Rabu, 02 September 2015

Rudal Hanud S-300: Setelah Dilirik Kini Mulai Dijajaki Untuk Indonesia

S-300-(1)
Meski realisasinya masih terasa jauh, namun ada secercah harapan bagi Indonesia untuk kelak memiliki alutsista hanud (pertahanan udara) rudal anti serangan udara jarak jauh S-300 buatan Rusia. Hal ini tersirat dari pernyataan Atase Pertahanan RI di Rusia Kolonel (Pnb) Andi Kustoro yang menyebut sista S-300 jadi salah satu persenjataan yang tengah dijajaki pembeliannya oleh Indonesia.
Pernyataan Atase Pertahanan RI yang dkutip dari Gatra.com (20/8/2015) menjadi aroma yang menyenangkan publik di Tanah Air, pasalnya selain S-300 Indonesia juga tengah mempertimbangkan untuk menambah armada tank amfibi IFV BMP-3F, membeli simulator helikopter untuk Puspenerband TNI AD dan tentunya harapan TNI untuk bisa membawa pulang multirole fighter idaman Sukhoi Su-35 Super Flanker.
ORD_SAM_S-300PMU2_Favorit_lg6672C619-FEA7-4922-9A83-7B7F2BD757BD_mw1024_s_n
Kembali ke kabar penjajakan pengadaan rudal S-300, bila kelak itu terwujud bakal menjadi lompatan jauh secara teknologi perudalan di TNI, dan secara khusus meningkatkan daya deteren secara maksimal elemen Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) TNI. Maklum sejak rudal SA-2 TNI AU pensiun dini, praktis elemen rudal pertahanan udara yang dikelola Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional) hanya ‘bermain’ di zona SHORAD (Short Range Air Defence), dengan backbone rudal kelas MANPADS (Man Portable Air Defence System) dan juga kanon reaksi cepat, yang keduanya hanya mampu melibas target di udara pada ketinggian rendah.
maxresdefaults-300
Desakan dan harapan agar Indonesia mempunyai rudal sekelas SA-2 di tahun 60-an bergulir di masyarakat. Selain di dorong rasa inferior sistem hanud yang dimiliki Indonesia, kabar maraknya black flight juga menjadi dasar harapan dari masyarakat agar TNI punya rudal hanud berjarak sedang – jauh. Pengambil keputusan boleh saja memberi statement bahwa komponen radar dan jet buru sergap kini sudah lebih baik, tapi toh konteks yang berbeda jika berbicara rudal yang masuk ke segmen hanud titik.
Dalam simulasi, jika interceptor kita gagal mengendus keberadaan pesawat intai lawan, kemudian musuh masuk jauh ke area obyek vital dengan terbang di ketinggian diatas 10.000 meter, apa yang bisa dilakukan Arhanud? Kombinasi tembakan SAM (Surface to Air Missile) TNI plus meriam penangkis serangan udara dipastikan tidak bisa berbuat banyak, karena jarak tembak yang terbatas.
Unloading S-300-missile from vehicle
Unloading S-300-missile from vehicle
Mengenai sosok S-300 (SA-10 Grumble), bila suatu saat benar jadi dibeli TNI, maka akan membuat perubahan perimbangan kekuatan di Asia Tenggara dan Australia, apalagi jika TNI AU jadi mendatangkan Sukhoi Su-35, maka peta kekuatan militer akan bergeser di kawasan. Debut S-300 terbilang sukses menjadi lambang eksistensi teknologi Rusia melawan hegemoni Barat. Rudal ini punya bobot 1,5 ton dengan hulu ledak 100 kg. S-300 dengan panjang 7 meter ini sanggup melesat dengan kecepatan 2 km per detik atau setara Mach 6, sehingga sangat sulit bagi pesawat lawan untuk lepas dari kejaran rudal ini. Jarak jelajah rudal ini pun terbilang spektakuler, antar varian ada perbedaan, tapi yang paling jauh bisa melesat sampai 200 km. Nah, soal ketinggian pun tak ada tandingannya, target di ketinggian 30.000 meter pun mampu disikat.
Ilustrasi jangkauan rudal S-300 yang ditempatkan oleh militer Suriah.
Ilustrasi jangkauan rudal S-300 yang ditempatkan oleh militer Suriah di Damaskus.
Beginilah konfigurasi satu paket sistem rudal S-300.
Beginilah konfigurasi satu paket sistem rudal S-300.
Karena punya daya deteren maksimal, S-300 sontak jadi momok dalam episode Psy War antara Iran vs AS/Israel, begitu juga dalam babak Suriah vs NATO. Meski efektivitas rudal ini masih harus dibuktikan, tapi deployment nya sendiri sudah membawa berita tersendiri, karena kekuatan agresor harus berpikir keras bila ingin nekad menyerbu wilayah yang dilindungi sista S-300. Selain digunakan Rusia, Iran, dan Suriah. S-300 juga digunakan India dan Cina. Khusus untuk Cina seperti biasa, Negeri Tirai Bambu tersebut membuat lisensi kopiannya yang diberi label HQ-10/15.
Namun, untuk mendatangkan paket S-300 tentu tidak murah. Mengutip sumber dari freebeacon.com (18/8/2015), Iran mengakuisisi empat paket sistem S-300 senilai US$900 juta. Paket siste, rudal ini mencakup long range surveillance radar, command vehicle, engagement radar dan tentunya launch vehicle. 
Yang dibeli Iran memang varian terbaru, yakni S-300V4. Sistem rudal tersebut lebih efektif 2,3x ketimbang varian S-300 standar. Kecanggihan rudal ini mampu menembak jatuh rudal balistik medium-range ballistic missiles (MRBM) dari jarak 2.500 km. Spesifikasi tinggi Iran tentu wajar, pasalnya Negeri Para Mullah ini memang rawan mengalami serangan tiba-tiba dari AS dan Israel. (Haryo Adjie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar