Jumat, 01 Mei 2015

Kopassus Tidak Mencari Pujian Tapi Haus Pengabdian

 
Kopassus Tidak Mencari Pujian Tapi Haus Pengabdian
Prestasi Kopassus sangat banyak. Discovery Channel Military menobatkannya sebagai pasukan elit terbaik ketiga di dunia setelah Special Air service (SAS) Inggris dan Mossad Israel pada tahun 2008. Di pertemuan Elit Forcesin Tactical, Deploymen, and Assault di Wina, Austria, Kopassus dinilai sebagai pasukan terbaik kedua di dunia dalam hal keberhasilan operasi intelijen, setelah Delta Force As.
“Prestasi Kopassus banyak, tapi tidak kami ungkap. Sebab, begitu berhasil kopassus langsung sembunyi. Dia seperti angin. Kalaupun terlihat hanya bayang-bayang saja.” Jelas Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Mengapa tak mau mengumumkan kehebatan Kopassus kita? 
Dalam menjankan tugas, motto Kopassus, janganlah mengharapkan pujian, tapi harus mencari pengabdian. Kalau ada Kopassus yang minta dipuji, itu kopassus-kopassusan. Kopassus yang sebenarnya saat berhasil menyelesaikan tugas, dia bersembunyi. Prajurit Kopassus bermain di sarang musuh, tidak melempar senjata, sebab senjatanya adalah otak. Inilah mengapa, prestasinya tidak kita buka. Kemampuannya unggul. Mereka harus mampu melipatgandakan kekuatan. Dari 10 prajurit Kopassus, bisa menjelma menjadi 1.000 prajurit. Saat melaksanakan tugas jumlah Kopassus tidak perlu banyak, hanya tiga, empat, atau 10 orang. Tapi bisa. menghancurkan musuh.

Di wilayah mana saja Kopassus menjalankan operasi? Dan apa prestasi terbaiknya?
Operasi terakhir di Aceh ada, di Papua juga ada. Prestasi yang paling gemilang adalah saat operasi di Bandara Don Muong, Thailand Saat itu Kopassus melakukan operasi di negara lain, dan berhasil. Operasi Don Muang dilakukan pada 1981 untuk membebaskan 48 penumpang dalam pesawat Garuda Indonesia GA 206 yang dibajak teroris. Kopasandha (cikal bakal Kopassus) berhasil membebaskan sandera. Selain itu, ada sederet prestasi Kopassus lainnya. Di antaranya, berhasil membebaskan awak Kapal MY Sinar Kudus yang disandera di Somalia pada 2011, tujuh kali berturut turut menang lomba tembak tingkat Asia Tenggara, dan memecahkan rekor Asia untuk terjun payung susun sebanyak 18 orang.
Jenderal Gatot diangkat menjadi warga kehormatan Kopassus September 2014. Dia satu-satunya bintang empat yang mengikuti seluruh prosesi pembaretan seperti yang dijalani prajurit Kopassus. Gatot mengikuti proses latihan selama lima hari. Mulai dari senam pagi pukul 2 dini hari, jalan kaki, berkubang, mendaki gunung, menerobos hutan, berendam, sampai berenang tengah malam dari Cilacap sampai Nusakambangan.

Danjen Kopassus Mayjen Doni Monardo merumuskan ciri khas prajurit Kopassus yaitu 3S (senyum, sapa dan salaman) serta menghindari 3M (melotot, marah, memukul). Bagaimana tanggapan Anda?
Tugas Kopassus itu melipat gandakan kekuatan dan bertempur di belakang musuh, jadi, apa harus melotot? Kopassus harus memahami keinginan orang lain, lalu membawa keinginan tersebut menjadi keinginan kita Jadi, tegur sapa sudah mendarah daging di Kopassus. Memang, tampilan Kopassus itu gagah dan sepertinya galak. Tapi, saat menjalankan tugas apa harus seperti itu? Tidak Dia harus memahami keinginan musuh dan mengubah keinginannya. Yang tadinya musuh marah, mengajak bertempur maka prajurit Kopassus harus bisa membunuh kemauan itu.
Saat ini, perang tradisional atau melawan musuh di lapangan nyaris tak pernah terjadi. Ancaman global adalah perang era modern, seperti cyber war. Begaimana kesiapan Kopassus dan cara mengedukasi prajuritnya untuk menghadapi hal ini?
Itu perang kekinian, terjadi di berbagai kehidupan bangsa dan negara. Di dalam keluarga aja ada perang, Misalnya, ada anak yang izin kepada ibunya mau mengerjakan tugas di warnet, Ibunya bangga. Tapi, sampai di warnet anak itu malah membuka situs-situs berbahaya. Kopassus harus menyesuaikan diri dengan perang di era seperti itu. Kopassus saat ini sudah bergerak di dunia cyber war. Itu khusus. Dan kami harus bersiap menghadapinya.
Dalam sebuah kesempatan, Jenderal Gatot mengatakan, saat ini dunia menghadapi perang proxy. Proxy war adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung. Alasannya mengurangi resiko konflik yang berpotensi kehancuran fatal, perang yang mahal dan berdarah. Perang proxy biasanya digunakan pihak ketiga, dan yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang bisa “non state actors” berupa LSM, Ormas, kelompok masyarakat atau perorangan. Saat perang proxy, tidak dapat dikenali siapa kawan dan siapa lawan. Bagaimana menghadapi Proxy War? Menurut Jenderal Gatot, upaya terbaik dan paling sederhana adalah back to basic. Cinta dan peduli terhadap kepentingan negara dan menempatkannya tertinggi di atas segala-galanya. Semua pemimpin dari semua strata harus banyak berbuat dan beraksi, bukan hanya berbicara.

Apa Kopassus dilibatkan dalam penanganan terorisme dan gerakan-gerakan radikalisme?
Sejak 1981 TNI AD membentuk satuan khusus anti teror. Komandan pertamanya Pak Luhut Panjaitan (saat ini Kastaf Kepresidenan), Satuan itu didesain untuk menghadapi terorisme. Lalu, seiring perkembangannya, dan aturan undang-undang, tugas teroris ditangani lembaga khusus. (Saat ini ada Densus 88 Polri dan BNPT atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Namun demikian kami terus melatih diri. Kami selalu siap. Diminta tidak diminta, kami siaga. Kami terus mengamati jenis teror-teror yang terjadi saat ini. Kami latihan, kami simulasikan. Belajar, berlatih, belajar dan berlatih.

Apakah ada ketentuan, kapan Kopassus diterjunkan untuk membantu menangani suatu aksi terorisme?
Itu yang menentukan panglima tertinggi (Presiden). Yang jelas kami selalu siap, Kami haus tugas. Dikasih tugas apa saja kami senang. Bahkan, menjalankan tugas pertanianpun senang. Menghadapi teroris juga kami senang, Kalau Kepolisian memerlukan bantuan dan panglima tertinggi memerintahkan, kami siap bantu polisi. Karena tugas itu berarti kehormatan bagi kami.

Untuk acara syukuran HUT ini, Kopassus mengundang mantan petinggi GAM, OPM, dan Falintil, Bagaimana anda menyikapi ini?
Begini, tentara sejati itu cinta damai. Saking cinta damainya, di rela berperang untuk mewujudkan perdamaian. Jadi, berperang bukan kemauan tentara sendiri, tapi kemauan negara untuk mewujudkan perdamaian. Begitu perang selesai, maka selesailah semua. Tidak boleh lagi ada dendam antara kami. Kita sama-sama patriot, maka saat berperang ya perang, tapi ketika selesai y selesai. Dulu memang bermusuhan, tapi sekarang, berdasarkan keputusan politik, kita sudah berdamai. Masak, kita mau perani terus. Tujuan mengundang mereka tentu merupakan bagian diplomasi. Yaitu mengutamakan soft diplomacy.

Harapan Anda untuk Kopassus di usianya yang ke-63 ini?
Saya berharap Kopassus lebih profesional, lebih disiplin, lebih hebat dan lebih termotivasi untu maju. Kopassus tidak mencari pujian tapi harus haus dengan pengabdian. (tniad.mil.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar