Spesisikasi pesawat tempur generasi 4,5 hasil kerja sama Indonesia
dengan Korea Selatan, KFX/IFX, bisa jadi akan berbeda antara yang
dimiliki Indonesia dan Korea Selatan, walau rancang bangun fisiknya
telah final.
“Serangkaian pembicaraan tetap dilakukan walau rancang bangun
fisiknya telah ditetapkan. Modelnya bisa dilihat seperti pada Indo
Defence 2014 ini,” kata Deputi Manajer Program KFX/IFX Korea Aerospace
Industry, Hwang Sungho, di sela pameran industri pertahanan Indo Defence
2014, di Jakarta, Rabu.
Dia juga tidak mengungkap jenis-jenis teknologi –yang dikatakan akan
menjadi teknologi “masa depan”– yang akan dibagi kepada Indonesia.
Tentang ini, ahli teknologi penerbangan, Dr Mulyo Widodo, akhir 2013
lalu, menyatakan, “Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami
percaya Korea bisa meraihnya. Mereka punya peta jalan yang jelas dalam
proyek pengembangan jet tempur,” katanya. “Mereka sudah memulainya
dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu
mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang jadi tempat
bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,” kata dia.
Program KFX/IFX yang digagas Presiden Korea Selatan (saat itu), Kim
Dae-jung, pada 2001, masih dalam tahap pengembangan walau kesepakatan
komposisi pembiayaan antara Indonesia dan Korea Selatan sudah
ditentukan, yaitu 20 berbanding 80.
Secara total, berdasarkan perundingan kedua pemerintahan, akan dibuat
120 unit KFX/IFX ini. Hwang juga tidak bersedia menjawab, apakah
komposisi “kontribusi” pembiayaan 20:80 itu akan menentukan spesifikasi
teknis KFX/IFX yang akan dimiliki Indonesia dan Korea Selatan.
Sempat berkembang “teka-teki” tentang rupa pasti fisik KFX/IFX ini,
namun rancangan pasti fisiknya belakangan sudah dipastikan dan model
skalanya dipajang di gerai KAI pada Indo Defence 2014 ini. Secara kasat
mata, bentuk fisiknya sangat mirip dengan F-22 Raptor; bermesin dua
dengan sayap tegak ganda dan rancangan kokpit serta bagian depan
fuselage serupa, pun pada kompartemen bomb bay-nya yang tersembunyi.
Dengan begitu, arsenal yang bisa dia bawa disembunyikan sedemikian
rupa di dalam ruang bom itu. Ini juga yang menolong tangkap radar cross
section-nya menjadi sangat minimal. Teknologi serupa lazim dijumpai pada
F-22 Raptor dan F-35 Lighting II.
Perbedaan spesifikasi itu, bisa pada beberapa hal tergantung pada
keperluan masing-masing pemilik unit pesawat tempur generasi tercanggih
yang digadang-gadang berteknologi stealth dan melongkapi capaian
kemampuan Dassault Rafale (Prancis), Eurofighter Typhoon (konsorsium
Eropa Barat), walau masih di bawah Lockheed Martin F-35 Lighting II.
Dia katakan, penentuan macam dan sumber piranti avionika, masih belum
diputuskan. Banyak ambisi yang ingin ditanamkan pada tubuh KFX/IFX ini,
di antaranya penguasaan teknologi stealth, yang pada beberapa tipe
pesawat tempur secara terbatas bisa dientaskan dengan aplikasi cat
tertentu yang bisa menyerap paparan gelombang radar.
Hwang sangat yakin bahwa Indonesia tetap pada pendiriannya yaitu
mewujudkan KFX/IFX ini hingga operasional penuh. Saat ditanya mengapa
perwujudannya sejak ide digulirkan memakan waktu lama, dia berujar,
“Eurofighter Typhoon juga memerlukan waktu cukup lama untuk bisa
beroperasi penuh.” (Antara News).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar