Kamis, 23 April 2015

Radar Cross Section: Salah Satu Poin Penting Untuk Jet Tempur Pengganti F-5 E/F Tiger TNI AU

yes
Meski tak satupun kandidat jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU menyandang gelar stealth fighter, tapi elemen Radar Cross Section (RSC) nyatanya ikut menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan jet tempur baru untuk Skadron Udara 14. Semakin kecil nilai RCS, maka akan semakin baik bagi jet tempur tersebut, dengan kian kecilnya nilai RCS, maka suatu pesawat akan mendekati kemampuan stealth, meski sejatinya tidak ada pesawat yang 100% tidak terdeteksi radar.
Dengan RCS yang kecil, maka petugas monitor radar di ground atau bahkan pilot yang memantau layar monitor di udara, hanya akan melihat identitas pesawat lawan laksana gerombolan burung dengan ukuran pixel yang amat kecil di layar. Dari definisinya, secara umum RCS adalah ukuran kemampuan target untuk mencerminkan sinyal radar ke arah penerima radar. Untuk proses kerjanya, dapat digambarkan gelombang elektromagnetik dalam berbagai jenis polarisasi secara normal akan terdifraksi atau menghambur ke segala arah jika mengenai sesuatu objek yang memiliki koefisien pantul tertentu.
Mengutip dari ensiklopedia, gelombang yang menghambur ke segala tersebut terbagi menjadi dua bagian, yang pertama gelombang hamburan tidak berubah polarisasinya atau dengan kata lain polarisasinya tetap sesuai dengan polarisasi dari antena penerima. Dan yang kedua gelombang hamburan tersebut berubah polarisasinya sehingga tidak sesuai dengan polarisasi antena penerima. Intensitas dari energi gelombang hamburan yang mempunyai polarisasi yang sama dengan polarisasi antena penerima radar inilah yang disebut dengan target RCS. Dengan demikian ada yang menyebut RCS merupakan perbandingan daya sinyal datang dengan daya sinyal yang terhamburkan, dan berfungsi sebagai pendeteksi kepadatan.
Selain itu RCS sangat tergantung dari panjang gelombang yang digunakan, polarisasi sinyal yang digunakan, sudut datang dari gelombang terhadap target, material dari target, dan bentuk dan ukuran dari target.
Karena pentingnya kebutuhan untuk memperkecil nilai RCS, manufaktur jet tempur berusaha keras untuk mempertebal kadar ‘stealth’ di produk-produk terbarunya. Yang lumrah dilakukan saat ini adalah rekayasa bentuk (shape) dan rekayasa material dengan RAM (Radar Absorbant Material), atau material penyerap gelombang radar. Untuk rekayasa bentuk bisa dilihat dari revolusi yang dilakukan pada F-117 dan pembom B-2.
Pembom B-2 Stealth dengan nilai RCS 0,0001
Pembom B-2 Stealth dengan nilai RCS 0,0001
F-35 yang punya kemampuan stealth dengan RCS 0,005
F-35 yang punya kemampuan stealth dengan RCS 0,005
F-22A Raptor dengan RCS setara pembom B-2.
F-22A Raptor dengan RCS setara pembom B-2.

Dalam acara Master Class bersama Eurofighter Typhoon di Jakarta (14/4/2015), Paul Smith, pilot demo Typhoon menyebutkan, bahwa beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi RCS pada pesawatnya, terutama pada bagian depan, seperti desain lubang air intake yang agak tersembunyi. Adanya canard juga dapat memantulkan energi radar dari sektor depan. Beberapa senjata (rudal) dipasang semi tersembunyi, maklum banyaknya cantelan senjata juga kurang kondusif untuk RCS. Selain itu, Typhoon juga mengusung RAM buatan EADS dan sudah dilapisi cat reflector radar.
Itu baru penjelasan dari pihak Typhoon, bagaimana dengan kompetitor lainnya seperti Sukhoi Su-35BM, JAS 39 Gripen, dan Dassault Rafale? Sayangnya dari mereka belum ada yang menggelar jumpa media di Indonesia sedalam pihak Eurofighter. Namun berikut ada gambaran menarik tentang perbandingan RCS antar jet tempur yang disajikan globalsecurity.org.
16ylXEQ5
Dan bila ingin mengetahui analogi tentang RCS, sajian infografis di video ini lumayan dapat membantu. (Bayu Pamungkas)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar