Rabu, 23 Maret 2016

Adu Kuat Indonesia China di Laut Natuna


Tindakan kapal nelayan dan Coast Guard China di Laut Natuna, Kepulauan Riau, menunjukkan negara tersebut memandang Indonesia, hanya dengan sebelah mata. Teriakan dan protes pemerintah Indonesia, tidak ditanggapi dengan serius. Pemerintah China, justru melemparkan sanggahan.
Mungkin seharusnya Indonesia meresponnya dengan lebih serius, agar China pun mendengarkan teguran tersebut.
Alih-alih meminta maaf karena mencuri ikan di wilayah Indonesia, Pemerintah China justru meminta Indonesia melepas para nelayan mereka. Kementerian Luar Negeri China justru menilai nelayan mereka menangkap ikan di tempat biasa.
“Lokasi kejadian itu merupakan tempat yang biasa didatangi para nelayan kami. Itu bukan perairan Indonesia,” ujar Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying di Beijing, Senin (21/3/2016).
Pihak China bersikeras keberadaan kapal “Coast Guard” mereka bertujuan menyelamatkan nelayan yang “diserang” pihak Indonesia. “Kapal nelayan China diserang kapal bersenjata Indonesia. Kapal penjaga pantai ke sana untuk menyelamatkan tanpa memasuki perairan Indonesia,” ujar Hua.
“China juga segera meminta Indonesia untuk membebaskan nelayan-nelayan China itu dan menjamin keselamatan mereka,” ujar Hua.

Militer Angkat Bicara
Perdebatan di antara diplomat kedua negara kini mulai meningkat, yang melibatkan pihak militer Indonesia. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan Kapal Cina KM Kway Fey 10078 sudah jelas berada di teritori Indonesia. Kapal tersebut berada di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.
“Berdasarkan floating daripada Lanal Ranai, kapal itu berada di wilayah kita, di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Itu harus kita bicarakan nanti,” ujar Laksamana Ade di Lanud Halim Perdananakusumah, Selasa, 22 Maret 2016.
KSAL mengatakan pelanggaran ini telah ditanggapi Indonesia dengan mengirim nota protes ke China. Laksamana Ade Supandi mengatakan TNI Angkatan Laut belum mengambil langkah dengan menambah armada atau mengambil tindakan, karena pelanggaran ini masih diselesaikan dengan diplomasi.
Laksamana Ade Supandi mengatakan TNI AL akan terus memantau perkembangan situasi apakah menjadi meluas atau tidak. Menurut dia, jika dapat diselesaikan dalam kerangka diplomasi maka TNI AL tidak akan turut campur. Laksamana Ade mengatakan belum akan menambah jumlah armada di Laut Natuna, karena pelanggaran yang dilakukan kapal Cina masih merupakan konflik perikanan, bukan konflik yang mengganggu pertahanan negara. “Kita menambah armada sesuai dengan eskalasi, ini masih konflik perikanan,” ujarnya.

Natuna ke Depan
Pihak Indoensia mengatakan laut tersebut merupakan wilayah NKRI. Sementara China bersikukuh wilayah itu bukan laut Indonesia dan menjadi wilayah tangkapan ikan tradisional China. Kita akan lihat ke depan. Akankah China tetap membiarkan kapal kapal nelayannya mencari ikan di tempat itu. Lalu apa kira-kira reaksi dari Indonesia.

Sumber : Tribunnews.com & Tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar