Penangkapan terduga teroris Ramuji alias Kapten, oleh aparat
Detasemen Khusus Antiteror Polri (Densus 88), sarat dengan aroma
rekayasa. Penangkapan itu untuk kepentingan proyek kontraterorisme yang
banyak kehilangan momentum.
Pendapat itu disampaikan Direktur The Community Of Ideological
Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, kepada intelijen (15/05).
“Ramuji ditangkap hanya berdasarkan dugaan dan perkiraan intelijen. Dan
analisa saya, alasan atau argumen dasar penangkapan Ramuji ini adalah
narasi yang dibuat-buat. Sarat aroma rekayasa,” tegas Harits.
Menurut Harits, penangkapan terduga teroris di Lawanga, Poso,
sebelumnya dengan penangkapan Ramuji dua peristiwa yang terpisah, tetapi
saling dikaitkan dengan muara yang sama. Yakni kelompok Santoso, serta
cerita tentang ancaman ‘teroris’ terhadap Pilpres 2014.
Harist mengungkapkan, berdasarkan penelusuran yang dilakukan CIIA,
Ramuji hanya seorang kuli bongkar ikan di Brondong, Paciran, Lamongan.
Menurut kolega, Ramuji tidak pernah kemana-kemana, apalagi pergi jauh
luar pulau.
“Kawan-kawan Ramuji sangat heran dengan tuduhan Ramuji pernah ikut
pelatihan di Poso untuk merakit bom dan kemudian juga menjadi kurir
kelompok Santoso. Bahkan yang lebih mengagetkan adalah tuduhan Ramuji
akan melakukan bom bunuh diri di Pilpres Juli mendatang,” ungkap Harits.
Terkait bom Poso, Februari 2014, kata Harist, dua orang yang
ditangkap dan menjadi tertuduh, Paimin alias Ade dan Ardi, dituduh
sebagai produk pelatihan yang dikendalikan Santoso cs. Di sisi lain,
rencana bom bunuh diri Ramuji juga dituduh sebagai hasil pelatihan
Santoso di pegunungan Poso.
Harist juga menyebutkan, ledakan bom di Desa Pantangolemba, Poso
Pesisir Selatan (25/02/2014), sangat mungkin adalah rekayasa belaka.
Apalagi sebelumnya, sebelum ledakan sudah ditemukan rangkaian bom di
depan bangunan Baruga Adat Desa Pantangolemba yang kemudian diekpos
oleh pihak kepolisian setempat.
Alasan Harist, berdasarkan keterangan Datodaga, seorang petani
merangkap Bendahara Desa Patanggolemba yang beragama Nasrani (Kristen)
dari Suku Pamona, sebelum ditemukan benda yang mencurigakan dan
peristiwa ledakan bom di malam harinya, Datodaga sempat bertemu dan
berkomunikasi dengan seorang tidak dikenal (OTK). OTK bertanya arah
jalan ke Padanglembara.
“Sekitar pukul 15.40 Wita, OTK ini terlihat meluncur dari arah TKP di
mana bom meledak menuju ke arah Poso. Dan OTK tersebut ada warga yang
menyaksikan singgah di rumah salah satu anggota Brimob yang ada di Desa
Pantangolemba,” ungkap Harits.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar