Pesawat KT-1B Wong Bee Jupiter Aerobatic Team milik TNI AU (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Dua pesawat KT-1 Wong Bee milik
TNI AU saling bersenggolan di langit Langkawi, Malaysia, Minggu siang 15
Maret 2015. Pesawat jatuh dan terbakar. Untungnya, empat awak dari
masing-masing pesawat itu selamat setelah berhasil melontarkan diri.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang dimintai keterangan saat membuka Pendidikan Reguler (Dikreg) XLII Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di Bandung, Jawa Barat mengatakan, ada faktor non teknis yang menyebabkan dua pesawat buatan Korea Selatan itu mengalami senggolan.
Dari hasil investigasi awal yang dilakukan tim TNI AU, dua dari enam pesawat yang menggelar gladi bersih sempat masuk dalam ruang hampa. Saat bermanuver jarak pesawat hanya sekitar 10 sampai 20 centimeter.
"Mereka bukan gagal, tapi ada faktor non-teknis. Ini akan dicermati untuk dievalusi. Tim investigasi sudah dikirim," kata Moeldoko.
Dikutip dari New Strait Times, setelah kecelakaan dilaporkan, helikopter penyelamat dari Angkatan Udara Malaysia dikirim untuk mencari pilot. Pemadam kebakaran setempat ikut dikerahkan guna memadamkan api pesawat maupun bangunan yang tertimpa badan pesawat.
Enam Pesawat Kembali ke Tanah Air
Satu hari setelah insiden senggolan, enam pesawat KT-1 Wong Bee langsung ditarik pulang ke tanah air. Pada Senin siang, 16 Maret 2015, enam pesawat itu mendarat di Landasan Udara Soewondo, Medan.
Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Surya Chandra Siahaan, mengatakan tim Jupiter hanya beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Pekanbaru, Riau. Setelah mengisi bahan bakar, mereka langsung kembali melanjutkan perjalanan.
Kata Soewondo, seluruh pilot tetap menerbangkan enam pesawat. Sementara empat pilot yang alami kecelakaan masih berada di Malaysia karena masih butuh perawatan.
Dengan kembalinya enam pesawat ini, maka tim JAT dipastikan tidak melakukan unjuk kebolehan dalam ajang LIMA 2015 yang merupakan pameran dirgantara dan kelautan yang juga diikuti berbagai industri penerbangan dan kelautan dari sejumlah negara.
Dalam pameran ini, The Jupiters Aerobatik Team (JAT) akan menampilkan manuver akrobatik udara dengan formasi, antara lain, Jupiter Roll, Loop, Clover leaf, Leader Benefit, Loop & Break Off, Jupiter Wheel, Tango to Diamond, Mirror, Screw Roll, Heart Manouver, Roll Slide, Solo Spin& Knife Edge, Five Card Loop, Jupiter Roll Back, Loop & Bomb Burst.
Formasi JAT dipimpin oleh Mayor Pnb Feri Yunaldi sebagai Leader di Jupiter 1. Sementara masing-masing pesawat diawaki oleh Kapten Pnb Idam Satria Utomo sebagai Right Wing di Jupiter 2, Kapten Pnb Made Yogi Indra sebagai Left Wing di Jupiter 3, Mayor Pnb Putu Sucahyadi sebagai Slot di Jupiter 4, Mayor Pnb Sri Raharjo sebagai Lead Synchro di Jupiter 5, dan May Pnb Humaidi Syarief Romas di Jupiter 6.
Mengenal Jupiter Aerobatic Team
Setelah vacum selama beberapa tahun, pada awal 2008, TNI AU mulai merintis kembali team aerobatic dengan menggunakan pesawat KT 1 Woongbee buatan Korea yang memperkuat Skadik 102.
Tim ini tampil lagi pertama kali dengan empat pesawat pada 4 Juli 2008 pada upacara wingday sekolah penerbang. Mereka kemudian tampil lebih menawan dengan manuver yang lebih bervariasi pada 2011 dengan menggunakan enam pesawat.
Keahlian tim JAT tak lepas dari tiga instruktur utama mereka. Pertama adalah Kolonel Pnb Anang "Morgan" Nurhadi yang merupakan lulusan Akademi TNI AU angkatan tahun 1987. Instruktur kedua adalah Mayor Pnb James "Octopus" Singal. Pria kelahiran Airmadidi Sulawesi Utara ini adalah alumnus AAU 1996.
Instruktur ketiga adalah Mayor Pnb Feri " Mirage" Yunaldi yang merupakan penerbang asal Pariaman Sumatera Barat, merupakan ex Jupiter 2 dan alumnus AAU 1997.
The Jupiters telah mengukir banyak prestasi hingga ke luar negeri. Sebelum insiden Malaysia terjadi, tim ini sukses mengikuti Singapore Air Show 2014. Pada 2012, tim ini menunjukkan kebolehannya pada ajang Centervial of RTAF Founding Fathers Aviation atau 100 tahun penerbangan Thailand.
Pada Februari 2013, JAT sukses memukau publik di Malaysia dalam ajang Langkawi International maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) 2013. Pada akhir tahun yang sama, The Jupiters juga sukses menjalankan misinya di Brunei Darusalam dalam rangka mengikuti Bridex 2013, Brunei Darussalam International Defence Echibition 2013.
Sepulangnya dari misi di LIMA 2015, The Jupiters rencananya akan menyelesaikan misi dengan 174 sorties atau 222 Jam terbang dan akan melaksanakan display atau airshow di Lanud Suwondo, Medan, Lanud Roesmin Nuryadin, Pakanbaru, Lanud Padang, Lanud Palembang, dan Bandara Inten Lampung.
Dua pesawat ini merupakan bagian dari tim akrobat kebanggaan TNI
Angkatan Udara, Jupiter Aerobatic Team (JAT) atau sering disingkat The Jupiters.
Mereka saat itu bersiap turut memeriahkan pameran dirgantara di
Langkawi, Malaysia, dengan menyajikan aksi akrobatik pesawat udara.
Namun kemalangan menimpa JAT saat gladi resik Minggu kemarin. Akibat
kecelakaan itu, Indonesia dipastikan tidak akan ikut ambil bagian dalam
ajang Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) Exhibition
2015 di Malaysia. Pameran LIMA digelar selama 17-21 Maret.
"Kita sudah putuskan, tim jupiter kembali ke Jakarta. Akibat musibah itu kita harus cooling down," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama, Hadi Tjahjanto, kepada VIVA.co.id, Senin 16 Maret 2015.
Dijelaskan Kadispen TNI AU, akibat kejadian senggolan dua pesawat itu, pimpinan memutuskan untuk menarik seluruh tim Jupiter Aerobatic Team ke Jakarta.
Mengenai eksistensi katanya, tim Jupiter akan tetap memenuhi undangan-undangan dari luar negeri. Namun, penyebab kejadian ini masih belum bisa disampaikan karena tim masih bekerja. Tim TNI AU berada di lokasi kejadian untuk mengumpulkan data-data dan puing pesawat yang jatuh di arah yang berlawanan.
"Kita sudah putuskan, tim jupiter kembali ke Jakarta. Akibat musibah itu kita harus cooling down," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama, Hadi Tjahjanto, kepada VIVA.co.id, Senin 16 Maret 2015.
Dijelaskan Kadispen TNI AU, akibat kejadian senggolan dua pesawat itu, pimpinan memutuskan untuk menarik seluruh tim Jupiter Aerobatic Team ke Jakarta.
Mengenai eksistensi katanya, tim Jupiter akan tetap memenuhi undangan-undangan dari luar negeri. Namun, penyebab kejadian ini masih belum bisa disampaikan karena tim masih bekerja. Tim TNI AU berada di lokasi kejadian untuk mengumpulkan data-data dan puing pesawat yang jatuh di arah yang berlawanan.
"Eksistensi tetap ada, undangan luar negeri banyak sekali. Tapi soal
LIMA sudah diputuskan pimpinan, kita kembali saja ke Jakarta karena ada
musibah itu. Satu tahun saya kira sudah diketahui penyebabnya," ujarnya.
Peristiwa tabrakan ini bermula saat enam pesawat memulai latihan
akrobatik sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Pada pukul 14.00, kedua
pesawat kemudian terlibat senggolan saat melakukan manuver di atas
udara.
Pesawat mengeluarkan api dan langsung menukik ke darat. Satu pesawat jatuh di areal pegunungan tak jauh dari Bandara Internasional Langkawi. Satu pesawat lagi jatuh di permukiman warga di Kampung Gelam.
Dua rumah dan satu kendaraan roda empat ikut terbakar. Tak ada korban jiwa dari warga sipil di lokasi kejadian. Hanya ada satu orang yang pingsan karena ketakutan.
Meski terjadi insiden, empat pilot selamat. Mereka memutuskan untuk keluar hanya sepersekian detik dari pesawat dengan menggunakan kursi pelontar. Pilot akrobatik itu kemudian mengaktifkan parasut untuk selanjutnya mendarat. Mereka hanya mengalami luka gores.
Dubes RI di Malaysia, Herman Prayitno menambahkan, Danlanud Adisucipto, Marsekal Pertama TNI Yadi Indrayadi Sutanandika, merupakan satu dari empat pilot yang ada di pesawat yang mengalami insiden senggolan.
Dalam misi ke LIMA ini, Yadi Indrayadi Sutanandika, bertindak sebagai Mission Comander dibantu Kadispers Lanud Adisutjipto Letkol Pnb Arief Hartono sebagai Coordinator, dan Mayor Pnb HM Kisha sebagai Flight Director.
Pesawat mengeluarkan api dan langsung menukik ke darat. Satu pesawat jatuh di areal pegunungan tak jauh dari Bandara Internasional Langkawi. Satu pesawat lagi jatuh di permukiman warga di Kampung Gelam.
Dua rumah dan satu kendaraan roda empat ikut terbakar. Tak ada korban jiwa dari warga sipil di lokasi kejadian. Hanya ada satu orang yang pingsan karena ketakutan.
Meski terjadi insiden, empat pilot selamat. Mereka memutuskan untuk keluar hanya sepersekian detik dari pesawat dengan menggunakan kursi pelontar. Pilot akrobatik itu kemudian mengaktifkan parasut untuk selanjutnya mendarat. Mereka hanya mengalami luka gores.
Dubes RI di Malaysia, Herman Prayitno menambahkan, Danlanud Adisucipto, Marsekal Pertama TNI Yadi Indrayadi Sutanandika, merupakan satu dari empat pilot yang ada di pesawat yang mengalami insiden senggolan.
Dalam misi ke LIMA ini, Yadi Indrayadi Sutanandika, bertindak sebagai Mission Comander dibantu Kadispers Lanud Adisutjipto Letkol Pnb Arief Hartono sebagai Coordinator, dan Mayor Pnb HM Kisha sebagai Flight Director.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang dimintai keterangan saat membuka Pendidikan Reguler (Dikreg) XLII Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di Bandung, Jawa Barat mengatakan, ada faktor non teknis yang menyebabkan dua pesawat buatan Korea Selatan itu mengalami senggolan.
Dari hasil investigasi awal yang dilakukan tim TNI AU, dua dari enam pesawat yang menggelar gladi bersih sempat masuk dalam ruang hampa. Saat bermanuver jarak pesawat hanya sekitar 10 sampai 20 centimeter.
"Mereka bukan gagal, tapi ada faktor non-teknis. Ini akan dicermati untuk dievalusi. Tim investigasi sudah dikirim," kata Moeldoko.
Dikutip dari New Strait Times, setelah kecelakaan dilaporkan, helikopter penyelamat dari Angkatan Udara Malaysia dikirim untuk mencari pilot. Pemadam kebakaran setempat ikut dikerahkan guna memadamkan api pesawat maupun bangunan yang tertimpa badan pesawat.
Enam Pesawat Kembali ke Tanah Air
Satu hari setelah insiden senggolan, enam pesawat KT-1 Wong Bee langsung ditarik pulang ke tanah air. Pada Senin siang, 16 Maret 2015, enam pesawat itu mendarat di Landasan Udara Soewondo, Medan.
Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Surya Chandra Siahaan, mengatakan tim Jupiter hanya beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Pekanbaru, Riau. Setelah mengisi bahan bakar, mereka langsung kembali melanjutkan perjalanan.
Kata Soewondo, seluruh pilot tetap menerbangkan enam pesawat. Sementara empat pilot yang alami kecelakaan masih berada di Malaysia karena masih butuh perawatan.
Dengan kembalinya enam pesawat ini, maka tim JAT dipastikan tidak melakukan unjuk kebolehan dalam ajang LIMA 2015 yang merupakan pameran dirgantara dan kelautan yang juga diikuti berbagai industri penerbangan dan kelautan dari sejumlah negara.
Dalam pameran ini, The Jupiters Aerobatik Team (JAT) akan menampilkan manuver akrobatik udara dengan formasi, antara lain, Jupiter Roll, Loop, Clover leaf, Leader Benefit, Loop & Break Off, Jupiter Wheel, Tango to Diamond, Mirror, Screw Roll, Heart Manouver, Roll Slide, Solo Spin& Knife Edge, Five Card Loop, Jupiter Roll Back, Loop & Bomb Burst.
Formasi JAT dipimpin oleh Mayor Pnb Feri Yunaldi sebagai Leader di Jupiter 1. Sementara masing-masing pesawat diawaki oleh Kapten Pnb Idam Satria Utomo sebagai Right Wing di Jupiter 2, Kapten Pnb Made Yogi Indra sebagai Left Wing di Jupiter 3, Mayor Pnb Putu Sucahyadi sebagai Slot di Jupiter 4, Mayor Pnb Sri Raharjo sebagai Lead Synchro di Jupiter 5, dan May Pnb Humaidi Syarief Romas di Jupiter 6.
Mengenal Jupiter Aerobatic Team
***
Jupiter Aerobatic Team (JAT) dibentuk berdasarkan inisiatif dari para instruktur penerbang di lingkungan Skadron Pendidikan 103 yang mengawaki pesawat MK 53 HS Hawk untuk membentuk suatu team aerobatic.
Dari laman TNI AU, nama Jupiter berasal dari sebutan bagi para instruktur penerbang yang mengajar di Lanud Adisutjipto. Tim ini tampil pertama kali pada HUT TNI tanggal 5 oktober tahun 1997 dengan menggunakan 4 pesawat MK 53 HS Hawk. Kegiatan tim ini sempat dihentikan pada 2002.
Jupiter Aerobatic Team (JAT) dibentuk berdasarkan inisiatif dari para instruktur penerbang di lingkungan Skadron Pendidikan 103 yang mengawaki pesawat MK 53 HS Hawk untuk membentuk suatu team aerobatic.
Dari laman TNI AU, nama Jupiter berasal dari sebutan bagi para instruktur penerbang yang mengajar di Lanud Adisutjipto. Tim ini tampil pertama kali pada HUT TNI tanggal 5 oktober tahun 1997 dengan menggunakan 4 pesawat MK 53 HS Hawk. Kegiatan tim ini sempat dihentikan pada 2002.
Setelah vacum selama beberapa tahun, pada awal 2008, TNI AU mulai merintis kembali team aerobatic dengan menggunakan pesawat KT 1 Woongbee buatan Korea yang memperkuat Skadik 102.
Tim ini tampil lagi pertama kali dengan empat pesawat pada 4 Juli 2008 pada upacara wingday sekolah penerbang. Mereka kemudian tampil lebih menawan dengan manuver yang lebih bervariasi pada 2011 dengan menggunakan enam pesawat.
Keahlian tim JAT tak lepas dari tiga instruktur utama mereka. Pertama adalah Kolonel Pnb Anang "Morgan" Nurhadi yang merupakan lulusan Akademi TNI AU angkatan tahun 1987. Instruktur kedua adalah Mayor Pnb James "Octopus" Singal. Pria kelahiran Airmadidi Sulawesi Utara ini adalah alumnus AAU 1996.
Instruktur ketiga adalah Mayor Pnb Feri " Mirage" Yunaldi yang merupakan penerbang asal Pariaman Sumatera Barat, merupakan ex Jupiter 2 dan alumnus AAU 1997.
The Jupiters telah mengukir banyak prestasi hingga ke luar negeri. Sebelum insiden Malaysia terjadi, tim ini sukses mengikuti Singapore Air Show 2014. Pada 2012, tim ini menunjukkan kebolehannya pada ajang Centervial of RTAF Founding Fathers Aviation atau 100 tahun penerbangan Thailand.
Pada Februari 2013, JAT sukses memukau publik di Malaysia dalam ajang Langkawi International maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) 2013. Pada akhir tahun yang sama, The Jupiters juga sukses menjalankan misinya di Brunei Darusalam dalam rangka mengikuti Bridex 2013, Brunei Darussalam International Defence Echibition 2013.
Sepulangnya dari misi di LIMA 2015, The Jupiters rencananya akan menyelesaikan misi dengan 174 sorties atau 222 Jam terbang dan akan melaksanakan display atau airshow di Lanud Suwondo, Medan, Lanud Roesmin Nuryadin, Pakanbaru, Lanud Padang, Lanud Palembang, dan Bandara Inten Lampung.
Spesifikasi Pesawat
Selama ini, Tim Jupiter Aerobatik TNI AU menggunakan delapan pesawat
jenis KT-1B Woong Bee buatan Korean Aerospace Industries (KAI), di
mana hanya enam yang digunakan untuk bermanuver di udara. Sementara dua
lainnya digunakan sebagai cadangan.
Pesawat KT-1B ini merupakan pesawat latih dan tempur ringan berkapasitas dua kru. Pesawat ini dirancang untuk pelatihan dasar penerbangan akrobatik dan sistem penerbangan kontrol komputer. Produsen asal Korsel mengumumkan KT-1 sebagai pesawat latih dasar dengan nama kode Woong-Bee pada November 2000.
KT-1 dilengkapi mesin turboprop Pratt&Whitney Canada PT6A-62 dengan tenaga 950 tenaga kuda yang mampu mendorong pesawat sampai kecepatan 648 kilometer per jam serta dapat menjelajah sejauh 1.700 kilometer tanpa mengisi ulang bahan bakar dengan ketinggian 11.580 meter.
Panjang pesawat KT-1 Woong Bee ini mencapai 10,26 meter dengan lebar rentang sayap 10,6 meter, dan tinggi 3,7 meter. Pesawat ini memiliki berat kosong 1.910 Kg dan berat maksimal takeoff 2,540 Kg. KT-1 Woong-Bee bisa berubah menjadi pesawat tempur dengan disematkan senjata ringan atau peluncur roket.
KT-1 memiliki karakteristik pesawat latih modern dengan performa yang luar biasa dalam melakukan manuver akrobatik dalam kecepatan rendah seperti formasi Loop, Hard Run maupun Roll. Pesawat ini juga mampu lepas landas dalam jarak pendek dan melakukan pendaratan dengan stabil.
Indonesia kini memiliki belasan KT-1 Wong Bee. Satu di antaranya jatuh di Bali pada Juni 2010 lalu. Indonesia mulai membeli Wong Bee berikut suku cadangnya pada April 2003 senilai US$ 60 juta. Pada 2006 TNI AU kembali membeli 12 pesawat KT-1B.
Pesawat KT-1B ini merupakan pesawat latih dan tempur ringan berkapasitas dua kru. Pesawat ini dirancang untuk pelatihan dasar penerbangan akrobatik dan sistem penerbangan kontrol komputer. Produsen asal Korsel mengumumkan KT-1 sebagai pesawat latih dasar dengan nama kode Woong-Bee pada November 2000.
KT-1 dilengkapi mesin turboprop Pratt&Whitney Canada PT6A-62 dengan tenaga 950 tenaga kuda yang mampu mendorong pesawat sampai kecepatan 648 kilometer per jam serta dapat menjelajah sejauh 1.700 kilometer tanpa mengisi ulang bahan bakar dengan ketinggian 11.580 meter.
Panjang pesawat KT-1 Woong Bee ini mencapai 10,26 meter dengan lebar rentang sayap 10,6 meter, dan tinggi 3,7 meter. Pesawat ini memiliki berat kosong 1.910 Kg dan berat maksimal takeoff 2,540 Kg. KT-1 Woong-Bee bisa berubah menjadi pesawat tempur dengan disematkan senjata ringan atau peluncur roket.
KT-1 memiliki karakteristik pesawat latih modern dengan performa yang luar biasa dalam melakukan manuver akrobatik dalam kecepatan rendah seperti formasi Loop, Hard Run maupun Roll. Pesawat ini juga mampu lepas landas dalam jarak pendek dan melakukan pendaratan dengan stabil.
Indonesia kini memiliki belasan KT-1 Wong Bee. Satu di antaranya jatuh di Bali pada Juni 2010 lalu. Indonesia mulai membeli Wong Bee berikut suku cadangnya pada April 2003 senilai US$ 60 juta. Pada 2006 TNI AU kembali membeli 12 pesawat KT-1B.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar