Selasa, 04 November 2014

Thyphoon untuk Indonesia?

Eurofighter Thyphoon, pesawat swing role buatan Eurofighter selama ini tidak terlalu menonjol walaupun sering disebut-sebut dalam kancah persaingan pengadaan pesawat tempur untuk Indonesia. Walau telah digunakan dan beroperasi penuh di 7 negara seperti Jerman, Itali, Spanyol, Inggris yang merupakan negara-negara yang bersatu dalam konsorsium Eurofighter untuk membuat pesawat tempur berukuran panjang 15,96m dan lebar sayap 10,95m ini serta memiliki thrust to weight ratio 1.15 ini sering masih kalah pamor dengan Su-35 maupun Saab Gripen dalam kancah persaingan perebutan pasar pesawat tempur Indonesia.
Thyphoon, dengan kemampuan tinggi terbang maksimal 55.000 feet dan berkecepatan maksimal 2 kali kecepatan suara (Mach 2.0) ini memang baru kali ini tampil di publik Indonesia. Bahkan penampilan kali ini cukup unik, adalah dengan mengadakan acara mengundang komunitas pemerhati dirgantara dan militer ke booth yang berada di lokasi Car Free Day pada hari Minggu 2 Nov. 2014 tepat di depan Menara BCA, Jl. Thamrin, Jakarta. Acara yang berlangsung dari jam 7.00 hingga jam 10.00 pagi ini langsung dipadati para komunitas dan pemerhati aviasi dan militer, tampilnya seorang pilot test Thyphoon dan sekarang merupakan Capability Development Manager Eurofighter, Paul Smith yang makin memberikan antusiasme yang tinggi dari yang hadir.
Tim ARCinc, berfoto bersama Paul Smith

Disela-sela acara, Tim ARCinc menyempatkan berdiskusi dengan Joe Parker, Export Director Eurofighter mengenai peluang memasarkan Thyphoon ke Indonesia. Jawaban beliau cukup diplomatis dengan mengatakan bahwa sebenarnya pihak Indonesia sudah mengajukan RFI (Request for Information) ke pihak Eurofighter, itulah makanya mereka menyempatkan hadir di Indodefence 2014, tapi Parker juga menyatakan seperti halnya kita membeli kendaraan, RFI artinya baru pada taraf keinginan mengetahui kemampuan dan apa saja yang bisa ditawarkan Eurofighter ke Indonesia. Pembelian alutsista adalah proses yang cukup panjang menyangkut banyak hal seperti kesiapan pendanaan, transfer of technology, dan tentunya suasana politik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelian sebuah senjata apalagi senjata canggih dan strategis seperti Eurofighter Thyphoon.
Dalam soal kecanggihan, tidak diragukan lagi bagi pesawat yang telah menyelesaikan 418 unit pesanan dari total 570 pesanan dan telah operasional penuh di negara-negara pemesannya. Namun apakah Pemerintah Indonesia akhirnya berminat dan mengakuisisi pesawat dengan kemampuan berubah peran dari peran udara ke darat dan sebaliknya ini bergantung pada faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.

ARC. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar