Bagi Arhanud TNI AD, rudal RBS-70 punya kesan tersendiri, pasalnya inilah rudal MANPADS (Man Portable Air Defence System)
pertama yang dimiliki TNI AD. Rudal besutan Saab Bofors Swedia ini di
datangkan pada era Soeharto atau dekade 80-an. Ada dua jenis RBS-70 yang
dioperasikan Arhanud TNI AD, yakni RBS-70 MK-1 dan RBS-70 MK-2.
Keduanya dibekadakan pada kemampuan jarak tembak, namun sama-sama
berpengendali berkas sinar laser. Dalam gelar operasinya, RBS-70
terintegrasi dengan radar pemandu Giraffe.
Bila dirunut dari usianya, RBS-70 tentu sudah tak muda lagi, karena beberapa sudah end of life, rudal berkemapuan SHORAD (Short Range Air Defence) ini banyak yang tak lagi dapat ditembakkan. Setidaknya
ada dua satuan yang mengoperasikan RBS-70, yakni Yon Arhanudse
15/Dahana Bhaladika Yudha, merupakan satuan bantuan tempur yang berada
di lingkungan Kodam IV/Diponegoro, berkedudukan di Semarang, Jawa
Tengah. Lalu ada lagi Yon Arhanudri 2 Divisi Infantri 2 Kostrad yang
berkedudukan di Malang, Jawa Timur.
Namun kiprah RBS-70 tak lantas mati, dikutip dari Janes.com
(23/11), pada 20 November 2014 telah dilakukan penandatanganan
kerjasama antara Saab dan PT Pindad untuk memperpanjang usia operasional
rudal RBS-70 TNI AD. Paket kerjasama tentu bukan sebatas memperpanjang
usia RBS-70, PT Pindad dan Saab akan berkolaborasi dalam memasarkan
sistem GBAD (Ground Based Air Defence). Kesepakatan itu
mengikat dalam jangka waktu panjang, dengan tujuan memenangi bisnis
pertahanan udara nasional di Indonesia. Disepakati pengembangannya
dilakukan secara bertahap.
GBAD merupakan kelompok sistem senjata yang terdiri dari rudal
RBS-70NG (Next Generation) dan radar Giraffe AMB. Sejak tahun 2013
diketahui Saab telah mengadakan pendekatan untuk memasarkan RBS-70NG dan
Giraffe AMB ke Kementerian Pertahanan RI. (HANS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar