Indonesia segera mendapatkan teknologi tiga senjata
dari China termasuk Type 90B, meriam otomatis 30mm dan RCWS jenis UW-1.
Jurnal Kanwa (Kanada) melaporkan bahwa China North Industries
Corporation (Norinco) telah memberikan lisensi produksi atas teknologi
tiga senjata China kepada IndoMesin dari Indonesia, termasuk peluncur
roket berlaras 40 dengan kaliber 122 mm Type 90B, sistem senjata remote
control weapon station UW-1 dan meriam laut (naval gun) kaliber 30mm.
Senjata-senjata ini akan diproduksi di Indonesia dan akan melengkapi
alutsista Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Dalam tahap awal Indonesia
hanya bertanggung jawab untuk perakitan, sedangkan semua komponen
dipasok oleh Norinco, di waktu kemudian Indonesia akan memproduksi
sendiri. Namun senjata ini hanya diperbolehkan untuk digunakan oleh
militer Indonesia, dan tidak diperbolehkan untuk ekspor.
Dalam beberapa tahun terakhir, kerjasama militer – teknis Indonesia
dan China semakin menguat. Indonesia bukan hanya membeli sistem
persenjataan China namun juga membeli teknologi produksi. Contohnya
adalah dalam hal pengadaan rudal jelajah anti-kapal C-705, Indonesia
membeli 18 set rudal dari China dan kemudian meminta lisensi produksi.
Peluncur roket Type 90B dirancang dari peluncur roket Type 81 yang
telah ditingkatkan kemampuannya, berasal dari duplikasi China atas
peluncur roket BM-21 Grad buatan Uni Soviet. Tipe 90B ditempatkan pada
platform chasis kendaraan 6×6 roda ban jenis Beifang Benchi 2629. Roket
dengan 40 laras ukuran 122 mm ini dapat mencapai jarak pada kisaran
20-40 km tergantung pada jenis roketnya.
Perbedaan utama antara Tipe 90B dibandingkan dengan peluncur roket
generasi sebelumnya terletak pada tambahan kendaraan pengintai artileri
(artillery reconnaissance vehicles) yang secara signifikan meningkatkan
ketepatan daya tembak MLRS ini.
Sedangkan UW-1 Remote Control Weapon Station (RCWS) dapat
diintegrasikan dengan senjata mesin ringan otomatis kaliber 14,5 mm atau
12,7 mm yang dilengkapi dengan peralatan surveilance modern termasuk
kamera CCD warna dan alat bidik berpemandu inframerah.
Nama meriam otomatis 30 mm masih belum diketahui, namun menurut
pejabat Indonesia senjata ini dapat menembak dengan kecepatan 320
putaran/menit, jangkauan maksimum 4.000 meter, dan dipasang pada kapal
patroli kecil. Selain itu, informasi ini juga menyebutkan bahwa
Indonesia sedang melakukan negosiasi untuk membeli teknologi meriam 76
mm dari China. (Kien Thuc)
(defense-studies.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar