Dampak dari perang selalu membawa kegetiran bagi para korbannya, tapi dilain pihak, perang bisa berbuah manis bagi industri pertahanan, karena lewat peranglah produk yang diciptakan bisa mendapat momen promo yang efektif. Seperti contohnya ditampilkan oleh rantis Bushmaster buatan Thales Australia. Keterlibatan militer Negeri Kangguru tersebut di kancah perang Irak dan perang Afghanistan, rupanya membawa keuntungan tersendiri bagi rantis yang berpenggerak 4×4 ini.
Seperti diketahui, pola perang di Irak dan Afghanistan memunculkan maraknya IED (Improvised Explosive Device). IED menjadi senjata rakitan paling berbahaya, pasalnya dengan menggunakan peluru mortir sampai proyektil artileri yang dirangkai dapat menciptakan daya ledak dahysat, tak pelak IED menjadi momok yang menakutkan, dan terkenal sebagai senjata penghantar maut paling populer bagi pasukan AS dan NATO. Ledakan yang berasal dari bawah secara instan mampu membunuh atau setidaknya merusak bagian tubuh prajurit. Akibat IED, membuat banyak moril pasukan NATO banyak yang rontok.
Menyadari maraknya ranjau dan IED yang ditabur pada perang Irak dan Afghanistan, kemudian mendorong munculnya tren MRAP (Mine Resistant Ambush Protected) sejak tahun 2007. Meski sejatinya konsep MRAP sudah agak lama diterapkan, seperti yang dipopulerkan oleh rantis Casspir buatan Afrika Selatan. Bushmaster sendiri menjadi bagian dari beberapa merek MRAP yang dioperasikan dalam perang di Irak dan Afghanistan. Dibilang sukses, secara penjualan Bushmaster kini telah mendekati total pesanan 1.000 unit. Selain menjadi ‘tunggangan’ militer Australia, Bushmaster juga digunakan oleh Inggris, Belanda, Jepang, Jamaika, dan Indonesia.
Tentu jadi menarik, mengapa Indonesia yang tengah gencar membangun rantis lapis baja, seperti keluarga komodo buatan Pindad, tapi masih harus membeli Bushmaster, ditambah lagi rantis ini dibeli justru dari Australia yang notabene kerap membikin masalah dengan Indonesia. Terlepas dari masalah politik, tentu tak ada salahnya untuk mengadopsi rantis yang battle proven, hitung-hitung untuk update teknologi. Soal rantis yang tahan terhadap ledakan ranjau, itu pun bukan sesuatu yang asing bagi TNI. Sejak tahun 2004, Sat Gultor Kopassus TNI AD sudah mengoperasikan armada Casspir MK3.
Nah, melengkapi kekuatan MRAP, Kopassus kini bakal kedatangan Bushmaster yang oleh pabrikanya disebut sebagai PMV (Protected Mobility Vehicle). Tak banyak Bushmaster yang dibeli Indonesia, hanya 3 unit untuk melengkapi satuan khusus.
Ada beberapa poin utama yang jadi andalah Bushmaster, bicara lapisan baja misalnya, proteksi adalah inti dari kekuatan Bushmaster. Lapisan baja rantis ini dibuat dari bahan baja super keras buatan perusahaan Bisalloy yang bermarkas di Illawara, Australia. Baja buatan Bisalloy diolah dengan metode desulfurisasi dan vacuum degassing untuk menghilangkan kandungan sulfur, hidrogen, oksigen, dan nitrogen untuk mendapatkan molekul bisalloy. Dijamin proyektil hingga kaliber 7,62 mm tidak akan mampu menembus lapisan bajanya, begitu pun lapisan kaca, juga mampu menahan terjangan proyektil 7,62 mm.
Bila nasib apes melanda, yakni rantis melindas ranjau, maka Bushmaster sudah sangat siap untuk menahan impact ledakan. Kemampuan ini berkat bodi monokok Bushmaster yang dibentuk menyatu dari atas sampai ke bawah. Di bagian bawah, bodi membentuk sudut tajam alias V-hull, sehingga bila dilihat sekilas penampang kendaraan ini aslinya seperti tetesan air. Bentuk V pada sasis bagian bawah adalah kunci rahasia untuk memantulkan efek ledakan ranjau ke arah samping, sehinggs tidak seluruh energi ledakan menembus ke dek atas, alhasil risiko cedera awak dan penumpang bisa dikurangi.
Saat ledakan terjadi di kolong kendaraan, umumnya yang menjadi korban adalah ban atau roda kendaraan yang terlepas akibat daya dorong energi ledakan. Untuk itu, Bushmaster dilengkapi ban cadangan yang dipasang di sisi kanan kendaraan bagian belakang. Efek lain yang tak terhindarkan adalah shock pada awak kendaraan, akibat kejutan yang tinggi.
Kenyamanan Jadi Prioritas
Bushmaster dirancang untuk melaksanakan patroli dan misi tempur jarak jauh. Dibekali dengan tangki bahan bakar berukuran besar di sisi kiri, dibawah jendela komandan, maka rantis ini dapat menempuh jarak hinggs 1.000 km atau dipersiapkan dalam skenario tiga hari penugasan. Guna mendukung operasi jarak jauh, sisi kenyamanan penumpang menjadi perhatian penting, wujudnya dengan adopsi suspensi double wishbone independen buatan Meritor/Timoney. Kapasitas beban setisp sumbu adalah 7,7 ton atau melebihi kapasitas total Bushmaster. Awak di dalamnya juga cukup terlindungi, suspensi mampu menahan impact ledakan HE (high explosive) setara dengan 9,5 kg TNT. Untuk pendingin udara, tersedia ukuran besar dengan sistem double blower.
Nikmatnya lagi, dibawah lantai kendaraan, sisi kabin penumpang ada tangki bladder air yang dilengkapi sistem pendingin dari AC berkapasitas 270 liter. Kotak berpendingin ini mampu mengalirkan air yang sejuk melalui dispenser bagi para penumpangnya. Keuntungan lainnya, air yang ditampung di dalam bladder menjadi perisai kedua pada saat terjadi ledakan di bawah kendaraan.
Menambah sisi kenyamanan, ukuran headroom dibuat mencapai ketinggian 1.415 mm, orang yang punya perawakan tinggi pun tidak harus menundukan kepala saat duduk di kabin Bushmaster. Tiap prajurit atau penumpang duduk dalam kursi individual yang berhadap-hadapan, kursinya sendiri dipasok oleh Stratos. Setiap kursi dirancang secara ergonomis yang dilengkapi sabuk pengaman. Di bagian bawah kursi, ditambahkan kantung kanvas untuk menyimpan cadangan amunisi, peralatan medis, dan kotak peluru.
Bicara tentang interior, dari area penumpang dan area kemudi tidak dibatasi sekat, sehingga penumpang dapat merasakan situational awarness dari pandangan pengemudi dan komandan. Pada sisi kiri dan kanan kendaraan terdapat dua jendela untuk penumpang. Seperti halnya pada ranpur lapis baja lainnya, kaca tidak dapat diturunkan, alias sudah dipantek dalam frame baja. Soal kenyamanan Bushmaster, sudah diakui oleh personel Kopassus.
Mesin
Untuk mesin, Bushmaster yang berbobot 10 ton dibekali dengan mesin diesel enam silinder Caterpillar 3126E ATAAC dengan days 330hp/246 kW pada torsi 2.400 rpm. Mesin turbocharger mengusung transmisi otomatis ZF. Dengan rasio tenaga berbanding bobot mencapai 30-33hp per ton, maka mudah bagi Bushmaster melaju hingga kecepatan 110 km per jam di jalanan aspal, atau kecepatan maksimal hingga 120 km per jam. “Bushmaster lebih tangkas daripada Casspir yang dimiliki oleh satuan saya saat ini. Mesin Bushmaster juga jauh lebih kuat dan sistem kendali operasi terasa sangat lebih ringan. Bushmaster ini juga sudah dilengkapi dengan AC dan joknya jauh lebih enak untuk diduduki,” ujar Serda Supriyanto dari Satuan 81 Kopassus, dikutip dari situs Ikahan.
Sistem Komunikasi
Guna mendukung tugas-tugas khusus, Bushmaster dilengkapi dengan dua rak penyimpanan barang bawaan. Satu di sisi kanan, tepat sesudah pintu masuk, dan satu di sisi kiri, dibelakang kursi komandan. Perangkat komunikasi menjadi elemen vital pada rantis yang maju ke medan tempur, untuk itu Bushmaster dibekali radio Thales SOTAS M2 yang punya kemampuan multimedia. Kecanggihan radio ini seperti mampu mentransfer data, suara, dan video antara kendaraan ke kendaraan, atau dari kendaraan ke markas. Thales SOTAS M2 dibekali filter anti noise untuk menyajikan komunikasi yang jernjh dan berkualitas. Kecanggihan radio ini juga dapat disambungkan ke dalam LAN (local area network).
Kelengkapan Senjata
Racikan senjata yang bisa dipasang pada Bushmaster mencakup kombinasi senapan mesin kaliber 5,56 mm, 7,62 mm, senapan mesin berat 12,7 mm, dan pekontar granat kaliber 40 mm. Pada versi standar, adopsi senjata tersebut masih konvensional, yakni dioperasikan langsung oleh juru tembak. Namun sistem persenjataan Bushmaster mengalami peningkatan kemampuan setelah datangnya kritikan dari prajurit Australia di Irak.
Dalam keterlibatanya di Irak dan Afghanistan, tak jarang juru tembak yang menjadi sasaran empuk proyektil lawan dalam kontak senjata. Meski telah dibekali rompi dan plat (shield), masih saja area pinggang keatas sering terkena timah panas sniper. Sebagai solusinya digunakan teknologi PWS (Protected Weapon System) buatan Thales/EOS. Dengan kode PWS SWARM (Stabilized Weapon and Reconnaissance Mount). Ini merupakan sistem senjata yang dikendalikan dari dalam kendaraan, dan mampu mengakomodasi berbagai jenis senjata, mulai dari kaliber 5,56 mm, 7,62 mm, 12,7 mm, dan pelontar granat 40 mm. Sistem menaranya dilengkapi motor untuk memutar arah senjata dan dibekali plat baja yang mampu menahan impact peluru 7,62 mm. Konsol kendali berupa monitor LCD berwarna dan joystick pada sisi komandan.
Layar LCD terhubung dengan optik berbasis thermal dan NV (night vision) pada sisi kanan sumbu menara. Teknologi penembakan juga dibekali stabilisasi sehingga memungkinkan penembakan saat kendaraan sedang melaju pelan. Australia dan Belanda memesan sistem ini dengan order 44 unit untuk Australia dan 17 unit untuk Belanda. Konfigurasi senjata yang dipasang adalah senapan mesin berat Browning M2HB. Sekilas sistemnya serupa dengan RCWS (Remote Control Weapon System) yang diadopsi pada prototipe tank APC AMX-13 dan KMC Komando TNI AD.
Mobilitas di Indonesia
Jauh sebelum namanya kondang di Afghanistan, Bushmaster sejatinya sudah wara wiri di Timor Timur pada tahun 1999. Saat itu Bushmaster digunakan oleh INTERFET untuk membawa rombingan VIP/VVIP. Kembali pada urusan mobilitas, kemampuan lintas udara juga telah diperhitungkan oleh pihak pabrikan, dan Bushmaster dapat digelar dengan pesawat angkut berat sekelas C-130 Hercules. Jenis pesawat yang banyak menjadi tulang punggung gelar operasi udara di berbagai AU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar