Lain halnya dengan sentuhan kuliner, cita rasa Italia memang tak
begitu dominan di segmen alutsista TNI, padahal jika ditelaah industri
pertahanan di Italia terbilang maju. Di lingkup alutsista TNI, identitas
Italia diwakili cukup lama oleh meriam reaksi cepat OTO Melara 76 mm
yang terdapat di frigat Van Speijk Class, Diponegoro Class (SIGMA Class) dan korvet Bung Tomo Class.
Masih di lini kesenjataan TNI AL, flash back ke masa silam, tatkala TNI
AL (d/h ALRI) di dapuk sebagai kekuatan maritim terbesar di Asia
Tenggara, ada dua jenis kapal perang asal Italia yang menjadi etalase
alutsista TNI AL.
Dua
jenis kapal perang besutan Italia tersebut adalah dua unit korvet
Albatross Class dan dua unit destroyer escort Almirante Clemente Class.
Albatross Class dan Almirante Clemente Class di datangkan pada dekade
50-an. Selepas TNI AL menerima kapal perusak pertama, yakni KRI Gadjah Mada
pada tahun 1952, maka Indonesia terus memperkuat armada tempur, di
periode 1957 – 1959 TNI AL membeli empat kapal perang baru dari Italia.
Dua Almirante Clemente Class diwujudkan sebagai KRI (d/h RI) Soerapati
356 dan KRI Iman Bondjol 355. Sedangkan dua Albatross Class tampil
sebagai KRI Patimura 801 dan KRI Hasanuddin 802.
Sebagai kapal perang yang di datangkan menjelang tahun 60-an, sudah
barang tentu Albatross Class dan Almirante Clemente Class ikut
dilibatkan dalam kampanye show of force mengganyang Belanda
dalam operasi Trikora. Sayang, eksistensi Albatross Class dan Almirante
Clemente Class tidak berumur panjang, pada tahun 70-an kedua kapal sudah
masuk masa purna tugas, bersamaan dengan beragam frigat dan perusak
dari Uni Soviet.
Meski masa bakti Almirante Clemente Class tidak lama di Indonesia,
namun kapal perang ini nyatanya masih dioperasikan hingga tahun 2011
oleh AL Venezuela, tentunya dengan sejumlah modifikasi. Dirunut dari
asalnya, Almirante Clemente Class dirancang oleh Luigi Ansaldo
Ficantieri. Sementara galangan yang membangunnya adalah Cantieri Navale
Ansaldo, Italia. Beberapa literature ada yang menyebut Almirante
Clemente Class sebagai frigat, namun bila dilihat dari bekal senjata dan
bobot tonase, maka kapal perang ini memang lebih cocok sebagai DLV (Destroyer Light Vessel)
atau light destroyers. Di lingkup TNI AL, istilahnya lebih dikenal
sebagai destroyer escort. Salah satu destroyer escort TNI AL yang cukup
terkenal adalah Samadikun Class yang eksis pada operasi Seroja.
Awalnya, Luigi Ansaldo Ficantieri secara khusus merancang kapal
perang ini untuk kebutuhan AL Venezuela pada tahun 50-an. Pesanan
Almirante Clemente Class diteken 6 unit untuk Venezuela, tapi pada
kenyataa hanya 2 unit yang diterima Venezuela. Sisanya masing-masing dua
unit dibeli oleh Portugal, Algeria, dan Indonesia.
Dilhat dari spesifikasinya, bobot kapal kosong 1.300 ton dan bobot
penuh hingga 1.500 ton. Bila ditengok dari segi bobot, tak salah jika
ada yang menyebut kapal ini sebagai korvet, apalagi panjang kapal
‘hanya’ 99,1 meter. Dapur pacunya disokong 2 Foster wheeler boilers 650
psi, Parsons steam turbin dengan dua propeller yang menghasilkan tenaga
24.000 hp. Penggunaan mesin turbin inilah yang disinyalir memberatkan
dari segi operasional, karena cukup boros, meski untuk kecepatan memang
jempolan. Dan, kecepatan maksimum-nya memang cukup tinggi di kelasnya,
yakni 32 knots. Sementara jarak jelajahnya hingga 6.500 km pada
kecepatan 10 knots.
Bicara soal senjata, kapal ini mengandalkan meriam kaliber sedang.
Diantaranya, dua pucuk meriam Vickers MK XVI Twin 102 mm/45, dua pucuk
meriam Bofors Twin 40 mm/56 MKI, dan empat pucuk kanon Oerlikon 20 mm.
Ketiga jenis senjata tersebut dipasang untuk misi peperangan permukaan
dan anti serangan udara. Guna menangkal kapal selam, Almirante Clemente
Class dibekali 21′ Mk 9 Triple torpedo tube, 2 x Mk 11 mortir Hedgehog, 2
x Mk 9 deep charge mortar, dan 2 x Mk 6 Deep charge mortar. Mendukung
peran AKS (anti kapal selam), kapal perang ini juga dilengkapi passive/active sonar
AN/SQS-4. Pada jamannya, destroyer escort ini terbilang canggih, ini
terlihat dari asupan beraneka radar, seperti AN/SPG-34, AN/SPS-10, dan
AN/SPS-6. Tidak itu saja, destroyer tanpa rudal ini pun turut dilengkapi
instrument perang elektronik, yakni ESM Level 1.
Venezuela sebagai pemakai akhir Almirante Clemente Class,
memperlakukan destroyer tua ini dengan cukup apik hingga masa akhir di
tahun 2011. Terakhir digunakan sebagai armada penjaga pantai, Almirante
Clemente (F-11) dan General Moran (F-12) Class AL Venezuela (Bolivarian
Navy) telah dipasang meriam OTO Melara 76 mm, sebagai pengganti meriam Vickers MK XVI Twin 102 mm. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Almirante Clemente Class
– Displacement : Standard: 1,300 tons, Full load: 1,500 tons
– Length : 99,1 meter
– Beam : 10,8 meter
– Draught : 3,7 meter
– Propulsion : 2 Foster Wheeler boilers 650 psi, Parsons steam turbines, 2 shafts, 24.000 horsepower (18 MW)
– Speed: 32 knots (59 km/h)
– Range: 3.500 nmi (6.500 km) at 10 knots (19 km/h)
– Crew : 162
– Displacement : Standard: 1,300 tons, Full load: 1,500 tons
– Length : 99,1 meter
– Beam : 10,8 meter
– Draught : 3,7 meter
– Propulsion : 2 Foster Wheeler boilers 650 psi, Parsons steam turbines, 2 shafts, 24.000 horsepower (18 MW)
– Speed: 32 knots (59 km/h)
– Range: 3.500 nmi (6.500 km) at 10 knots (19 km/h)
– Crew : 162
Tidak ada komentar:
Posting Komentar