Minggu, 27 Oktober 2013

Pola mirip SBY dan Soeharto memupuk ajudan presiden

Pola mirip SBY dan Soeharto memupuk ajudan presiden
Soeharto-SBY tanda tangan. ©2013 Merdeka.com

Pada masa Presiden Soeharto , jalur promosi paling efektif untuk puncak karier militer maupun kepolisian adalah ajudan presiden. Posisi ajudan presiden sangat prestisius pada era Orde Baru.

Sebut misalnya Try Sutrisno yang menjadi Pangab (1988-1993). Puncak karier Try adalah menjadi wakil presiden. Laju yang sama juga dialami Wiranto, ajudan Pak Harto (1989-1993). Kariernya meroket bermula dari Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, KSAD, dan lima tahun setelah lepas dari ajudan menjadi Panglima ABRI.

Karier cemerlang lainnya juga dialami ajudan Presiden Soeharto seperti Jenderal Polisi Kunarto dan Jenderal Polisi Dibyo Widodo yang menjadi Kapolri. Mantan ajudan lain seperti Hamami Nata, pernah memimpin Polda Metro Jaya sementara Sugiyono menjabat sebagai wakasad.

Mengapa karier ajudan, terutama pada era Pak Harto begitu mudah meroket? Ada beragam analisis tetapi jawaban paling sederhana adalah, semasa mereka menjadi ajudan, Pak Harto bisa langsung menilai loyalitas dan kemampuan mereka.

Analisa ini dibenarkan oleh TB Hasanuddin , mantan ajudan Presiden BJ Habibie. Predikat karier meroket para ajudan Pak Harto, sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor Pak Harto.

"Meroket itu tergantung atasannya. Kalau atasannya (presiden) masih menjabat ya tentu karier ajudan itu akan memiliki jabatan top," ujar TB Hasanuddin .

Kedekatan emosional itu ditambah dengan masa jabatan presiden yang cukup lama. Dia mencontohkan Presiden Soeharto yang 30 tahun lebih dan SBY yang 10 tahun memunculkan kesempatan bagi mereka mengkader pemimpin.

TB Hasanuddin lantas mencontohkan nasib ajudan-ajudan Presiden dengan masa jabatan pendek yang tak begitu mengkilap. Termasuk dirinya yang pernah jadi ajudan BJ Habibie, dengan karier yang tak bisa meroket.

"Kan Pak Habibie habis itu turun ya mana bisa saya meroket," ujar militer yang kini aktif sebagai politisi di PDIP itu.

Dalam catatan, jarang juga mantan ajudan Presiden Abdurrahman Wahid atau ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menduduki pucuk pimpinan militer atau polisi.

Mantan ajudan Gus Dur, Marsekal Muda TNI Sukirno misalnya, terakhir adalah Wakasau. Mantan ajudan Gus Dur lainnya Komjen Sutarman, posisi terakhirnya kini adalah Kabareskrim. Mantan ajudan Megawati, Budi Gunawan posisi terakhir adalah Kalemdikpol.

Kini, TB Hasanuddin melihat pola pengkaderan ajudan presiden yang juga dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mantan ajudan SBY tercatat punya karier ke depan yang cemerlang. Sebut saja misalnya Muhammad Munir. Kini jabatannya adalah Pangkostrad dengan pangkat Letjen. Terbuka peluang baginya untuk menduduki posisi tertinggi TNI.

Mantan ajudan SBY lainnya yang punya karier cemerlang adalah Bagus Puruhito (ajudan pada periode 2004-2009). Bagus kini berpangkat marsekal muda. Dia pernah menjadi Danlanud Halim, dan kini menjabat Asisten Operasi Kasau. Nama lain adalah Putut Eko Bayuseno yang kini menjabat Kapolda Metro Jaya dan punya peluang sebagai kepala Polri.

"Tradisi Pak SBY itu menerapkan seperti apa yang menjadi tradisi Pak Harto," kata TB Hasanuddin .

Gandeng Korea dan Eropa, Pindad buat senjata kaliber besar

Gandeng Korea dan Eropa, Pindad buat senjata kaliber besar
Senjata Pindad. ©2013 Merdeka.com

Perusahaan pelat merah, PT Pindad saat ini sedang mengembangkan senjata kaliber besar di atas 20 mm bersama Eropa dan Korea. Senjata kaliber besar yang sedang dibuat ini mencapai 105 mm.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo, mengatakan selama ini pihaknya baru memproduksi senjata berkaliber kecil yaitu 12,7 mm. Senjata ini sudah banyak digunakan TNI seperti merek MKV.
"Jadi pengembangan Pindad di amunisi kaliber besar. Kaliber kecil sekarang masih 12,7 mm. Nanti ada kaliber 105 mm," ucap Wahyu ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).
Pembuatan senjata dengan lubang laras mencapai 105 mm ini dilakukan agar TNI tidak selalu mengimpor senjata dari luar negeri. Wahyu berharap produksi ini bisa memenuhi kebutuhan senjata di dalam negeri.
"Kita tes kemampuan dalam negeri secara bertahap. Kerjasama dengan Korea dan Eropa. Di bawah itu sesuai yang dipakai TNI. Dari Pindad mendukung peran TNI kita bikin kaliber besar ini," tutupnya.

Bahan baku pembuatan senjata masih andalkan impor

Bahan baku pembuatan senjata masih andalkan impor
Senjata Pindad. ©2013 Merdeka.com

PT Pindad membuktikan bahwa Indonesia sudah bisa memproduksi atau merakit senjata untuk tentara. Namun ternyata material pembuat senjata, semisal baja, masih harus diimpor dari Korea.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo mengatakan, material yang produksi Indonesia masih belum secanggih material impor. Material dalam negeri disebut cepat panas jika dibuat senjata.
"Kemampuan material laras dan senjata masih impor. Sekarang Krakatau Steel baru mulai mengembangkan," ucap Wahyu ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).
Saat ini, Wahyu mengakui, perusahaan dalam negeri masih malas mengembangkan material ini. Kebutuhan investasi yang besar serta pasar yang sedikit membuat perusahaan berpikir dua kali untuk investasi.
"Terkait dengan ekonomis. Kalau mau investasi duit harus balik dan investasi cukup mahal. Sekarang kita impor dari Korea," katanya.
Material yang diimpor ternyata juga bukan hanya material senjata saja. Material pertahanan di Indonesia rata rata masih di impor. Selain itu, teleskop untuk senjata juga masih harus impor karena tidak ada yang mengembangkan di Indonesia.
"Material kapal juga masih impor. Teleskop juga masih minim. Mau ngembangin skala ekonomis repot. Investasi Rp 100 miliar dan dibeli berapa sih," tutupnya.

Merdeka. 

Gandeng Turki, Pindad buat Medium Tank

Gandeng Turki, Pindad buat Medium Tank
Gladi Bersih TNI. ©2012 Merdeka.com/imam buhori

Perusahaan pelat merah, PT Pindad menggandeng perusahaan Turki untuk membuat Medium Tank atau produk di bawah Leopard Heavy Tank. Kerja sama ini tidak murni untuk bisnis, melainkan kerja sama antar pemerintah.
"Tank itu kita sedang buat medium tank. Ternyata jumlah medium tank dibutuhkan banyak juga. Kita dari dulu sudah mengembangkan tank dari supply rantai tank dan roda roda nya," ucap Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).
Namun, ada yang disayangkan dari kerja sama dengan Turki. Marketing Manajer PT Pindad, Sena Maulana tidak segan menyebut perusahaan Turki yang bekerja sama dengan Pindad dinilai belum ahli dan belum pernah membuat medium tank.
"Kita desain sendiri tank nya. Mereka (pemerintah RI) dengan Turki bekerja sama. Masih terjadi penjajakan. ini tidak memiliki kapabilitas yang kita harapkan. Kita ingin partner lebih jago dri tadi. Tapi ini pemerintah ke pemerintah," katanya.
Di samping pengembangan medium tank dengan Turki, BUMN persenjataan ini juga mengembangkan medium tank sendiri dengan nama SBS. Saat ini baru mengembangkan prototype nya.
"Daripada proyek dengan Turki masih diam, kita kembangkan sendiri namanya SBS. SBS sudah jalan sekarang. 2014 target sudah mulai bisa jalan jauh," tutupnya.

Pasukan elite TNI tidak kalah dengan Navy Seals

Pasukan elite TNI tidak kalah dengan Navy Seals
pasukan elite RI. ©2013 Merdeka.com

Kemampuan pasukan elite TNI mendapat pengakuan dunia. Sesuai namanya, pasukan ini dipilih dari anggota pasukan terbaik. Dilatih keras dan dipersenjatai dengan peralatan terbaik.

Indonesia memiliki pasukan elite di setiap kesatuan, misalnya Angkatan Darat (AD) memiliki Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Angkatan Udara (AU) memiliki Paskhas dan Angkatan Laut (AL) memiliki pasukan katak dan marinir.

Baru-baru ini lembaga analisa peringkat militer globalfirepower.com menaikkan peringkat militer Indonesia. Bila sebelumnya peringkat militer Indonesia di posisi 18, kini naik di posisi 15.

Untuk kemampuan individu personel, militer Indonesia memang tidak kalah dibanding kemampuan militer negeri lain. Buktinya, beberapa prestasi sempat disandang oleh pasukan elite TNI. Contohnya adalah prestasi Kopassus.

Kehebatan yang dimilikinya Kopassus membuatnya disegani militer negara lain. Bahkan, sejumlah negara di dunia meminta Kopassus untuk melatih pasukan militernya, seperti negara-negara di Afrika Utara dan Kamboja.

Bahkan konon, 80 Persen pelatih militer di negara-negara Afrika Utara diketahui menggunakan pelatih militer dari Kopassus. Para perwira komando juga ditugaskan untuk melatih pasukan militer yang dimiliki negara-negara di benua hitam itu.

Soal kemampuan anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin menjamin pasukan elite RI tak kalah dengan Navy Seals yang sedang naik daun gara-gara menembak mati Osama bin Laden.

"Pasukan elite kita tidak kalah. Tidak hanya soal kemampuan personel. Soal persenjataan, Kopassus pun sama baiknya dengan pasukan dari luar negeri," kata TB Hasanuddin kepada merdeka.com, Minggu (2/9).

Namun selain kemampuan tempur, Kopassus diminta memperbaiki profesionalisme dan disiplin. TB Hasanuddin berharap kasus Cebongan tak terulang kembali.

Pensiunan jenderal bintang dua ini juga menambahkan tak mudah membina pasukan khusus. Selain latihan terus menerus, mereka juga harus diberi penugasan. Latihan tanpa penugasan akan membuat prajurit jenuh. Tenaga dan kemampuan prajurit harus disalurkan untuk operasi sehingga tak menjadi hal-hal negatif.

"Kenapa tak dilibatkan saja dalam operasi counter teroris. Menurut saya mereka punya kemampuan untuk melakukan operasi penyergapan. Untuk melacak pun mereka punya sandi yudha. Ini bisa digunakan agar prajurit tak hanya jenuh latihan," katanya.

Sementara itu Markas Besar TNI menjelaskan selain kemampuan individu, sebenarnya ada hal lain yang mempengaruhi pamor militer Indonesia. Apa itu?

Menurut Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul , prestasi TNI terakhir ini menonjol dalam bentuk pengabdian kepada negara. Misalnya, tentara sudah tidak berpolitik praktis, TNI netral, TNI beberapa kali bekerja sama dengan negara tetangga, terutama latihan bersama.

"TNI bekerja sama dengan negara tetangga begitu baik, meningkatkan latihan bersama terutama untuk pendidikan penanganan bencana. TNI juga tetap konsisten meningkatkan alutsista," terangnya kepada merdeka.com, Jumat (1/9).

Selain itu, tak kalah penting adalah hubungan baik antara TNI dengan parlemen. Misalnya soal manajemen waktu dan target pengadaan alutsista. Semua program TNI didukung dengan baik oleh parlemen, sehingga pengadaan alutsista bisa dipenuhi sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Untuk penanganan bencana, walau pasukan elite, pasukan Kopassus, Marinir atau Paskhas jadi yang terdepan. Mereka terjun mulai dari evakuasi korban Merapi, pencarian korban Sukhoi di Gunung Salak, hingga ikut memadamkan kebakaran hutan. Pasukan elite RI pun tak ragu terjun ke Ciliwung membersihkan sungai. Atau membangun WC umum di kelurahan bersama warga.

Ini adalah sebuah nilai plus. Tak semua pasukan elite dunia punya kemampuan ini.

Kopassus bakal diperkuat 8 helikopter Apache dari Amerika

Kopassus bakal diperkuat 8 helikopter Apache dari Amerika
Helikopter Apache. A Periam Photography / Shutterstock.com

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berencana menambah alat tempur untuk meningkatkan kekuatan. Penambahan alat tersebut berupa helikopter Apache yang dibeli dari Amerika Serikat sebanyak 8 unit.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Tri Budiman mengatakan, selain menambah kekuatan dalam penambahan sumber daya manusia, Kopassus juga akan meningkatkan persenjataan dari sisi teknologi dengan menambah helikopter Apache.

"Kita tambah dengan kemampuan teknologi berupa helikopter. Pada bulan lalu sudah ditandatangani LoE untuk pembelian Apache di Amerika sebanyak delapan unit," ujar dia.

KSAD mengungkapkan, helikopter Apache tersebut akan datang secara dua tahap. Tahap pertama, pada tahun depan sebanyak dua unit yang akan digunakan untuk pelatihan para prajurit kopassus.

"Harganya tidak terlalu hapal tetapi tahap pertama USD 500 juta. Apache yang diberikan pada kita, ada dua yang akan digunakan untuk pelatihan prajurit di 2014. Seluruhnya datang di 2017," jelas Budiman.

Selain itu, teknologi yang digunakan helikopter adalah pemakaian radar jarak jauh yang akan memantau keberadaan musuh hingga lebih dari 50 km.

"Kita tambahkan long power radar. Untuk melihat musuh dengan jarak jauh, lebih dari 50 km," pungkas dia.

Polemik dan ketakutan alat intelijen canggih baru milik Kemhan

Polemik dan ketakutan alat intelijen canggih baru milik Kemhan
Pasukan cyber. ©2013 Merdeka.com

Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli sejumlah alat intelijen canggih seharga Rp 70 miliar dari Gamma TSE Ltd. Inggris. Sejumlah pihak awalnya menduga kemhan membeli alat sadap canggih untuk digunakan Badan Intelijen Strategis.

Sejumlah pihak mempertanyakan kebijakan pembelian alat sadap. Apalagi intelijen Indonesia punya catatan miring, pernah jadi alat kekuasaan dan dipakai menekan lawan-lawan politik selama Orde Baru.

Kalangan aktivis, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan DPR mengkritisi penggunaan alat sadap itu. Jangan sampai nanti malah dipakai menyadap di dalam negeri dan hanya untuk kepentingan politik, bukan untuk pertahanan dan keamanan.

"Kita punya sejarah di mana negara cenderung mengawasi warganya untuk kepentingan penguasa. Tak heran kalau, masyarakat khawatir kalau masih ada potensi penyalahgunaan," kata Koordinator Riset Imparsial, Ghufron Mabruri saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (25/9).

Guna mengantisipasi penyalahgunaan wewenang, Ghufron menyarankan agar pemerintah membentuk prosedur tetap (protap) saat menggunakan peralatan tersebut. Apalagi, BAIS memiliki peran besar dalam konteks pertahanan yang bersifat militer.

"Intel BAIS, fungsi dan tugasnya berkaitan untuk perang. Orientasinya eksternal, makanya salah dan keliru kalau kemudian perangkat itu digunakan mengawasi keamanan dalam negeri, ini adalah area kepolisan," tandasnya.

Meski demikian, dia pun turut mendukung pembelian peralatan tersebut untuk menghadapi ancaman eksternal, seperti pembajakan, terorisme dan lain sebagainya. Sebab, ancaman yang bakal terjadi sepanjang 15-20 mendatang bukan lagi berupa agresi militer atau okupasi dari negara lain.

Kementerian Pertahanan pun merasa perlu meluruskan polemik soal alat intelijen tersebut. Menhan Purnomo Yusgiantoro menjamin tak ada penyalahgunaan alat-alat baru ini.

"Alat sadap tersebut tak akan digunakan untuk keperluan lain seperti pengungkapan kriminalitas maupun kepentingan ekonomi ataupun penyadapan-penyadapan lain yang dikhawatirkan sebagian pihak disalahgunakan," kata Menhan Purnomo.

Kepala Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi mengatakan, peralatan intelijen yang dibeli Indonesia bukanlah alat sadap. Menurut Sisriadi, peralatan itu justru alat untuk antisadap.

"Itu alat antisadap. Alat itu akan dipasang di seluruh atase pertahanan Indonesia baik yang ada di dalam maupun luar negeri," kata Sisriadi lebih lanjut dalam di kompleks Kemhan di Gedung Urip Sumoharjo, Rabu (25/9).

Sisriadi lebih lanjut mengatakan, saat ini alat antisadap itu sudah berada di Indonesia. Dia enggan menyebut jumlah dan bentuknya.

"Saya tidak bisa jelaskan bentuknya. Saya juga tidak berapa jumlahnya. Juga tidak tau apakah sudah didistribusikan atau belum. Tapi jumlah atase pertahanan kita di luar negeri banyak," kata Sisriadi.

Menurutnya, alat itu akan digunakan untuk kepentingan pengaman data negara. Sisriadi mencontohkan, misal di atase pertahanan Indonesia di Malaysia akan menelepon ke Indonesia, alat itu akan melakukan acak, agar tidak bisa dibajak oleh orang yang bertanggung jawab.

Jenderal bintang satu ini pun menjamin tak akan menggunakan alat-alat intelijen untuk kepentingan politik. Dia meminta rakyat tak perlu takut.

"Peralatan intelijen tidak akan digunakan untuk kepentingan politik praktis. Sesuai perjanjian Panglima TNI dalam beberapa kesempatan bahwa seluruh jajaran TNI menjunjung tinggi komitmen netralitas dan tidak masuk dalam urusan politik praktis menjelang Pemilu 2014," tegasnya.