Rabu, 16 Maret 2016

PL-9C SHORAD: Rudal Hanud dari Cina, Incaran Baru Kementerian Pertahanan RI

PL-9C-1
Angan-angan netizen yang mendambakan TNI agar punya rudal hanud (SAM/surface to air missile) jarak sedang – jauh, nampaknya masih ‘jauh’ dari kenyataan. Alih-alih melanjutkan penjajakan pengadaan rudal hanud S-300 dari Rusia, justru Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI masih berkutat pada PSU (Penangkis Serangan Udara) bergenre SHORAD (Short Range Air Defence), salah satu yang dilirik adalah rudal PL-9C buatan Luoyang Electro-Optics Technology, Cina.
Peluncur PL-9C yang terinetgrasi dengan radar AF902 FCS dengan kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Twin 35 mm.
Peluncur PL-9C yang terinetgrasi dengan radar AF902 FCS dengan kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Twin 35 mm.
Sinyalemen ketertarikan Indonesia pada rudal ini terungkap dalam petikan berita di situs Antaranews.com (1/3/2016) dan Janes.com (1/3/2016), disebutkan Kemhan RI tengah melirik dan mempertimbangkan pengadaan sistem pertahanan udara terintegrasi antara radar AF902 FCS dengan kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Twin 35 mm. Nah, dalam paket integrasi tersebut juga menawarkan jenis rudal SHORAD PL-9C dalam sebuah kesatuan sistem pertahanan terpadu.
PL9C_shorad_Short_Range_Air_Defense_ground-to-air_missile_China_Chinese_defense_industry_military_technology_front_side_view_001

PL9C_shorad_Short_Range_Air_Defense_ground-to-air_missile_China_Chinese_defense_industry_military_technology_right_side_view_001
Meski lagi-lagi yang dilirik Indonesia adalah rudal SAM SHORAD, namun identitas PL-9C menarik untuk dicermati, khususnya desain rudal ini yang terasa ‘keras’ menjiplak rancangan rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder buatan Raytheon, AS. Dugaan tersebut memang tak meleset, pasalnya PL-9C memang awalnya ditawarkan oleh Luoyang Electro-Optics Technology sebagai rudal udara ke udara, baru kemudian diwujudkan dalam varian SHORAD.
PL-9C versi AAM (air to air missile).
PL-9C versi AAM (air to air missile).
Dipasang pada jet F-7PG (tiruan MiG-21).
Dipasang pada jet F-7PG (tiruan MiG-21).
Meski diproduksi oleh Luoyang Electro-Optics Technology, PL-9C desainnya dibuat oleh Dong Bingyin. Rudal taktis dengan kemampuan menghamtam target low altitude ini pertama kali diperkenalkan dalam ajang Paris Airshow 1989. PL-9C ditawarkan dalam versi towed (tarik) dan self propelled mengunakan rantis/ranpur.

PL-9C mengandalkan pemandu multi element infra red. Sementara mekanisme detonasi peledakan mengandalkan laser proximity fuse. Untuk sumber tenaga, rudal berbobot 115 kg ini menggunakan solif fuel rocket, dari situ dapat dihasilkan kecepatan luncur hingga lebih dari Mach 2. Jarak jangkau rudal ini lumayan menarik, karena memang lebih unggul dari rudal Mistral dan RBS-70. Disebutkan PL-9C jarak tembak minimumnya 500 meter dan jarak tembak maksimum efektif di 22.000 – 36.000 meter, artinya punya time of flight lebih lama untuk menguber sasaran yang mencoba kabur. Sedangkan batas ketinggian luncurnya 6.500 meter. Agar kinerja rudal dapat maksimal, dilengkapi sistem pendingin dengan liquid nitrogen gas cooler. Pihak manufaktur menyebut dengan single shot tingkat keberhasilan penghancuran sasaran mencapai 90%.
LS-II-ADS-TEL-1-Zhenguan-Studio-2S

L6KmErp
Sebagai unit kendali dan radar, PL-9C mengusung radar dan electro-optical director yang dipasang pada panser APC 6×6 WMZ 551, atau bisa juga radar dipasang pada AF902 FCU (fire control unit) yang dilengkapi dengan radar pencari X-band, C-band search/tracking radar, dan Ka-band tracking radar, dan electro-optical system dengan TV tracking range, IR tracking range serta laser range finder.
WZ551D-Model-1S200631214462901024
Dari bobotnya yang 115 kg, 11,8 kg adalah hulu ledak HE (High Explosive). Dengan pola blast frag, maka rudal dapat memberi daya rusak maksimal tanpa harus benar-benar mengenai sasaran. Selain digadang untuk diluncurkan dari darat (ground launched), rudal ini dapat dipasang sebagao AAM (air to air missile) di jet tempur dan helikopter.
Dikutip dari Antaranews.com, “Penjajakan sistem senjata ini merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan TNI sesuai Rencana Strategis 2015-2019,” kata Direktur Jenderal Perencanaan Kementerian Pertahanan RI Marsekal Muda TNI M Syaugi dalam kunjungan kerjanya di Cina pada 25 Februari hingga 1 Maret 2016. “Kita berhak mengadakan alat utama sistem persenjataan dari negara mana pun, asalkan sesuai dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasi pengguna yakni TNI,” katanya. Yang tidak kalah penting, menurut dia, setiap pengadaan alat utama sistem persenjataan termasuk dari mancanegera harus menyertakan ToT (Transfer of Technology) dan kualitas yang terjamin. (Gilang Perdana)

Spesifiksi PL-9C SHORAD
– Berat: 115 kg
– Berat hulu ledak: 11,8 kg
– Panjang: 2,9 meter
– Diameter: 0,157 meter
– Wingspan: 0,65 meter
– Engine: Solid fuel rocket
– Ketinggian maksimum: 6.500 meter
– Jarak tembak maksimum: 36.000 meter
– Kecepatan: Mach 2.1
– Sistem pemandu: multi element infra red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar