Pemerintah melalui PT Dirgantara Indonesia
(DI), tengah menyiapkan produksi massal pesawat kecil jenis N-219.
Pesawat tersebut dikhususkan untuk melayani penerbangan jarak dekat
antarwilayah di Indonesia.
“N-219 akan digunakan untuk menjangkau antarkota berjarak sekitar 200
kilometer. Kapasitasnya kurang lebih 19 penumpang,” ungkap Menteri
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek dan Dikti), M Nasir,
saat mengunjungi Solo Techno Park (STP), Selasa (24/3).
Ia mengklaim, saat ini prototipe pesawat tersebut telah selesai
dibuat. “Satu unit pesawat riset itu bernilai sekitar Rp 120 miliar
sampai Rp 125 miliar. Kami sedang mengupayakan agar N-219 bisa lulus uji
sertifikasi pada tahun ini.” Dengan demikian, lanjut Nasir, PT DI
diharapkan bisa mulai memproduksi pesawat tersebut secara massal pada
2016.
“Jika produksi pesawat itu bisa direalisasikan pada 2016, maka tahun
depan akan menjadi tahun kebangkitan dirgantara Indonesia,” tegas Mantan
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) ini.
Nasir mengatakan, kendati biaya yang dibutuhkan untuk membuat
prototipe N-219 relatif tinggi, harga pasaran yang dipatok untuk pesawat
tersebut bisa di bawahnya.
“Harga keekonomiannya bisa berkisar US 6 juta dollar. Atau kira-kira
Rp 70 miliar per unit. Dibanding dengan produksi luar negeri, harga
segitu jauh lebih murah.” jelasnya.
Thailand dan Filipina, oleh Nasir diklaim sebagai contoh negara yang sudah menyatakan ketertarikannya terhadap N-219.
“Tapi kami akan fokus kepada pemenuhan kebutuhan dalam negeri dulu.
Lagipula untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, kami masih
kesulitan,” tandasnya. (Suara Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar