Stockholm,
Swedia (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk Swedia, Dewa Made
Sastrawan, positif terhadap kemungkinan kerja sama industri pertahanan
dengan SAAB AB ataupun perusahaan lain Swedia bergerak di bidang ini.
“Dari
banyak negara yang memiliki industri pertahanan, cuma Swedia yang
menawarkan skema kerja sama seperti ini. Konsep kerja sama yang
ditawarkan membantu kita mempercepat penguasaan teknologi tinggi dan
penerapannya di bidang lain,” katanya, kepada www.antaranews.com, di Stokholm, Swedia, Rabu waktu setempat.
SAAB AB dari Swedia berniat turut dalam tender pengadaan pengganti pesawat tempur F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU. Pesawat tempur yang diajukan adalah JAS39 Gripen C/D atau JAS39 Gripen NG.
Seri JAS39 Gripen digadang-gadang akan bersaing dengan Sukhoi Su-35 Flanker, F-16 Block 60 Fighting Falcon,
dan Eurofighter Typhoon. Sejauh ini proses tender dan pemberitahuan
spesifikasi keperluan belum dinyatakan secara resmi oleh Indonesia.
Dalam paket tawarannya, SAAB AB menawarkan produk industri pertahanan itu (JAS39 Gripen serie), skema penelitian dan pengembangan serta desain, peningkatan mutu SDM terkait dan pelatihan, dan transfer teknologi.
Pada besaran investasi alias pembelian tertentu JAS39 Gripen, SAAB AB juga akan membantu memasarkan produk yang dihasilkan dari mitranya di Indonesia.
Dalam
berbisnis, SAAB AB memiliki pilar bisnis penelitian dan pengembangan,
kualitas produk dan komitmen, ketersediaan, dan pelibatan mitra
setempat.
“Misalnya
untuk mitra setempat di satu negara dan pengembangan kualitas SDM
setempat. Kami ingin mendekatkan kehadiran produk kami kepada pengguna.
Dengan begitu, mereka bisa melakukan perawatan dan perbaikan di tempat,”
kata Deputi CEO SAAB, Lennart Sindahl, secara terpisah.
"Dengan
begitu, bisa semakin mengefektifkan anggaran biaya yang dimiliki
kostumer kami," katanya. Hal serupa inilah yang mereka lakukan kepada
pengguna JAS39 Gripen serie, di antaranya Brazil dan Thailand.
Menurut
Sastrawan, ada hal strategis yang bisa diraih Indonesia jika menjalin
kerja sama industri pertahanan dengan Swedia. “Dalam hal material
komposit atau teknologi radar, mereka sangat menguasai hal ini dan
menjadi pemain penting di dunia,” katanya.
Jika
Indonesia menguasai hal ini maka pemanfaatannya secara bisnis dan
praktis untuk substansi lain, kata dia, sangat bisa dilakukan Indonesia
untuk kepentingan Indonesia sepenuhnya.
“Mereka
tidak menerapkan batasan apapun tentang ini. Saya pribadi telah
beberapa kali membahas ini dengan para petinggi mereka,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar