Dalam forum bilateral "Indonesian-French Defense SMEs Bilateral Forum
(First Edition)," pemerintah Indonesia dan Perancis membahas kemungkinan
Indonesia untuk mendapatkan kapal selam berteknologi yang sangat
canggih (sophisticated). Hari pertama forum bilateral, Rabu, 21 Mei
2014, diisi dengan seminar tentang peluang kerjasama industri pertahanan
Indonesia-Perancis dan pembahasan atau diskusi mengenai kapal selam
litoral dalam waktu bersamaan (paralel).
Untuk itulah forum bilateral ini diselenggarakan untuk mengkaji dengan
seksama segala kemungkinan teknologi kapal selam litoral ini guna
menutup celah pertahanan Indonesia yang berkaitan dengan peta dan
kondisi perairan Indonesia. Apakah memang harus menggunakan kapal selam
dalam menjaga laut dangkal atau cukup dengan sarana pertahanan yang
lain?
SSK Andastra, konsep kapal selam litoral baru Perancis. |
Mengingat 2/3 wilayah Indonesia adalah perairan, pengetahuan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan pemetaan laut adalah esensial. Bagaimana
keadaan hidrografi, tingkat kedalaman, kuat dan arah arus setiap musim
dan perubahannya harus dipelajari dengan seksama dalam konteks
pertahanan.
Hal ini akan melahirkan operation requirement baik untuk laut dangkal dan laut dalam. Misalnya laut yang dangkal akan menuntut kelincahan atau manuver dari kapal selam untuk menghindari pemantauan atau deteksi dari udara sehingga timbullah kekhususan operasional. Oleh karena itu maka dalam menghitung postur kemampuan perang tidak hanya berdasarkan kekuatan tetapi juga berdasarkan kemampuan dan gelar.
Sementara itu ketua delegasi Perancis Admiral (Navy) Jean Claudelle, dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa Perancis merupakan salah satu negara di Eropa yang sangat mendukung industri pertahanan yang berdasarkan pada sistem pertahanan otonomi dan kedaulatan. Dalam 50 tahun terakhir ini bidang industri dan peralatan pertahanan serta persenjataan Perancis menjadi hal yang sangat penting.
Hal ini memberikan peluang bagi pemerintah Perancis dan industri pertahanannya kemampuan untuk mengembangkan peralatan dan semua spesifikasi operasionalnya seperti untuk angkatan laut, angkatan udara, helikopter, satelit, missile antar negara dan antar benua.
Seperti diketahui kekuatan persenjataan dan pertahanan Perancis saat ini tersebar di Afrika Selatan, Mali, Guinea dan benua Afrika secara otonom dengan mitra atau partner Perancis tanpa melibatkan kekuatan besar atau super power lainnya. Kemampuan ini menjadi suatu hal yang unik di benua Eropa. Diharapkan hal ini dapat menarik Indonesia sebagai partner Perancis yang menganggap kedaulatan wilayah sebagai sesuatu yang penting.
Seminar yang diselenggarakan Kemhan RI dan The French Defense Procurement Agency (DGA) diikuti oleh berbagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan Perancis seperti Airbus Helicopters, DCNS, EADS, MBDA Missile Systems, Thales dan perusahaan terkemuka Perancis lainnya. Pada hari kedua rangkaian kegiatan, Kamis (22/5), delegasi peserta dari Perancis bertolak ke Bandung untuk mengunjungi PT Pindad dan PT DI.
Hal ini akan melahirkan operation requirement baik untuk laut dangkal dan laut dalam. Misalnya laut yang dangkal akan menuntut kelincahan atau manuver dari kapal selam untuk menghindari pemantauan atau deteksi dari udara sehingga timbullah kekhususan operasional. Oleh karena itu maka dalam menghitung postur kemampuan perang tidak hanya berdasarkan kekuatan tetapi juga berdasarkan kemampuan dan gelar.
Sementara itu ketua delegasi Perancis Admiral (Navy) Jean Claudelle, dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa Perancis merupakan salah satu negara di Eropa yang sangat mendukung industri pertahanan yang berdasarkan pada sistem pertahanan otonomi dan kedaulatan. Dalam 50 tahun terakhir ini bidang industri dan peralatan pertahanan serta persenjataan Perancis menjadi hal yang sangat penting.
Hal ini memberikan peluang bagi pemerintah Perancis dan industri pertahanannya kemampuan untuk mengembangkan peralatan dan semua spesifikasi operasionalnya seperti untuk angkatan laut, angkatan udara, helikopter, satelit, missile antar negara dan antar benua.
Seperti diketahui kekuatan persenjataan dan pertahanan Perancis saat ini tersebar di Afrika Selatan, Mali, Guinea dan benua Afrika secara otonom dengan mitra atau partner Perancis tanpa melibatkan kekuatan besar atau super power lainnya. Kemampuan ini menjadi suatu hal yang unik di benua Eropa. Diharapkan hal ini dapat menarik Indonesia sebagai partner Perancis yang menganggap kedaulatan wilayah sebagai sesuatu yang penting.
Seminar yang diselenggarakan Kemhan RI dan The French Defense Procurement Agency (DGA) diikuti oleh berbagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan Perancis seperti Airbus Helicopters, DCNS, EADS, MBDA Missile Systems, Thales dan perusahaan terkemuka Perancis lainnya. Pada hari kedua rangkaian kegiatan, Kamis (22/5), delegasi peserta dari Perancis bertolak ke Bandung untuk mengunjungi PT Pindad dan PT DI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar