Jumat, 10 Januari 2014

MEF Capai 28,7%, TNI AU Pede Jaga NKRI

TNI Angkatan Udara semakin percaya diri menjaga Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama wilayah udara (Dirgantara) seiring dengan pemenuhan Minimum Essential Force (MEF)  TNI AU yang hingga kini sudah mencapai 28,7 persen.

“Sampai saat ini MEF TNI AU sudah mencapai 28,7 persen dari renstra kita pengadaan 102 pesawat berbagai jenis. Dan harapan kita tahun 2024 mendatang MEF TNI AU sudah mencapai 100 persen,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau)  Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahyanto pada acara kunjungan Silaturrahmi ke Kantor Harian Umum Pelita, di Jalan Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014). Turut hadir Kasubdispenum Dispenau,Kasubdispenpas, Kasubdisjarah, dan sejumlah pejabat teras Dispenau.

Lebih lanjut Kadispenau menyampaikan TNI AU akan terus meningkatkan kekuatan pertahanan udara nasional guna meningkatkan kewibaan bangsa Indonesia di mata Internasional dalam hal kedirgantaraan. “Negara akan berwibawa jika pertahanan udaranya kuat. Untuk itu TNI AU akan terus berupaya meningkatkan kekuatan, baik itu Alutsista maupun sumber daya (personel),” kata Kadispenau.

Kadispenau juga mengatakan, dengan hadirnya alutsista baru TNI AU, baik itu pesawat tempur, radar, maupun rudal, maka kedepannya tidak ada lagi penerbangan gelap yang melintas di wilayah udara Indonesia. “Saat ini radar-radar TNI AU bekerja 24 jam guna memantau ancaman yang datang, termasuk penerbangan gelap. Dan kita juga telah memiliki Skadron Sukhoi di Makassar yang siap memukul,” tegas Kadispenau.

Alhasil, kata Kadispenau, kehadiran pesawat tempur Sukhoi di Makassar telah mengurangi kegiatan penerbangan gelap di wilayah Kalimantan.

Pada bagian lain, Kadispenau menyampaikan harapan TNI AU menjadi kekuatan yang dapat disegani dan sekaligus merebut hati rakyat. Hal itu dilakukan selain menunjukkan kepada rakyat Indonesia mengenai kekuatan TNI AU, juga dengan cara  menggali potensi sejarah kedirgantaraan yang pernah terjadi di Indonesia.

“Dalam konteks ini kita berharap kerjasama dengan media untuk menyampaikan pesan kedirgantataan kepada masyarakat, sehingga masyarakat, khususnya generasi muda yang merupakan generasi penerus dapat berperan aktif turut serta membangun kekuatan dirgantara,” jelasnya.

Salah satu contoh, kata Kadispenau, lintas sejarah kekuatan udara Perang Dunia ke-II sangat penting untuk digali, karena kekuatan udara pada perang dunia ke-II adalah terbesar di indonesia. Seperti di wilayah Morotai maupun di Papua serta wilayah lainnya. "Perang udara antara tentara Jepang melawan angkatan udara Sekutu memang  bukan perang kita, tetapi sejarah berada di wilayah kita yang merupakan inspirasi untuk menggali sejarah," ungkap Kadispenau.

Belum lagi sejarah bagaimana Presiden Soekarno yang merelakan menjual mobilnya untuk demi melanjutkan pembangunan monumen dirgantara. Selain itu juga kisah seorang prajurit TNI AU berpangkat Kopral yang bertugas memantau radar, dan ternyata berhasil menangkap pesawat mata-mata Amerika. Hal ini selanjutnya dijadikan alat diplomasi Presiden Soekarno kepada Amerika untuk menekan Belanda hengkang dari Tanah Air.

“Kisah-kisah seperti ini kami kira perlu disampaikan kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui kisah-kisah ada ada dibalik TNI AU,” ujar Kadispenau.

Pelita. 

99 karbol Akademi Angkatan Udara latihan para dasar

Prajurit Korps Pasukan Khas TNI AU melompat dari pesawat C-130 Hercules nomor registrasi A1318 saat terjun penyegaran di Runway Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kab.Aceh Besar, Provinsi Aceh, Jumat (4/3). Terjun para dasar seperti ini yang wajib dikuasai para karbol Akademi Angkatan Udara sebelum mereka menamatkan pendidikan dan dilantik menjadi perwira pertama TNI AU. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sebanyak 99 karbol berpangkat sersan taruna tingkat II Akademi Angkatan Udara Yogyakarta akan mengikuti latihan para dasar terjun payung di Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Bandung.

"Para dasar terjun payung merupakan latihan kematraan yang wajib diikuti karbol kami," kata Wakil Gubernur Akademi Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Iman Sudrajat, di Yogyakarta, Kamis.

Karbol sebutan resmi taruna di Akademi Angkatan Udara, diinspirasi kebolehan dan kecerdasan Laksamana Madya Udara (Anumerta) Abdulrahman Saleh, yang dijuluki "karbol" oleh koleganya pada perang kemerdekaan Indonesia. 

Pada upacara pemberangkatan kontingen latihan para dasar karbol AAU tingkat II, Sudrajat mengatakan, latihan dilaksanakan selama satu bulan mulai 9 Januari-11 Februari 2014, di Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Bandung.

Di pangkalan udara ini juga bermarkas Korps Pasukan Khas TNI AU, organ internal TNI AU yang didedikasikan untuk pengendalian pangkalan udara, pertempuran udara, dan SAR udara serta intelijen dan operasi khusus.

"Materi latihan para dasar terjun payung bagi taruna AAU itu meliputi teori praktek darat dan praktek terjun. Latihan para dasar terjun payung itu untuk memperkuat karakter awak dirgantara dan calon perwira TNI AU," katanya.

Hal penting dia tegaskan, agar semua pelaksana latihan terjun payung militer para dasar itu mengutamakan keselamatan dan keamanan latihan. 

"Dalam kurikulum pendidikan AAU, selain terbang layang masih ada dua latihan lagi kematraan yang diakhir kegiatan ditandai dengan penyematan brevet yakni latihan para dasar terjun statik dan latihan bertahan di laut dan hutan rimba," katanya.

Antaranews.

"Ledakan ATM di Malang: Permainan Intelijen Gelap"

Lokasi Peledakan ATM (ist)
Lokasi Peledakan ATM (ist)

Teror ledakan di bilik ATM Bank Mandiri, Karangploso, Malang, Kamis (09/01), merupakan produk intelijen gelap dengan motif sebagai warming up pengamanan Pemilu 2014.
Salah satu point analisis itu disampaikan pemerhati kontraterorisme, Harits Abu Ulya, kepada intelijen (09/01). “Saya condong menduga ini adalah permainan intelijen gelap. Dan dari bahan material bom, digabung dengan konteks isu belakangan yang berkembang tentang ancaman keamanan, maka ‘teroris’ bisa menjadi kambing hitam kembali,” tegas Harits.
Sejumlah analisis soal peledakan ATM di Malang, disampaikan Harits. “Teror di Malang itu bukan upaya perampokan, tapi lebih pada bentuk teror. Bisa jadi pelakunya orang yang tidak puas terhadap kasus tertentu,” jelas Harits.
Kemungkinan lain, kata Harits, teror ledakan ATM Malang ditujukan untuk mengalihkan isu terkait terpojoknya posisi Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam kasus penindakan terorisme. Aksi Densus 88 dan BNPT dinilai tidak proporsional dan melanggar HAM.
“Dari TKP terlihat indikasi-indikasi bahwa ledakan ini tidak disengaja untuk mengambil uang atau brankas. Dan juga tidak dengan target yang bisa menimbulkan korban sipil maupun aparat,” pungkas Harits.
Diberitakan sebelumnya, Kapolres Malang, AKBP Adi Deriyan Jayamarta, menyatakan, peledakan ATM Bank Mandiri Malang dilakukan oleh pihak-pihak teroris. “Dengan media dan bahan yang digunakan kemungkinan itu adalah upaya yang dilakukan pihak-pihak teroris,” kata Adi Deriyan, seperti dikutip BBC.

EKSPEDISI NKRI 2014 AKAN DIGELAR,KOPASSUS DAN UI TANDATANGANI MOU


















Tim Ekspedisi NKRI  Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014  bekerjasama dengan Universitas Indonesia  menggelar Sosialisasi Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014 , kepada Perguruan Tinggi Sejabodetabek  dan Citivas akademika, Rabu  (8/1) di  kampus UI Depok.

Dalam acara sosialisasi tersebut ,juga di tandatangani kesepakatan bersama antara Universitas Indonesia dengan Kopassus tentang kesepakatan bersama dalam Ekspedisi NKRI . Rencananya pada Kamis ( 9/1 )   Tim Ekspedisi akan mengadakan sosialisasi di Unpad Bandung serta  menandatangani kesepakatan bersama dengan Unpad, pada Rabu ,(15/1) akan mengadakan sosialisasi di UGM sekaligus menandatangani kesepakatan bersama dalam Ekspedisi NKRI,Kamis (16/1) akan sosialisasi di Undip semarang dan sekaligus menandatangani kesepakatan bersama dalam Ekspedisi NKRI.

Ekspedisi NKRI  Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014   merupakan gagasan pimpinan TNI bekerja sama dengan Kemenko Kesra yang akan berlangsung selama ± 4 bulan, dari tanggal 6  Februari  s.d. 26  Juni 2014, pada 8 titik di Pulau Maluku dan Maluku Utara  yaitu Subkorwil-1 Masohi di Kab.maluku Tengah,Subkorwil-2 Tual di Kab.Maluku Tenggara ,Subkorwil-3 Namlea di Kep.Buru, Subkorwil-4 Saumlaki di Kab.Maluku Tenggara Barat, Subkorwil -5 Ternate di Kab. Ternate dan Kab.Halmahera Tengah,Subkorwil-6 di Tidore dan Kab Halmahera Tengah, Subkorwil-7 Tobelo di Kab.Morotai dan Kab.Halmahera Utara, Subkorwil-8 Labuha di Kab.Halmahera Selatan.

Kegiatan  Ekspedisi NKRI akan melibatkan sekitar 1.300  orang yang terdiri dari seluruh komponen bangsa baik TNI, Polri, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Pemerintah Daerah, kalangan pendidik dari berbagai Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Mahasiswi, Resimen Mahasiswa , Pencinta Alam, Organisasi Kepemudaan, Pramuka  dan Media serta didukung masyarakat setempat.

Menurut Kepala Bagian Operasi (Kabagops) Letkol Inf Kosasih  mengatakan persyaratan untuk menjadi peserta ekspedisi bagi mahasiswa dan alumni  mahasiswa antara lain  mahasiswa minimal semester 5 atau DIII dengan melampirkan transkrip nilai terakhir, mengisi biodata, melampirkan  fotocopi KTP,Kartu mahasiswa, ada surat rekomendasi perguruan tinggi bagi yang masih aktif sebagai mahasiswa, surat ijin dari orang tua, surat keterangan sehat dari dokter dan surat pernyataan mengikuti ekspedisi serta foto close-up ukuran 4x6.Lebih,serta membuat essay .

Kabagops  melanjutkan, pendaftaran dimulai sejak  Desember 2013 s.d 30  Januari, 2014,  bagi peserta yang lulus seleksi administrasi akan diumumkan pada tanggal 31 Desember 2014 dan melaporkan diri ke Pusdikpassus Batujajar Bandung pada tanggal  4  Februari 2014  untuk melaksanakan seleksi tahap II yaitu pemeriksaan kesehatan ,wawancara dsb. Informasi tentang ekspedisi bisa diakses melalui  website ekspedisi www.ekspedisinkri.com ,FB ekspedisi NKRI Maluku  dan Twitter  @ekspedisi maluku .

 Tampak hadir pada acara tersebut Wakil Komandan Jenderal Kopassus Brigjen TNI M.Herindra, M.A, Asintel Danjen Kopassus Kolonel Inf Richard T.H.Tampubolo,S.H.,M.M., Wakil Rektor bidang pendidikan dan kemahasiswaan Prof.Dr.Bambang Wibawarta serta para mahasiswa Sejabodetabek

Kopassus TNI AD kukuhkan 110 personel di puncak Gunung Lawu

 Sejumlah kerabat memeluk seorang dari 122 peserta didik Pendidikan Komando Kopassus TNI AD 93 TA 2012 seusai upacara penutupan yang dipimpin Komandan Kopassus TNI AD, Mayor Jenderal TNI Agus Sutomo, di Pantai Permisan, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (22/12). Setelah pendidikan komando, mereka masih harus menempuh ritual tradisi internal di satuan-satuan di mana mereka ditempatkan. (ANTARA/Widodo S Jusuf)

110 personel baru Grup 2 Kopassus TNI AD, Kandang Menjangan, Kartasura, Jawa Tengah, mengikuti rangkaian tradisi pengukuhan, di Puncak Gunung Lawu, Kabupaten, Karanganyar, Sabtu lalu (11/1).

Wakil Komandan Grup 2 Kopassus TNI AD, Letnan Kolonel Infantri M Hasan, di Sukoharjo, Kamis, mengatakan, sebanyak 110 personel itu terdiri dari 10 perwira dan 100 anggota berpangkat bintara dan tamtama.

"Hal ini sudah menjadi tradisi kami," kata Hasan. Ke-110 anggota baru Kopassus TNI AD itu sebelumnya telah menempuh pendidikan komando.

Menurut dia, Gunung Lawu dipilih paling tinggi karena terdekat dari pangkalan mereka. Ada tiga gunung yang jadi alternatif, yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Lawu. 

Rangkaian tradisi pengukuhan ini masih berlangsung akan ritual pengukuhan itu sendiri digelar di Argo Dalem yang juga ada tugu Kopassus TNI AD-nya.

Menurut dia, anggota-angggota baru Kopassus TNI AD itu akan diberangkatkan ke puncak Lawu melalui Cemoro Kandang, sekitar pukul 06.00 WIB. Perjalanan ke puncak memerlukan waktu sekitar empat jam, setelah upacara pengukuhan, mereka turun dari Cemoro Sewu.
 

Kamis, 09 Januari 2014

Dislitbangau Gelar Hasil Penelitian di Pameran Rapim TNI


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro didampingi Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kepala Staf Angkatan saat meninjau pameran ALDALHAN produksi dalam negeri tahun 2014 di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (8/1). Foto Dispenau
Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbagau) menggelar hasil produksinya dalam rangka pameran ALDALHAN produksi dalam negeri pada Rapim TNI tahun 2014 di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (8/1).
Hasil penelitian dan pengembangan meliputi Tester MSCADC untuk pesawat F-5 E/F. Alat ini untuk merubah data udara yang terkalibrasi dalam pengoperasiannya terintegrasi dengan SACS yang berfungsi sebagai Dynamic Compressible Pressure yang akan memberikan keselarasan gerakan rudder dan horizontal stabilizer.
Multi radio altimeter indicator tester pesawat F-5, F-16 dan MK-53 berfungsi untuk melaksanakan pemeliharaan dan pengecekan di test bench untuk peralatan servoed altimeter pesawat F-16 A/B dan F-5 E/F, barometic altimeter pesawat MK-53 dan Hawk 100/200 serta indicator radar altimeter Hawk 100/200.
Helibasket dan Air Tep merupakan alat yang digunakan mendukung kegiatan penyelamatan SAR yang dibawa oleh pesawat Helikopter berupa keranjang yang terbuat dari material logam. Target Drone merupakan pesawat terbang tanpa awak yang digunakan sarana latihan menembak para penerbang tempur maupun pasukan yang bertugas menggunakan sejata penangkis serangan udara. Bom Anti Personel adalah bom yang dirancang untuk menghasilkan serpihan yang disesuaikan sasaran.
Power Supply CFA-1 dan Active Getter CFA-1 Radar Thomson berfungsi menghasilkan tegangan output high voltage sebesar 800 volt agar power radar sebesar 60.000 watt dapat dipancarkan untuk operasi pertahanan udara. Active Getter CFA. Modulator CFA-1 berfungsi menghasilkan pulsa yang sesuai dengan lebar pulsa yang dibutuhkan transmitter radar thomson.
Folding Fin Roket 70 mm merupakan senjata roket air-to-ground kaliber 70 mm yang dapat digunakan pesawat NATO. PUO Freefall Camar Biru merupakan alat penerjunan yang digunakan untuk penyusupan ke daerah lawan dengan cara cepat dan rahasia. KIT OH Nose dan Main Landing Gear Pesawat C-130, Hawk 100/200, KT-1B dan SA-330 merupakan suku cadang system pneudraulic pada Shockabsorber landing gear pesawat yang tingkat kebutuhannya sangat tinggi.
Pameran ini ditinjau oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro didampingi Panglima TNI Jenderal Moeldoko, KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, KASAL Laksamana TNI Marsetio dan KASAD Jenderal TNI Budiman.

Sector East Commander Puji Kinerja Kompi Bravo Indobatt


Sector East Commander Puji Kinerja Kompi Bravo Indobatt
Brigadir Jenderal Fransisco Jose Dacoba, Sector East Commanding Officer (Seceast CO), Selasa (7/1) siang, melaksanakan inspeksi ke Markas Kompi Bravo Indobatt di UN Posn 7-3 Blate.
Kehadiran Seceast CO ke Kompi Bravo disambut langsung oleh Wakil Komandan Satgas (Wadansatgas) Indobatt XXIII-H/UNIFIL Mayor Inf Ade Rony dan Komandan Kompi (Danki) Bravo Lettu Inf Ade Kurniawan, Liason Officer (LO) Lettu Inf Hari Mughni, para Komandan Peleton (Danton) Letda Inf M.Isa, Letda Marinir Sutan Nasution, dan Letda Inf Ernesto dengan penghormatan jajar kehormatan serta diiringi terompet Genderang Sangkakala.
Brigjen Fransisco Jose Dacoba yang didampingi oleh Deputy Commanding Officer (DCO) Seceast Kolonel Inf Kemal langsung memeriksa seluruh inventaris yang dimiliki oleh Kompi Bravo antara lain: kendaraan tempur (Ranpur), kendaraan ringan (Ranri), senjata perorangan jenis senapan dan pistol, senjata bantuan jenis SMB dan Mortir, perlengkapan anti huru-hara, alat komunikasi, dan sejenisnya.
"Secara keseluruhan kendaraan dan perlengkapan Kompi Bravo siap operasional guna mendukung pelaksanaan tugas Kompi Bravo sebagai Sector East Mobile Reserve," tutur Brigjen Fransisco Jose Dacoba saat meninjau kelengkapan.
Sebelum meninggalkan Kompi Bravo, Komandan Sector East memberikan apresiasi dan pujian kepada seluruh prajurit Indobatt yang bertugas di Kompi Bravo atas kinerja yang telah ditunjukkan selama ini. Selain itu, Beliau juga memberikan hadiah berupa Lencana Kehormatan kepada Komandan Kompi Bravo atas prestasi yang telah dicapai oleh Kompi Bravo.

TNI. 

Wulung UAV: Pesawat Tanpa Awak Pengawal Perbatasan RI

202598_puna-wulung_663_382
Kepadatan lalu lintas penerbangan di lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, boleh jadi bakal meningkat. Pasalnya di pangkalan udara yang landasannya juga digunakan bersama PT. Angkasa Pura untuk melayani penerbangan sipil, sebentar lagi akan ketempatan skadron pesawat baru. Saat ini, lanud Supadio bisa disebut sebagai pangkalan strategis TNI AU, karena wilayahnya relatif dekat dengan perbatasan RI – Malaysia, hingga lanud Supadio dipercaya sebagai home base dari Skadron Udara 1 yang berisi jet tempur Hawk 100/200.
Nah, bila tak ada aral melintang, jadwalnya pada kisaran awal tahun ini akan ditempatkan satu skadron baru di lanud Supadio. Dan, skadron baru ini terbilang unik, dan belum ada tandingannya di Indonesia, yakni skadron Pesawat Udara Nirawak (PUNA) atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Kepastian akan hadirnya skadron UAV merupakan jawaban yang cukup lama, setelah ide pembentukannya dicetuskan pada tahun 2000-an
Meski belum diketahui label resmi skadron UAV TNI AU ini, tapi disebutkan skadron ini akan dilengkapi pesawat dengan komposit, yakni terdiri dari dua tipe. Berbeda dengan skadron tempur TNI AU, yang umumnya tiap skadron menggunakan satu jenis pesawat. Maka skadron UAV TNI AU nantinya akan diperkuat pesawat tipe Wulung dan Heron. Yang jadi andalan utama di skadron ini adalah Heron. UAV buatan Malat, divisi dari IAI (Israel Aerospace Industries) ini tergolong canggih, Heron dapat terbang sejauh 350 km dan mampu terbang terus menerus hingga 52 jam. Dengan kecepatan maksimum 207 km/jam, Heron dengan ketinggian terbang hingga 10.000 meter memang layak menjadi spy plane. Rencananya, TNI AU akan memboyong 4 unit Heron ke lanud Supadio.
n00226703-b
PUNA-Wulung
Lain halnya dengan Wulung, UAV ini teknologinya jangan disamakan dengan Heron yang telah dipakai oleh banyak negara. Wulung tidak lain adalah buatan Dalam Negeri yang dibangun secara gotong royong oleh PT. Dirgantara Indonesia, LEN (Lembaga Elektronik Nasional), dan BPPT. Dalam proyek Wulung, PT DI bertanggung jawab atas produksi pesawat dan Lembaga Elektronik Nasional (LEN) yang mengerjakan sistem komunikasi dan elektroniknya.
Secara teknologi, LEN menyiapkan Wulung untuk misi pemantau untuk obyek permukaan, termasuk di dalamnya kelengkapan GPS dan kamera/video intai. Untuk sistem kendalinya, LEN menempatkan moda auto pilot surveillance dan on board system untuk kendali terbang. Dengan jarak jelajah hingga 200 km, Wulung akan di dukung oleh mobile ground station, sehingga data yang sedang diamati dapat terpantau secara real time.
timthumb
wulung_kompas
Setelah resmi hadir di Indonesia, besar kemungkinan Heron dan Wulung belum diberi beban untuk misi patroli yang berbau tempur, alias hadir tanpa senjata. Kedua UAV ini lebih dikedepankan untuk misi pengamatan wilayah di perbatasan, penanganan kebakaran hutan, dan pembuatan hujan buatan. Tapi tetap ada peluang jika suatu waktu dibutuhkan, UAV ini berubah menjadi UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle), seperti halnya Northrop Grumman Global Hawk dan General Atomics MQ-9 Reaper yang wara wiri melepaskan rudal memburu Al Qaeda dan Taliban di Afghanistan – Pakistan. Peluang terbesar untuk menjadi UCAV di kemudian hari jelas ada di Heron, pesawat buatan Israel ini pasalnya dapat menggotong ‘sesuatu’ hingga bobot 250 kg. Sementara si Wulung hanya bisa menggotong beban 25 kg.
Penggunaan UAV untuk jangka pendek, lebih ditekankan sebagai langkah meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memantau wilayah-wilayah di perbatasan. Bandingkan dengan pola pengawasan perbatasan selama ini yang mengandalkan tenaga ribuan personel. Sedangkan jika menggunakan pesawat reguler, tetap membutuhkan konsumsi bahan bakar yang tidak sedikit, alhasil pengawasan tidak maksimal. Merujuk pada kemampuan Heron yang bisa mengudara 52 jam non stop sambil mengintai, tentu ini merupakan suatu solusi. Sebagai perbandingan, Wulung bisa mengudara non stop selama 4 jam.
Inspeksi perangkat sensor Wulung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Inspeksi perangkat sensor Wulung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Presiden SBY saat meninjau Wulung.
Presiden SBY saat meninjau Wulung.
Tampilan baling-baling Wulung
Tampilan baling-baling Wulung. Foto: Antaranews.com

Bila Heron akan datang 4 unit, maka untuk Wulung nantinya akan ada 8 unit, menjadikan total 12 unit, yang mencirikan jumlah pesawat standar dalam satu skadron. Untuk tahap awal, PT DI akan memproduksi tiga unit. Untuk pengadaan 3 unit Wulung, Kementrian Pertahanan telah menyiapkan dana Rp29 miliar. Kemenhan berharap kisaran jumlah produksi yang bakal mereka gunakan mencapai 16 hingga 24 unit.

Masih Terlalu Bising
Meski adopsi Wulung ke dalam jajaran sista asal produk Dalam Negeri sangat membanggakan. Tapi menurut Menristek Gusti Muhammad Hatta, Wulung suaranya terlalu bising. “Seharusnya pesawat nirawak tidak mengeluarkan suara. Bisa-bisa ditembak musuh kalau pesawat nirawak kita suaranya seperti itu,” kata Gusti.
Wulung dapat membawa beban seberat 25 kg yang ditempatkan dibawah sayap.
Wulung dapat membawa beban seberat 25 kg yang ditempatkan dibawah sayap.

Ia berharap Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Pertahanan bisa melakukan pengembangan yang lebih baik jika pesawat tanpa awak tersebut ditujukan sebagai alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia. “Awalnya, pesawat tanpa awak memang diprioritaskan untuk keperluan sipil seperti memantau wilayah di Indonesia. Namun dalam perkembangannya pesawat tersebut bisa dijadikan sebagai alat utama sistem persenjataan TNI. Untuk itu pesawat ini harus canggih, dan saya yakin BPPT bisa membuatnya,” tambah Menristek.
Selain dari segi suara, Menristek juga mengkritik mengenai bahan dasar badan pesawat yang terbuat dari serat fiber. Ia berharap bisa diganti dengan bahan dasar lain yang lebih kuat, “Layaknya pesawat intai tanpa awak milik negara lain,” ujarnya. (Gilang Perdana)
Inilah Heron, UAV canggih andalan TNI AU, jenis yang sama juga telah digunakan oleh negara tetangga, yaitu Singapura dan Australia.
Inilah Heron, UAV canggih andalan TNI AU, jenis yang sama juga telah digunakan oleh negara tetangga, yaitu Singapura dan Australia.
Predator, salah UCAV tercanggih milik AS, mampu melepaskan rudal seperti Hellfire. Kelak kemampuan seperti ini yang ingin juga dimiliki Indonesia.
Predator, salah UCAV tercanggih milik AS, mampu melepaskan rudal Hellfire. Kelak kemampuan seperti ini yang ingin juga dimiliki Indonesia.

Spesifikasi Wulung UAV
Tipe/konfigurasi : Low Boom, High Wing, T-tail
Bentang sayap : 6,34 meter
Berat kosong/struktur : 60 kg
Berat muatan : 25 kg
Berat lepas landas : 130 kg
Kecepatan jelajah : 55 knot (minimal)
Ketahanan terbang : empat jam
Jarak jelajah : 200 km
Ketinggian terbang : 12.000 feet (sekitar 3.657,6 meter)
Jarak lepas landas : 300 meter
Pendaratan : darat
Sistem propulsi : mesin bensin 2 tak, maksimal 22 HP
Muatan : kamera video/kamera digital
Sistem kendali : manual/auto pilot/auto nav.

NC-212 200 MPA TNI AL: Memantau Perairan Dengan Teknologi FLIR


1
Pertama kali melihat penampilan pesawat ini pada ajang Indo Defence 2010, jujur saja, rasanya kurang meyakinkan untuk mengemban fungsi intai maritim. Maklum, platform pengusungnya adalah pesawat angkut ringan NC-212 200 Aviocar yang desainnya begitu mini, dan identik dengan penerbangan perintis komersial di Tanah Air. Berbeda dengan penampakan pesawat intai maritim CN-235 MPA atau Boeing 737-200 Surveillance milik Skadron 5 TNI AU yang terkesan sangar. Tapi bila dicermati lebih detail, pesawat angkut ringan ini sudah dibekali sistem penjejak yang cukup canggih di kelasnya.
Karena merupakan produksi Dalam Negeri dari PT. Dirgantara Indonesia, NC (CASA)-212 200 Aviocar menjadi pesawat ‘wajib’ di setiap instansi penerbangan berlabel BUMN, dan pesawat ini pun dioperasikan oleh TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Polri. Sifatnya yang low maintenance, dapat beroperasi secara STOL (short take off and landing), dan bisa mendarat serta tinggal landas dari unprepared runway, menjadikan sosok NC-212 200 primadona untuk tugas-tugas perintis dan punya peran besar dalam mendukung logistic di pangkalan-pangkalan udara terpencil.

FLIR dipadukan dengan radar Ocean Master, fokus hardware penjejak dipusatkan pada bagian hidung pesawat
FLIR dipadukan dengan radar Ocean Master, fokus hardware penjejak dipusatkan pada bagian hidung pesawat
Casa Aviocar NC212M-200 03
Bicara tentang NC-212 200 MPA (Maritime Patrol Aircraft), di lingkungan TNI dioperasikan oleh Penerbangan TNI AL (Penerbal) dan menjadi etalase Skadron Udara 800 Patmar (Patroli Maritim). Di lingkungan Skadron Udara 800 sebagai home base-nya pesawat intai, selain NC-212 200 MPA, ada N22/N24 Nomad Searchmaster buatan Australia. TNI AL setidaknya kini memiliki 3 unit NC-212 200 MPA. Berbeda dengan pengadaan alutsista pada umumnya, maka ketiga unit NC-212 200 MPA adalah hasil konversi dari versi angkut standar. Sebagai informasi, selain ada Skadron Udara 800, Penerbal juga memiliki Skadron Udara 600 (Angkut Taktis), sebagai etalase Skadron ini adalah 12 unit NC-212 200 versi angkut standar yang biasa digunakan paratroop.
Menurut beberapa informasi, order konversi ke NC-212 200 MPA di tandatangani pada 1996, dan ketiga pesanan pesawat tuntas pada tahun 2007. Setelah dikonversi menjadi pesawat patroli maritim, ada perbedaaan dari sisi penampakan, yang paling kentara adalah moncong (hidung) pesawat yang jadi mancung, hal ini untuk menampung hardware dari Ocean Master Surveillance Radar. Dari segi numbering, karena ada peralihan tugas dan perpindahan skadron, maka setelah menjadi pesawat intai maritim, kode pesawat yang tadinya U-6xx, berubah menjadi P-8xx.
Inilah NC-212 200 versi angkut standar Skadron Udara 600 Penerbal TNI AL.
Inilah NC-212 200 versi angkut standar Skadron Udara 600 Penerbal TNI AL.
Setelah dikonversi menjadi pesawat patroli maritim.
Setelah dikonversi menjadi pesawat patroli maritim.
Jenis yang sama juga digunakan oleh penjaga pantai Swedia.
Jenis yang sama juga digunakan oleh penjaga pantai Swedia.

Lalu apa yang menjadi keunggulan dari NC-212 200 MPA? Yang paling kentara adalah keberadaan perangkat Thales AMASCOS (Airborne Maritime Situation and Control System) yang dipadukan dengan radar Ocean Master Surveillance, jarak jangkau radar ini bisa menjangkau target sejauh 180 km. Perangkat radar tadi dikombinasikan juga dengan Chlio FLIR (Forward Looking Infa Red) yang dapat mendeteksi sasaran sejauh 15 km. FLIR disematkan tepat dibawah moncong pesawat, berkat adanya FLIR maka pesawat dalam kegelapan malam dapat mengendus keberadaan kapal kecil yang sedang melaju, bahkan periskop kapal selam dalam kegelapan malam dapat terpantau lewat FLIR di NC-212 200 MPA.
Dalam operasionalnya, NC-212 200 MPA diawaki oleh enam personel, terdiri dari pilot, co-pilot, satu engineer, satu operator radar, dan dua pengamat (observer). Khusus untuk pengamat, dibekali kamera Nikon dengan lensa zoom untuk mengabadikan momen penting di lautan. Seperti halnya pesawat intai maritim dengan mesin propeller, NC-212 juga kerap terbang rendah guna mendekati obyek yang dipantau, tidak jarang pesawat terbang 100 feet (30,48 meter) dari atas permukaan laut. Secara umum, NC-212 200 MPA dapat terbang non stop selama 6 jam dengan jangkauan maksimum 710 nm (nautical mile) atau sekitar 1.349 km.

avc212_05
Casa Aviocar NC212M-200 05
CIMG2651
Selain digunakan oleh Indonesia, jenis pesawat patrol maritim ini juga digunakan oleh Mexico, Swedia, Spanyol, Sudan, Venezuela, dan Vietnam. Penempatan di masing-masing negara tak melulu di AL, seperti Swedia yang menggunakan pesawat ini untuk penjaga pantai, dan Vietnam mengusung versi terbaru C-212 400 MPA yang digunakan oleh pihak polisi maritim.
Dilihat dari kelengkapan teknologi yang diusung, NC-212 200 MPA nampaknya cukup ideal untuk mengawasi perairan Indonesia, meski secara terbatas. Kemampuannya yang dapat terbang hingga 6 jam, plus jarak jangkau hingga 1.349 km, menjadi benefit tersendiri dari keberadaan pesawat ini. Tapi lepas dari itu, sifatnya yang low maintenance, dan dapat beroperasi di landasan yang terbatas adalah poin terpenting. Dengan ‘taburan’ ribuan pulau, spesifikasi pesawat intai maritim dengan kualifikasi seperti ini jelas sangat dibutuhkan. Jumlah NC-212 200 MPA yang cuma 3 unit jelas kurang memadai, tapi setidaknya Penerbal juga akan kedatangan 3 unit intai maritim yang lebih canggih, yakni CN-235 220 MPA NG (next generation) yang mengaplikasikan winglet pada sayapnya. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi NC-212 200 MPA
Panjang : 15,2 meter
Lebar (bentang sayap) : 19 meter
Tinggi : 6,3 meter
Mesin : 2 – Garret TPE-331-10R-512C Turboprop
Propeller : empat bilah baling-baling Dowty Rotol dengan diameter 2,75 meter
Kecepatan Max : 370 km/jam
Kecepatan Jelajah : 300 km/jam
Ketinggian Terbang : 7.925 meter
Kecepatan Menanjak : 8,3 meter/detik
Kapasitas Bahan Bakar : 1.600 kg
Berat Max : 2.820 kg

Kilo Class: Sosok Kapal Selam dalam Kalender TNI AL

Kilo Class milik AL Iran
Kilo Class milik AL Iran

Setelah lebih dari dua dekade, kecanggihan alutisista Indonesia boleh dibilang lumayan tertinggal dari Singapura dan Malaysia. Baru pada program MEF (minimum essential force) 2014, militer Indonesia mulai merasakan angin segar dengan pencanangan pemerintah untuk mendatangkan alutsista yang ‘berkelas.’ Di matra udara, ada maskotnya yakni Sukhoi Su-27/30 Flanker, sementara di matra darat maskotnya MBT Leopard 2A4 buatan Jerman.
Bagaimana dengan matra laut, ujung tombak TNI AL ada di elemen kapal perang, yang sudah kelihatan wujudnya adalah 4 Korvet SIGMA, dan rencana kedatangan 3 unit Nakhoda Ragam Class, 1 PKR SIGMA 10514. Itu baru bicara kapal permukaan, bagaimana dengan kapal bawah air, alias kapal selam? Kenyataan, sebagian besar masyarakat Indonesia begitu mendambakan hadirnya kapal selam anyar untuk memperkuat TNI AL. Alasannya jelas, sejak tahun 1980 hingga kini, jumlah kapal selam yang dipunyai TNI AL hanya dua unit (KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402). Ditambah lagi, rasa jengkel akibat Negeri Jiran, Malaysia dan Singapura yang punya kualitas kapal selam lebih modern, dan jumlahnya pun lebih besar, padahal luas wilayah lautan kedua negara tersebut tidak ada apa-apanya dengan Indonesia.
Berangkat dari isu diatas, kabar seputar pengadaan kapal selam menjadi berita yang hangat, bahkan selalu menjadi trending topic pada setiap pembahasan alutsista. Para pengamat militer yang mengacu pada logika dan asumsi (bukan fakta), begitu meyakini bahwa ada kapal selam lain yang dioperasikan TNI AL, selain KRI Cakra dan KRI Nanggala. Logika yang dibangun tentu sah-sah saja, salah satunya dipicu berita bahwa TNI AL membangun pangkalan khusus kapal selam di Teluk Palu. Kedalaman Teluk Palu yang sampai 400 meter dan letaknya yang terlindung, memang cocok utuk dijadikan pangkalan kapal selam. Meski kemudian terbukti, yang transit mengisi perbekalan di pangkalan tersebut adalah Type 209.

pla_kilo_class_submarine-38553

Masih ada lagi analisa yang cukup menarik, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin melakukan kunjungan ke Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro, Selasa (23/7/2013) di Kementerrian Pertahanan, Jakarta. Tujuan kunjungan ini membicarakan beberapa hal menyangkut kerjasama teknik militer antara kedua negara, termasuk kerjasama Angkatan Laut kedua negara dalam penyediaan material dan renovasi untuk Kapal Selam. Duta besar Rusia juga menyampaikan bahwa pemerintahnya akan mengadakan pameran senjata “Rusian Arms Expo” bulan September mendatang di kota sebelah timur Moskow. Pameran itu merupakan pameran terbesar yang akan menampilkan persenjataan militer khususnya untuk Angkatan Darat. Dubes Rusia berharap Menteri Pertahanan Indonesia dapat menghadiri pameran persenjataan militer tersebut.
Yang menjadi pertanyaan dari kunjungan ini adalah soal kerjasama Angkatan Laut kedua negara dalam hal penyediaan material dan renovasi untuk Kapal Selam. Sejak kapan Indonesia memiliki kapal selam buatan Rusia. Yang diketahui saat ini Indonesia hanya memiliki dua kapal selam gaek yakni Type 209 Cakra dan Nanggala buatan Jerman. Jika demikian, penyediaan material dan renovasi kapal selam dari Rusia, untuk kapal selam yang mana ?

Kilo Class tipe 877
Kilo Class tipe 877
Pengiriman Kilo Class ke Cina
Pengiriman Kilo Class ke Cina

Pernyataan Dubes Rusia yang baru ini, seakan hendak memperkuat pengakuan dari Dubes Rusia untuk Indonesia yang terdahulu, Alexander A. Ivanov. Situs tempo.co edisi Rabu, 21 Desember 2011 menyampaikan hasil wawancara mereka dengan Ivanov, perihal pembelian alutsista Indonesia dari Rusia dan jaminan bebas embargo militer dari negeri beruang merah tersebut.
Kemudian ibarat ada ‘petir di siang hari bolong,’ muncul foto kapal selam jenis Kilo Class pada kalender 2012 internal TNI AL. Foto di kalender itu bukan sembarangan, pasalnya secara jelas diperlihatkan Kilo Class yang sedang melaju memecah gelombang dengan nomer identitas 412 pada menaranya. Sontak foto ini sempat membikin geger para military fanboy di Indonesia. Pasalnya 4xx adalah numbering yang dipersiapkan khusus untuk kapal selam TNI AL, dan memang dahulu pada era-60an, Indonesia memang punya kapal selam kelas Whiskey, mulai dari urutan 401 hingga 412. Dan kebetulan, 412 dahulu disematkan untuk KRI Trisula.

Ini dia, kalender 2012 TNI AL yang memuat foto Kilo Class
Ini dia, kalender 2012 TNI AL yang memuat foto Kilo Class
Dan berikut adalah foto aslinya
Dan berikut adalah foto aslinya

Nah, berdasarkan analisis dari berbagai sumber, diketahui foto di kalender tersebut amat kentara sebagai hasil rekayasa yang lumayan halus. Hal tersebut bisa dibandingkan dari foto aslinya yang kabarnya merupakan Kilo Class milik India. Meski demikian, keberadaan Kilo Class atau kapal selam buatan Rusia, memang misterius, apalagi kalau merujuk pada pernyataan Duta Besar Rusia.
Ada lagi pernyataan yang menarik dari mantan Dubes RI untuk Rusia, Hamid Awaludin dalam acara talk show “Apa Kabar Indonesia” di TVOne menjelang 5 Oktober 2013. Ia menyebutkan, proses pengadaan kapal selam dari Rusia mengalami beberapa tantangan, seperti TNI AL harus menyiapkan fasilitas dermaga kapal selam yang lebih besar, mengingat Kilo Class punya dimensi yang lebih besar ketimbang Type 209. Belum lagi penyiapan keperluan logistik dan pelatihan awak, yang kesemuanya mengakibatkan biaya membengkak. Lain halnya, dengan rencana kedatangan Changbogo Class dari Korea Selatan, dengan dimensi khas Type 209, TNI AL dipercaya tidak memerlukan modifikasi dan upgrade pada fasilitas pendukung.
Yang tak kalah menarik, dalam talk show tersebut juga dihadiri oleh Kapuspen TNI, Laksda Iskandar Sitompul. Menimpali pernyataan dari Hamid Awaludin, perwira berbintang dua ini punya pendapat yang berbeda, yakni TNI AL memang membutuhkan kapal selam dari Rusia tersebut.

Kilo Class Submarine
Kapal selam konvensional dengan mesin diesel listrik ini merupakan hasil dari program dengan kode Project 877 Paltus yang dicetuskan Tsentralnoye Konstruktorskoye Byuro (Central Design Bureau) Rubin. Kilo Class dirancang sebagai kapal selam yang mampu melaksanakan misi peperangan bawah, alias anti kapal selam (AKS) maupun peperangan atas permukaan air, atau yang dikenal dengan misi anti ship mission.

Klub loading to Kilo 

Loading torpedo
Loading torpedo
Kompartemen torpedo
Kompartemen torpedo

Umumnya misi yang diemban Kilo Class adalah pertahanan pangkalan, instalasi wilayah pantai, patrol, pengintaian, hingga penyebaran ranjau (mine laying). Berdasarkan analisis dari berbagai sumber, Kilo Class adalah kapal selam yang punya tingkat kebisingan amat rendah, sehingga monster bawah laut ini punya jejak akustik yang minim, alhasil keberadaan kapal selam ini bakalan susah untuk diendus oleh sonar pasif dari kapal perusak. Jejak akustik pada kapal selam biasanya terdeteksi dari sistem propulsi. Meminimalisir jejak akustrik nampak menjadi tujuan utama dari dirancangnya Kilo Class, hal ini dibuktikan dari kecanggihan teknologi propulsi, desain lambung, dan pemakaian anehoic tiles di beberapa bagian lambung termasuk di sirip kendali depan yang dapat dilipat (foreplanes).
Bicara seputar lambung, Kilo Class mengusung sistem lambung ganda dan tersusun dari enam bagian utama, dan dibuat bersekat yang mampu menahan tekanan air. Antar kompartemen dipisahkan oleh transverse bulkheads. Sirip kendali depan diposisikan di sisi lambung bagian atas, di depan menara kapal (conning tower). Untuk dapur pacu, Kilo Class ditenagai sebuah mesin diesel listrik yang terintegrasi dengan baterai penyimpanan listrik, seperti umumnya kapal selam diesel modern. Saat melaju di permukaan, mesin diesel diaktifkan sembari mengambil ‘udara.’ Dan, saat menyelam yang menjadi tenaga adalah baterai yang menghasilkan listrik.Karena saat menyelam mengandalkan baterai, maka kapal selam diesel listrik terbilang lebih ‘silent’ ketimbang kapal selam nuklir. Untuk keadaaan darurat, ada suplai tenaga cadangan yang tersedia dari dua generator (diesel) meski dengan daya lebih randah ketimbang mesin utama. Energi dari mesin kemudian disalurkan ke baling-baling tunggal yang terdiri dari 7 bilah pada bagian belakang.

Foto rekayasa Kilo Class dengan bendera Merah Putih ini juga sempat bikin heboh
Foto rekayasa Kilo Class dengan bendera Merah Putih ini juga sempat bikin heboh

Persenjataan Si Kilo
Persenjataan utama yang bisa dibawa adalah 18 torpedo atau 24 unit ranjau laut yang dapat dilepaskan dari enam lubang peluncur torpedo kaliber 533mm. Berbeda dengan Wishkey Class yang dahulu dioperasikan TNI AL, keseluruhan lubang peluncur torpedo ada di bagian depan Yang terbilang unik, Kilo Class menjadi kapal selam diesel listrik pertama yang dilenkapi sista hanud berupa rudal permukaan ke udara jarak pendek (SHORAD), yakni dengan mengambil 8 pucuk Strela-3, varian khusus untuk AL.
Kilo Class terdiri dari dua tipe, yakni Project 877 dan Project 636. Kelas yang terakhir merupakan penyempurnaan dari Project 877. Project 636 mulai diperkenalkan pada pertengahan tahun 1980. Dibanding tipe sebelumnya, Project 636 menghadirkan sisi kenyamanan lebih pada awaknya, ditambah tingkat kebisingan di ruang kabin sudah berkurang.



kilo877_4
kilo877_5
Kilo Class Project 636 punya bobot 2.350 ton pada posisi kapal berada di permukaan laut, dan 2.126 ton (saat menyelam) dengan kecepatan maksimum 12 knot (di permukaan laut) dan 20 knot (saat menyelam). Dari sisi performa kecepatan, Kilo Class masih kalah cepat jika dibandingkan dengan kapal selam diesel listrik besutan Jerman, Type 209 yang juga digunakan oleh TNI AL.
Type 209 punya bobot 1.100 ton (di permukaan) dan 1.395 ton (saat menyelam, kapal selam ini mampu melaju pada kecepatan maksimum 11,5 knot (di permukaan) dan 22 knot (saat menyelam). Soal kemampuan menyelam, Kilo Class yang punya panjang 73,8 meter ini bisa menyelam pada kedalaman maksimum 300 meter. Untuk soal kedalaman, lagi-lagi Type 209 bisa mencapai kedalaman 320 – 500 meter. Hanya saja untuk urusan persenjataan, si Kilo nampak lebih unggul dari Type 209, ini lantaran Kilo Class dapat mengusung 18 torpedo, sementara Type 209 hanya dapat membawa 14 torpedo. Sebenarnya ini adalah hal yang lumrah, mengingat ukuran bodi Kilo Class lebih besar ketimbang Type 209. Kilo Class Project 636 berdimensi 73,8 x 9,9 x 6,6 meter, sementara Type 209 dimensinya 59,5 x 6,3 x 5,5 meter.

SHIP_SSK_Kilo_Class_Cutaway_lg

Yang perlu jadi catatan, baik kilo Class dan Type 209 terbilang produk kapal selam diesel listrik yang paling laris dipasaran. Selain menjadi andalan Satkasel (Satuan Kapal Selam) TNI AL, Type 209 dalam berbagai varian juga digunakan oleh Argentina, Brazil, Chile, Kolombia, Equador, Yunani, India, Bolivia, Turki, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Khusus untuk Korea Selatan , kemudian memproduksi Type 209 secara lisensi dari Jerman yang diberi label Changbogo Class, tiga unit Changbogo akan memperkuat TNI AL di tahun 2015. Kilo Class dalam berbagai varian juga cukup laris, selain tentunya digunakan Rusia, pengguna lainnya adalah Cina, India, Polandia, Rumania, Aljazair, Iran, dan Vietnam. (Sastra Wijaya)

Rabu, 08 Januari 2014

Sukhoi-35 prioritas pengganti F-5 Tiger TNI AU



Kementerian Pertahanan berencana mengganti pesawat tempur TNI Angkatan Udara F-5 Tiger yang harus pensiun, dengan mengganti pesawat tempur baru yang jauh lebih canggih, salah satunya pesawat tempur SU-35 dari Rusia.

"Ada beberapa usulan pesawat tempur yang saat ini masih dikaji untuk memilih yang paling tepat. Apakah pesawat tempur dari Rusia, Amerika, Eropa atau dari negara lain," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai Rapim Kementerian Pertahanan yang dihadiri Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan, di Kantor Kemhan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, ada sekitar 5-6 usulan pengganti pesawat tempur TNI AU yang sudah berusia 30 tahun tersebut. Namun, dirinya meminta agar dilakukan pembobotan dan ditambah spesifikasi teknis, sehingga ditemukan pesawat yang tepat untuk gantikan F-5 Tiger.

Menhan berharap agar keputusan untuk memilih pesawat tempur pengganti itu segera diputuskan agar pada rencana strategis (Renstra) II 2015-2020 dapat dilakukan pembeliann sehingga datang tepat pada waktunyam

"Saya berharap pesawat tempur yang canggih tersebut mampu membawa peluru kendali jarak jauh," katanya.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, TNI AU telah membuat kajian untuk pesawat tempur pengganti F-5 Tiger, seperti Sukhoi SU-35, F-15, F-16 dan pesawat tempur buatan Swedia.

"Kajian itu sedang kami pelajari, tergantung dari kemampuan keuangan negara," katanya.

Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menambahkan, TNI AU menginginkan satu skuadron (16 unit) dalam pengajuan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger.

"Kami ikuti renstra yang ada. Selanjutnya kami masih revisi sesuai arahan Panglima TNI dan Kemhan sesuai kemampuan negara untuk membuat masterlist," katanya.

KSAU mengatakan, setiap Renstra itu ada pergantian pesawat yang tak layak, sehingga dilakukan modernisasi sesuai perkembangan teknologi.