Selasa, 07 Juli 2015

A-400M Atlas atau Antonov An-70 Pengganti Hercules

  A-400M Atlas
A-400M Atlas

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berencana mengganti pesawat angkut berat Hercules C-130 yang sudah uzur. Menurut Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna, kajian mengenai calon pengganti Hercules itu sudah dikirim ke Kementerian Pertahanan.
“Sudah kami kirim jauh-jauh hari sebelum kecelakaan Hercules A-1310 di Medan pekan lalu,” kata Agus kepada Tempo di Markas Besar TNI AU, akhir pekan lalu.
Dalam kajian yang dikirim ke Kementerian Pertahanan, TNI AU mengincar dua jenis pesawat angkut kelas berat, yakni Airbus A400M Atlas dan Antonov An-70. Soal harga masing-masing merupakan ranah Kementerian Pertahanan.
Asisten Perencanaan KSAU Marsekal Muda M. Syafii mengatakan penggantian pesawat Hercules masuk program modernisasi alat utama sistem persenjataan TNI bertajuk “Minimum Essential Force” (MEF). “Seharusnya masuk dalam rencana strategis pengadaan 2015-2019,” kata Syafii.
Marsekal Agus Supriatna berharap pemerintah memprioritaskan rencana pembelian pesawat angkut berat tersebut, terlebih setelah jatuhnya Hercules di Medan. Kecelakaan pesawat buatan 1964 itu merenggut 33 nyawa personel TNI AU dan enam anggota TNI AD serta 83 warga sipil yang ikut menumpang.
TNI AU menduga Hercules tipe B buatan pabrik Lockheed Martin, Amerika Serikat, itu jatuh karena salah satu mesinnya rusak dan tumbukan dengan menara radio Joy FM yang terpancang dalam radius 15 derajat dari ujung landasan Pangkalan Udara Suwondo, Medan.
Agus mengatakan pesawat angkut berat merupakan salah satu alat utama sistem persenjataan (alutsista) penting untuk TNI AU. Pesawat jenis ini tidak hanya digunakan untuk misi militer, tetapi juga untuk misi kemanusiaan, seperti mengirim bantuan bila ada bencana alam. Selama ini TNI AU hanya mengandalkan 24 unit Hercules tipe B dan H, yang tersimpan di dua lokasi, yakni di Skuadron 31 Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Skuadron 32 Abdulrachman Saleh, Malang.
“Tipe B dibuat tahun 1964, sementara tipe H tahun 1978-1982,” kata Agus.
Dia pun meminta pemerintah tidak membeli atau menerima hibah pesawat bekas dari negara asing karena bisa membahayakan pilot dan teknisi. TNI AU juga tak punya riwayat teknis pesawat bekas tersebut. “Berbahaya sekali kalau kami tak tahu pesawat itu pernah rusak apa saja. Berbeda kalau beli baru, kami tahu catatan kerusakan pesawat, jadi kami tahu cara perawatannya,” ujar Agus.
Antonov An 70
Antonov An 70

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Letnan Jenderal Ediwan Prabowo menyatakan kementeriannya setuju dengan rencana TNI AU itu. Sayangnya, Ediwan enggan menyebut besaran dana yang akan diupayakan pemerintah. “Yang jelas, pembelian tersebut masuk rencana strategis MEF 2016-2019,” kata Ediwan, kemarin.
Parlemen memberi lampu hijau. Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya mengatakan jika pemerintah mengajukan pembelian pesawat pengganti Hercules dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016, DPR tidak akan menolak. “Asalkan dananya tersedia dan pemerintah membeli alutsista baru,” ujar Tantowi. “Sudah bukan saatnya lagi beli alutsista bekas.”

Tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar