Rabu, 21 Oktober 2015

Mengintip Prototipe Smart Bomb JSOW dari Litbang Kementerian Pertahanan

P1010084
Entah mungkin karena bukan dianggap sebagai priortitas, hingga kini TNI AU belum juga menggunakan smart bomb (bom pintar) dalam gelar latihan apalagi pada kesiapan operasi. Padahal pihak Litbang TNI AU (Dislitbangau) dan Litbang Kemhan (Kementerian Pertahanan) sudah menciptakan prototipe smart bomb sejak tahun 2012. Pada setiap latihan serangan air to ground dari pesawat tempur TNI AU sampai saat ini masih mengandalkan dumb bomb dalam berbagai tipe. Ironisnya, negara tetangga seperti Singapura dan Australia sudah amat maju dalam adopsi smart bomb ini.
Smart bomb dalam tingkatan yang lebih advanced tak sebatas pada modifikasi mounting dan sisi ekor bom yang biasa digunakan dari basis general purpose bomb MK82. Lebih hebat lagi seperti AGM-154C JSOW (Joint Stand Off Weapon) buatan Raytheon yang memang digunakan AU Australia dan AU Singapura. Tak hanya canggih berkat sistem pemandu, keberadaan sayap dan kemampuan menebar bomblet (taburan bom-bom kecil), sejak tahun 2013 muncul versi JSOW-ER (Extended Range). Pada versi terbaru ini JSOW ditambahkan small jet engine yang mampu menghantarkan maut sejauh 500 km.
JSOW ER milik AU Australia.
JSOW ER milik AU Australia di jet F/A-18 Super Hornet.
Meluncur dari F-16.
Meluncur dari F-16.
Momen JSOW sebelum menghantam target.
Momen JSOW sebelum menghantam target.
Taburan bomblet oleh JSOW.
Taburan bomblet oleh JSOW.
Nah, sejak JSOW dibekali engine, maka banyak yang mengkategorikan senjata ini sebagai rudal, meski sejatinya JSOW masuk klasifikasi sebagai smart bomb, pasalnya pada varian awal JSOW A/B dan C tidak dilengkapi sistem pendorong. JSOW di varian awal ini hanya meluncur lewat navigasi sayap dan sistem pemandu, jarak jangkauan smart bomb ini ditentukan dari ketinggian peluncurannya. Secara teori JSOW tanpa energi pendorong dapat melesat antara 22 – 130 km. Kabarnya Australia sudah menggunakan JSOW-ER pada F/A-18 Super Hornet, sementara Singapura telah ditawarkan paket upgrade JSOW-C ke ER.
Bagaimana dengan Indonesia? Meski sebatas pada tataran prototipe, untuk urusan inovasi kita tidak kalah kreatif. Smart bomb dengan wahana JSOW pun sudah menjadi bagian dari kajian, dan buktinya Litbang Kemhan RI sudah pernah menciptkan prototipe senjata ini. Konsep smart bomb JSOW Litbang Kemhan mencomot platform yang sudah ada, yakni bomb MK81 NATO BTN-125 kg.
IMG_3311
Prototipe smart bomb ini dirancang untuk diluncurkan pada ketinggian 10.000 kaki (3.048 meter). Dengan bobot sekitar 180 kg, bom dapat meluncur pada rentang kecepatan 257 meter per detik. Punya bobot hulu ledak 15 kg, bom dapat meluncur sejauh 20 km. Tidak diketahui persis, apakah prototipe smart bomb ini dirancang untuk menebar bomblet atau tidak.
Dari paparan informasi yang didapat, sayap akan terbentang setelah empat detik bom diluncurkan. Smart bomb JSOW Litbang Kemhan ini punya panjang 1.940 mm, lebar 1.512 mm, diameter 230 mm, dan lebar hidung 228 mm. Smart bomb ini dirancang untuk dilengkapi sensor infra red yang akan mulai mengendus sasaran secara lebih presisi pada jarak 2 – 3 km. Untuk tahap awal, kita semua berharap prototipe ini dapat diwujudkan dalam bentuk utuh, sehingga dapat dilakukan uji penembakkan secara langsung. (Bayu Pamungkas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar