Dalam pameran senjata dan teknologi militer internasional Indo
Defence 2014, tanggal 5-8 November di Jakarta, perusahaan Rusia
Rosoboronexport menujukan produk-produk militer terbaru buatan mereka,
yang diperuntukan bagi semua angkatan bersenjata di Indonesia.
Ini bukan pertama kalinya perwakilan Rusia mengikuti pameran senjata
tahunan yang telah diselenggarakan sejak 2004 silam. Melalui pameran
ini, Rusia berharap dapat mengembangkan hubungan kerja sama militer
lebih jauh dengan Indonesia. Di sisi lain, Indonesia memang telah
menunjukan ketertarikannya terhadap senjata buatan Rusia. Hal tersebut
diungkapkan oleh perwakilan perusahaan Rosoboronexport, satu-satunya
perusahaan pemerintah Rusia yang memiliki otoritas untuk menjadi
perantara perdagangan senjata Rusia di mancanegara.
“Indonesia tertarik untuk membeli senjata-senjata buatan kami, baik
yang sudah pernah mereka miliki sebelumnya ataupun senjata keluaran
terbaru kami. Minat tersebut terutama ditunjukan oleh angkatan udara dan
darat, namun kami juga tetap aktif mempromosikan persenjataan angkatan
laut dan senjata pertahanan udara,” terang Direktur Proyek Khusus
Rosoboronexport sekaligus Kepala Delegasi Rusia di Indo Defence 2014,
Nikolay Dimidyuk, dalam rilis pers resmi perusahaan tersebut.
Kerja Sama Ilmiah dan Teknis
Seperti yang diungkapkan perwakilan Rosoboronexport melalui pers rilis, mereka siap mengirimkan pasokan tambahan tank BMP-3F (satu unit BMP-3F milik Korps Marinir Indonesia akan dipamerkan di Indo Defence 2014) dan helikopter tempur Mi-8/17, yang saat ini digunakan dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Seperti yang diungkapkan perwakilan Rosoboronexport melalui pers rilis, mereka siap mengirimkan pasokan tambahan tank BMP-3F (satu unit BMP-3F milik Korps Marinir Indonesia akan dipamerkan di Indo Defence 2014) dan helikopter tempur Mi-8/17, yang saat ini digunakan dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Indonesia juga menunjukan ketertarikan terhadap pesawat tempur
multiperan Su-35, pesawat pengangkut strategis Il-76MD-90A, pengangkut
personel lapis baja BTR-80A, sistem peluncur mortir bergerak Vena,
kendaraan amfibi roda berantai terbaru PTS-4, peluncur rudal anti-tank
Kornet EM, kompleks peluncur rudal Pantsir S1, kapal selam tenaga
disel-elektrik proyek 636, serta rudal antikapal Yakhont.
Dalam pameran di Jakarta tersebut, Rosoboronexport berencana
berunding dengan perwakilan Indonesia mengenai pengadaan simulator
pelatihan untuk pesawat terbang dan helikopter buatan Rusia, begitu pula
mengenai propek pembuatan pusat layanan jasa perbaikan dan perawatan
kendaraan-kendaraan tempur buatan Rusia di Indonesia. Pusat layanan
serupa sudah beroperasi di Malaysia dan Korea Selatan.
Berdasarkan tendensi kerja sama teknologi militer saat ini,
negara-negara ASEAN secara bertahap berusaha keluar dari skema kerja
sama yang bersifat transaksional dan mulai mengarah pada penguasaan
teknologi, pembuatan perusahaan gabungan, serta pendirian pabrik
berlisensi di wilayah-wilayah negara mereka. Oleh karena itu, Rusia
berusaha memperkuat posisinya di pasar potensial negara-negara ASEAN
dengan memberi penawaran menarik dalam bidang kerja sama industri,
teknis, dan penelitian ilmiah.
Tingkatkan Anggaran Pertahanan Negara
Salah satu faktor penggiat strategi tersebut adalah situasi politik dan militer di wilayah ASEAN. Redaktur Utama Majalah Arsenal Otechestva, Kolonel Komando Cadangan Strategis Rusia Viktor Murakhovskiy mengatakan, keperluan untuk memperkuat keamanan nasional dan stabilitas regional ASEAN secara kolektif membuat anggaran belanja pertahanan nasional di negara-negara besar ASEAN tak akan mengalami penurunan, bahkan malah meningkat.
Salah satu faktor penggiat strategi tersebut adalah situasi politik dan militer di wilayah ASEAN. Redaktur Utama Majalah Arsenal Otechestva, Kolonel Komando Cadangan Strategis Rusia Viktor Murakhovskiy mengatakan, keperluan untuk memperkuat keamanan nasional dan stabilitas regional ASEAN secara kolektif membuat anggaran belanja pertahanan nasional di negara-negara besar ASEAN tak akan mengalami penurunan, bahkan malah meningkat.
Tiga pembeli utama produk teknologi militer Rusia di ASEAN adalah
Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. Potensi besar kerja sama militer di
Myanmar, Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, dan Thailand dirasa masih
perlu digali lebih dalam, meski saat ini sudah ada pengiriman senjata
dan teknologi militer ke negara-negara tersebut. Sementara, Singapura
dan Filipina merupakan pembeli tetap senjata buatan Amerika dan Eropa
Barat, sehingga sangat sulit bagi Rusia untuk dapat masuk ke dalam pasar
persenjataan negara-negara tersebut.
Menurut penilaian para pakar militer, saat ini prospek kerja sama
militer Rusia dengan negara-negara ASEAN sangat kondusif. Pasar pasar
persenjataan di wilayah ini sangat potensial dan Rusia memiliki
penawaran yang luas terkait teknologi persenjataan dan militer miliknya.
Teknologi aviasi (pesawat terbang jenis Su, MiG, Il, helikopter Mi dan
Ka, senjata pelumpuh objek udara, simulator dan perlengkapan lainnya),
teknologi militer angkatan laut, sistem senjata pertahanan udara,
kendaraan tempur lapis baja, senjata untuk pasukan operasi khusus,
amunisi senjata, dan berbagai jenis senjata lain. (RBTH Indonesia, photo
by Rafly).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar