Bagaimana jalan dan peluang Indonesia dalam mencipta pesawat tempur
buatan dalam negeri ?. Kita sudah sering mendengar rencana itu, tapi
kita belum familiar dengan seperti apa rencana detil dari turunan
rekayasa pesawat tempur tersebut. Ada baiknya pemerintah mulai
mengeluarkan listing, daftar teknologi yang sudah dikuasai dan yang
belum.
Kalau perlu dibuatkan satu gedung di Monas dengan daftar list
komponen Indonesia Fighter Xperiment sehingga setiap orang bisa
mengakses informasinya.
Rekan Antonov pun tergelitik, untuk mendalami item-itemnya:
ToT pesawat tempur Gen 4+, berbeda jauh dengan pesawat transport semacam NC-212 atau 235.
Fuselage + sayap: Mulai dari plat baja, plat aluminium, atau plat
carbon fibre yang diperlukan, rivet-nya dan lem-nya, alat sambungnya
rivet atau lem, alat tekuknya, untuk kulit dan rangkanya, serta alat jig
untuk merangkai semuanya. Semua dari bahan mentah sampai dengan rivet
dan lemnya, termasuk peralatan pemasangnya harus diimpor, karena kita
belum mampu produksi sendiri, sebab semuanya tersebut di atas harus
tahan momentum, gaya, temperatur pada kelincahan dan kecepatan
supersonik pesawat tempur.
Engine: ini mutlak masih harus diimpor.
Radar dan avionik: semua harus diimpor. Sudahkah kita punya pabrik semi konduktor ?.
Instrumentasi : kita belum punya industri instrumentasi untuk aviasi.
Masak kita mau pasang instrumentasi analog mobil di pesawat?
Software: semua pespur gen 4+ sudah memakai teknologi fly-by-wire
yang diatur oleh software. Justru di sini kita punya banyak ahlinya,
tetapi pertanyaannya apakah akan diterima secara utuh plus izin
pengembangannya?
Jenis peralatan yang “biasa”: ban+roda, dan fuel tank. Apakah kita
sdh sanggup produksinya? Ban punya persyaratan kusus take off/ landing;
fuel tank punya persyaratan harus ringan dan punya proteksi kebakaran.
Jangan-jangan untuk ban NC-212 pun masih impor.
Walhasil pada akhirnya kita tetap menjadi “penjahit” saja, karena
industri belum menunjang. Sekarang misalnya kita jadi ambil ToT pespur
4+ dengan investasi yang sangat besar. Yang beli cuma pemerintah
sebanyak 1 atau 2 skadron saja, selanjutnya mandek. Lantas investasi mau
dikemanakan, jadi besi tua? Perusahaan bisa kolaps karenanya, dan ini
pernah terjadi (hampir).
Khusus untuk ToT pespur, jalan yang logis adalah mulai dulu dengan
MRO, kemudian pelan-pelan secara bertahap mulai dengan perakitan dan
selanjutnya produksi. Kita lihat contoh NC-212 dirakit diproduksi dan
dikembangkan jadi NC-219, itupun butuh waktu 3 dekade. Tapi industri
pendukungnya sendiri masih belum berkembang. Lihat pula contoh China.
Sekarang kita lihat ToT KFX/IFX. Mumpung masih ada waktu, perlu
dibuat road map pengembangan industri pendukungnya. Banyak cara antara
lain dengan lisensi, kerjasama dll. Kalau bagian “sotware” kita punya
banyak ahli, tetapi bagian “hardware” inilah yang paling susah. (by: Antonov).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar