Jumat, 03 April 2015

Ini Dia Momen Saat Peluru Pasukan Kopassus Habisi 5 Pembajak Pesawat

Kopassus
Operasi pembebasan sandera DC-9 Woyla mengangkat nama Kopassus TNI AD ke jajaran pasukan elite dunia. Saat itu sebenarnya TNI belum punya pasukan khusus yang benar-benar siap untuk misi antiteror. Namun terbukti mereka mampu menjalankan tugas dengan baik.
Tak ada satu pun sandera yang terluka dalam misi ini. Lima orang pembajak berhasil ditembak mati. Keseluruhan operasi tanggal 31 Maret 1981 ini hanya berlangsung tiga menit.
Keberhasilan ini membuat dunia terperangah. Mereka tak menyangka pasukan Indonesia bisa melakukan operasi khusus yang selama ini baru dilakukan militer negara maju.
Sebenarnya tak cuma pihak asing yang ragu. Kepala Operasi Pembebasan Sandera Letjen Benny Moerdani pun memperkirakan keberhasilan timnya 50:50.
Satu hal yang terungkap, Benny ternyata sudah menyiapkan 17 peti mati dalam operasi itu. Hal itu sesuai dengan perkiraan Benny bakal jatuh banyak korban dalam misi pembebasan sandera.
“Ternyata perkiraan ini meleset, karena seusai operasi penanggulangan teror, hanya diperlukan lima peti jenazah bagi pembajak,” kata Letkol Sintong Panjaitan yang memimpin operasi tersebut.
Sintong Panjaitan menceritakan peristiwa tersebut dalam buku biografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Buku ini ditulis Hendro Subroto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2009.
Lima pembajak yang ditembak adalah Abdullah Mulyono, Wendy Mohammad Zein, Zulfikar, Mahrizal dan Abu Sofyan.
Dalam operasi tersebut, Abdullah Mulyono sempat berusaha merebut senjata tim penyerbu. Namun dia ditendang keluar dan tergelicir lewat peluncur. Mulyono segera ditembak sub tim yang berjaga di bawah hidung pesawat.
Sementara itu Wendy Mohammad Zein ditembak di dekat pintu darurat. Pembajak lainnya, Zulfikar, berusaha melarikan diri lewat sayap pesawat. Namun dia dipergoki dan tewas dihantam peluru M-16 tim yang berjaga di luar pesawat.
Perlawanan paling seru diberikan Mahrizal, dia sempat menembak jatuh anggota tim antiteror Capa Ahmad Kirang. Tembakan itu melukai perut bawah Kirang. Mahrizal juga menembak seorang lainnya, namun mengenai rompi anti peluru. Pasukan Komando segera membalas dengan tembakan senapan MP5 hingga Mahrizal tewas di dekat Pramugari.
Satu yang terakhir, Abu Sofyan, berniat meloloskan diri. Dia ikut turun bersama para penumpang yang dievakuasi keluar pesawat. Namun seorang penumpang mengenali Abu Sofyan dan berteriak.
Abu Sofyan berlari menjauhi pesawat. Namun dengan sigap pasukan antiteror segera menembaknya. Dia tewas seketika.
Keberhasilan misi itu diwarnai duka. Capa Ahmad Kirang dan Kapten pilot Herman Rante yang tertembak tewas beberapa hari kemudian di rumah sakit. Keduanya dimakamkan di Taman Pahlawan Nasional. Kopassus mendirikan monumen Ahmad Kirang di Markas Sat-81 Gultor Cijantung.(merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar