Selasa, 21 Juli 2015

Anggota DPR: Penyerangan Tolikara karena intelijen lemah

Anggota DPR: Penyerangan Tolikara karena intelijen lemah
Dokumentasi Kepala Badan Intelijen Negara, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Sutiyodo, dan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kanan), berjabat tangan seusai dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (8/7/15). Sutiyoso menggantikan Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Norman Marciano, yang belasan tahun lebih muda. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
... dari jauh-jauh hari setelah surat dikeluarkan pihak kemanan harus segera menindaklanjuti dan diantisipasi...
Anggota Komisi III DPR, Sufmi Ahmad, di Jakarta, Senin, menyatakan, penyerangan dan kerusuhan di Tolikara, Papua, pada hari pertama Lebaran 2015 ini karena intelijen lemah. 

"Kalau menurut saya, peristiwa ini menunjukkan ada kelemahan dalam intelejen kita, Seharusnya dari jauh-jauh hari setelah surat dikeluarkan pihak kemanan harus segera menindaklanjuti dan diantisipasi," kata dia.

Katanya, intelejen haru memiliki "mata" dan tindakannya juga harus kuat, karena Papua itu potensi konfliknya besar, dan ada potensi gerakan separatis juga bisa terjadi. 

"Ini tantangan buat Bang Yos. Kalau dia tidak bisa memenuhi tantangan ini dia mundur saja," ujar politisi Partai Gerindra itu.

Sutiyoso sebagai kepala baru Badan Intelijen Negara sudah mencanangkan program pencetakan 1.000 agen intelijen, juga membuka kantor perwakilan BIN di Turki mengantisipasi penyebaran radikalisme sangat ekstrim NIIS/ISIS. 

Sedangkan anggota lain Komisi III DPR, Nasir Jamil, menyatakan, pelaku penyerangan di Tolikara, Papua, harus diberi hukuman.

"Ini negara hukum karena itu siapapun pelakunya harus diselesaikan secara hukum. Saya ingin agar polisi bisa menemukan dan menangkap siapa dalang dari peristiwa itu," katanya. 

" Jika dalang kerusuhan itu tidak berhasil ditemukan dan dihukum maka saya pesimis situasi di lapangan bisa kondusif," kata Kamil.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar