Dalam dinamika pertempuran, misi seorang penembak runduk (sniper)
tidak hanya berkutat pada sasaran berupa personel, berbekal senjata
dengan kaliber berat, sniper dituntut mampu menggasak sasaran berupa
rantis, personel yang berliindung dibalik dinding gedung, atau bahkan
ranpur lapis baja ringan. Untuk misi menjebol lapisan baja dan dinding
dari jarak jauh, jelas sniper perlu senjata khusus, dan kemudian
munculah istilah senapan anti material.
Senapan anti material punya bentuk dan peran yang serupa dengan
senapan runduk, perbedaannya lebih kepada besarnya kaliber dan bobot
yang berdampak pada daya hancur serta jangkauan proyektil yang pastinya
lebih jauh. Menurut Wikipedia, yang masuk dalam kategori senjata anti
material adalah senapa dengan kaliber mulai dari 12,7 mm, 14,5 mm, dan
20 mm. Dan, bicara segmen senjata anti material, beberapa satuan khusus
TNI nyatanya sudah cukup mengenal penggunaan senjata ini. Sebut saja
Hecate II 12,7 mm yang digunakan Den Bravo 90 Paskhas, kemudian ada Truvelo 12,7 mm dan Denel NTW-20 dual kaliber 20 mm/14,5 mm yang dipakai oleh Taifib Marinir dan Kopaska TNI AL. Satuan elit TNI AD diketahui menggunakan senapan anti material Barrett M107 buatan AS.
Baik Hecate II dan NTW-20 merupakan senjata anti material buatan Luar
Negeri, Hecate dari Perancis dan NTW-20 dari Afrika Selatan. Ibarat
pelan tapi pasti, Indonesia yang punya basis produksi senjata dan
amunisi PT Pindad rupanya tak ingin ketinggalan untuk mengembangkan
inovasi di segmen senjata anti material. Dengan bekal pengalaman
menciptakan SPR (Senapan Penembak Runduk)-1 kaliber 7,62 mm, kemudian PT
Pindad pada tahun 2007 resmi memperkenalkan jenis senjata anti
material, yakni SPR-2 yang mengusung kaliber 12,7 mm, sekaliber dengan SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB Browning.
SPR-2 punya bentuk yang cukup modern, desainnya sekilas menyerupai
senapan runduk M-93 Black Arrow kaliber 12,7 mm buatan Serbia. SPR-2
punya panjang keseluruhan 1755 mm, sementara panjang laras 1055 mm.
Bobot senjata ini memang aduhai, yakni 19,5 kg, lebih berat dari NTW-20
yang bobotnya 14,5 kg. Untuk memdidik sasaran, SPR-2 dibekali alat bidik
teleskopik dengan pembesaran hingga 10 kali. Proyetil yang dimuntahkan
dari laras SPR-2 dapat melesat dengan kecepatan 900 meter per detik.
Artinya, untuk menjebol sasaran denga jarak 2.000 meter dapat ditempuh
dalam waktu kurang dari 3 detik.
Seperti halnya NTW-20, SPR-2 ditembakkan dengan cara tembak satu per satu. Pengoperasian senjata menggunakan pola bolt action. Sekedar informasi, bolt action
adalah (sistem operasi) kokang senjata api yang mana bagian bolt
dioperasikan secara manual dengan cara menggesernya ke belakang
(menggunakan tuas kecil/handle) agar bagian belakang (breech)
laras terbuka, casing peluru kosong yang sudah dipakai terlempar keluar
dan peluru baru masuk kedalam breech kemudian bolt ditutup kembali
(digeser ke depan secara manual).
Dalam gelar operasi, SPR-2 menggunakan magasin yang terdiri dari 5
peluru. Magasin posisi berada di bagian bawah, tak ubahnya magasin pada
senapan konvensional. Keunggulan lain yang ditawarkan SPR-2, selain bipod dan monopod
dibawah popor dapat diatur ketinggiannya. Juga ada peredam kejut pada
popor untuk mengurangi gaya tolak balik yang dirasakan sniper. Dalam
Indo Defence 2014, Pindad juga telah menyiapkan alat peredam, sehingga
bisa mengurangi efek bunyi tembakan hingga 60%.
Kabar baiknya munisi SPR-2 telah diproduksi secara mandiri oleh PT
Pindad di Turen, Jawa Timur. Ada beberapa tipe peluru untuk SPR-2,
seperti peluru standar MU 3TJ, peluru Sniper 12.7 mm MU 3M, peluru Anti
Material MU 3SAMM, peluru bakar tembus baja MU 3PB, peluru tracer MU 3N,
peluru penembus armor MU 3P, dan yang paling dahsyat peluru tembus
peledak MU 3BLAM. Jenis amunisi yang disebut terakhir mampu menghasilkan
efek ledak, efek bakar, dan peterasi ke lapisan baja. Menurut penuturan
staf Pindad, SPR-2 dalam uji coba dapat mencapai performa yang
memuaskan, diantaranya mampu menembus lapisan baja 10 mm dari jarak
tembak 2 Km. Kabarnya, saat uji coba pesaingnya seperti Truvelo dan
Black Arrow gagal menembus baja 10 mm dari jarak tembak yang sama.
Dengan daya rusak yang tinggi, maka SPR-2 bisa menjadi momok yang
menakutkan bagi ranpur sekelas APC, bahkan material lambung kapal pun bisa dijebol dengan mudah.
Kabarnya satu unit SPR-2 dibanderol Rp300 juta, tentu saja lethal weapon ini tidak dijual untuk umum. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Pindad SPR-2
- Kaliber : 12,7 x 99 mm
- Panjang total : 1755 mm
- Panjang laras : 1055 mm
- Peluru dalam magasin : 5
- Berat total : 19,5 kg
- Alur laras : 8 alur jarak kisar 381 mm
- Alat bidik : optik dengan pembesaran hingga 2,5 sampai 10x
- Jarak tembak efektif : 2.000 meter
- Kecepatan luncur proyektil : 900 meter per detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar