, varian Albatross pertama meluncur pada 24 Oktober 1947, produksinya dimulai pada periode 1949 hingga 1961, dengan total produksi 466 unit. Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina, menjadi deretan negara di Asia Tenggara yang pernah mengoperasikan Albatross. Albatross HU-16 (HU-16A untuk versi Indonesia) merupakan salah satu pesawat amfibi yang pernah digunakan AURI pada akhir tahun 50-an sampai awal 80-an. Varian ini lebih populer dengan identitas UF-1.
Menurut catatan sejarah, pada tahun 1957, Skadron Udara 5 Intai Maritim yang bermarkas di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur mendapat tiga buah pesawat HU-16 Albatros dari pabrik Grumman USA dan dua buah pesawat Grumman Goose dari sebuah perusahaan minyak Inggris. Kemudian, pada tahun 1976, ada tambahan 4 unit UF-2 Albatross (HU-16D) untuk Skadron 5. UF-2 punya sayap yang lebih panjang. Skadron yang berada dibawah jajaran Wing udara 5 ini menggunakan Albatross sampai tahun 1982, dimana mereka menggantinya dengan Boeing 737-200 Surveillance dan C-130H MPA Hercules maritim Patrol.
grumman-uf2Grumman_Albatross_N44RD_Coc
Sementara TNI AL lewat Puspenerbal juga ikut mengoperasikan Albatross, pada 1 September 1960 datang dua unit UF-1 Albatross di Lanud Angkatan Laut Morokrembangan. Pesawat ini masuk dalam kekuatan Skadron 600, yakni sebagai pesawat angkut utilty, patroli, dan foto udara. Pesawat ini juga aktif dalam mendukung operasi Trikora.
Albatross memiliki kecepatan maksimal mencapai 380 km per jam. Grumman Albatross diperkuat 2× Wright R-1820-76 Cyclone 9 radial engine. Pada masanya, kemampuan pesawat ini tidak dapat diragukan lagi. Pada tanggal 4 Juli 1973 Ia memecahkan rekor resmi ketinggian terbang untuk pesawat sejenisnya dengan terbang sampai ketinggian 9.600 meter. Albatross juga sempat mencicipi medan tempur di perang Korea dan perang Vietnam. Tidak hanya Amerika Serikat, 23 negara lain juga menggunakan Albatross. (Deni Adi)
  • Spesifikasi UF-2 Albatross
  • Capacity: 10 passengers
  • Length: 19,16 meter
  • Wingspan: 29,47 meter
  • Tinggi : 7,88 meter
  • Berat kosong : 10.401 kg
  • Berat penuh : 13.797 kg
  • Mesin: 2 × Wright R-1820-76 Cyclone 9 nine-cylinder single-row air-cooled radial engine, 1,425 hp (1,063 kW) each
  • Fuel Capacity: 2.550 liter internal, plus 1,512 liter in wingtip floats plus two drop tanks 1.135 liter
  • Kecepatan : 380 km per jam
  • Kecepatan jelajah : 200 km per jam
  • Jarak jelajah : 4.589 km
  • Kecepatan menanjak : 7,4 meter per detik
  • Ketinggian terbang : 6.550 meter
Indomil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar