Ratusan personel TNI mengikuti apel pasukan
pemukul reaksi cepat sebelum mengikuti latihan di Mako Armada Timur,
Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (24/3/2015). (Antara/Zabur Karuru)
Tentara Nasional Indonesia dalam waktu dekat akan menggelar latihan gabungan di Poso, Sulawesi Tengah. Lantaran melibatkan banyak pasukan dan risiko peluru nyasar, beredar isu jika warga akan diungsikan selama 15 hari.
Kabar itu pun membuat warga khawatir karena harus meninggalkan rumah mereka dalam waktu yang lama.
Menanggapi isu tersebut, Komandan Kodim 1307 Poso, Letkol Infantri Eron Firmansyah, membantah isu tersebut. Eron menjelaskan, latihan gabungan yang akan melibatkan tiga marka tersebut sudah dalam persiapan yang matang.
"Latihan akan berlangsung mulai tanggal 30 hingga 31 Maret. Itu ada beberapa tahapan, mungkin sekitar daerah Tamanjeka, Uweralulu dan Sipatuwo. Itu desas-desusnya warga akan turun selama 15 hari. Itu tidak benar," ujar Eron.
Menurut Eron, warga diungsikan tidak lebih dari 16 jam. "Hanya satu hari saja. Setelah penembakan, besoknya warga bisa kembali lagi ke rumah mereka masing-masing. Kami mengamankan masyarakat sementara, karena tidak menutup kemungkinan kan peluru itu tepat sasaran, apalagi jika ditembakkan dari pesawat udara. Jadi kita mengamankan masyarakat itu juga untuk turun sementara," ujar dia.
Pada saat diungsikan, warga nantinya akan diberikan bantuan sosial yang dipusatkan di Desa Tabalu.
Terkait latihan gabungan TNI, warga diminta tidak perlu khawatir untuk meninggalkan rumahnya selama satu hari. Sebab, saat pemukiman warga kosong, akan ada aparat TNI yang berjaga.
"Pada saat kosong itulah, kami aparat Kodim dengan Satuan 714 Sintuwu Maroso akan mengamankan wilayah itu, supaya tidak kemalingan," tutur Eron.
Rencananya, ada kurang lebih 170 warga yang akan diungsikan selama satu hari. "Tolong disampaikan kepada masyarakat, tidak semua warga akan kami turunkan. Tetapi hanya di wilayah yang kemungkinan terkena sasaran tembakan dan sasaran serangan udara dari pesawat."
Sebelumnya, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mempertanyakan kegiatan latihan operasi militer di Poso, Sulawesi Tengah, yang salah satu tujuannya diduga untuk memburu kelompok teroris jaringan Santoso.
Ribuan personel TNI yang ikut latihan gabungan tersebut terdiri dari Kopassus - Kopassus (AD), Marinir - Kopaska (AL) dan Paskhas (AU) yang dikerahkan dalam latihan operasi militer yang tergabung dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC).
Menanggapi isu tersebut, Komandan Kodim 1307 Poso, Letkol Infantri Eron Firmansyah, membantah isu tersebut. Eron menjelaskan, latihan gabungan yang akan melibatkan tiga marka tersebut sudah dalam persiapan yang matang.
"Latihan akan berlangsung mulai tanggal 30 hingga 31 Maret. Itu ada beberapa tahapan, mungkin sekitar daerah Tamanjeka, Uweralulu dan Sipatuwo. Itu desas-desusnya warga akan turun selama 15 hari. Itu tidak benar," ujar Eron.
Menurut Eron, warga diungsikan tidak lebih dari 16 jam. "Hanya satu hari saja. Setelah penembakan, besoknya warga bisa kembali lagi ke rumah mereka masing-masing. Kami mengamankan masyarakat sementara, karena tidak menutup kemungkinan kan peluru itu tepat sasaran, apalagi jika ditembakkan dari pesawat udara. Jadi kita mengamankan masyarakat itu juga untuk turun sementara," ujar dia.
Pada saat diungsikan, warga nantinya akan diberikan bantuan sosial yang dipusatkan di Desa Tabalu.
Terkait latihan gabungan TNI, warga diminta tidak perlu khawatir untuk meninggalkan rumahnya selama satu hari. Sebab, saat pemukiman warga kosong, akan ada aparat TNI yang berjaga.
"Pada saat kosong itulah, kami aparat Kodim dengan Satuan 714 Sintuwu Maroso akan mengamankan wilayah itu, supaya tidak kemalingan," tutur Eron.
Rencananya, ada kurang lebih 170 warga yang akan diungsikan selama satu hari. "Tolong disampaikan kepada masyarakat, tidak semua warga akan kami turunkan. Tetapi hanya di wilayah yang kemungkinan terkena sasaran tembakan dan sasaran serangan udara dari pesawat."
Sebelumnya, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mempertanyakan kegiatan latihan operasi militer di Poso, Sulawesi Tengah, yang salah satu tujuannya diduga untuk memburu kelompok teroris jaringan Santoso.
Ribuan personel TNI yang ikut latihan gabungan tersebut terdiri dari Kopassus - Kopassus (AD), Marinir - Kopaska (AL) dan Paskhas (AU) yang dikerahkan dalam latihan operasi militer yang tergabung dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar