Jumat, 13 Maret 2015

Operasi Senyap ala Inggris di Balik Terpidana Mati Bali Nine

Masih soal kontroversi Bali Nine. Sebenarnya Australia mendesak dibatalkannya eksekusi hukuman mati warganya yang terpidana kasus narkoba sudah pada tingkat yang tidak wajar. Karena sepertinya sudah pada taraf ngotot dan ngancam-ngancam segala, sehingga jadi tanda tanya.

Apa benar yang mau dieksekusi ini memang murni pelaku kejahatan narkoba, atau jangan jangan agen intelijen Australia yang kebuka kedoknya dalam sebuah operasi rahasia.


Sebab gejalanya itu sampai segitunya Australia mendesak warganya untuk dibatalkan hukuman matinya. Kalau soal desakan untuk mengubah hukuman mati, sebenarnya Indonesia juga sering.

Tapi kan soal TKI yang biasanya meski ujungnya terkena kasus pembunuhan, tapi pemicunya juga akibat penindasan oleh majikan-majikannya di tempat kerjanya.

Tapi dalam kasus Bali Nine, ini kan kasus narkoba, yang di negerinya sendiri ini merupakan kejahatan kategori serius. Baik terkait pengguna, apalagi pemasok dan pengedar yang mengendalikan jaringna silumannya.

Jadi, kenapa begitu ngototnya? Sampai-sampai, Menlu Australia ngancam, kalau sampai pemerintah kita eksekusi, tahu sendiri resikonya. Wah.

Ada dugaan kuat bahwa Andrew Chan dan Sukumaran merupakan Agen intelijen Australia, karena sikap pembelaan Tony Abott dan Bishop sudah tak wajar, janggal, aneh dan membabi buta hingga mau melakukan barter untuk keduanya.

Padahal Andrew dan Sukumaran bukan warga asli Australia, sementara publik Australia sendiri menganggap wajar hukuman mati. Indonesia memang merupakan sasaran intelijen asing untuk dihancurkan, apabila dibiarkan kekuatan bisa membahayakan kekuatan AS, Inggris dan negara sekutunya seperti Australia.

Kalangan intelijen asing sudah memprediksi Indonesia bakal menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia baru setelah Cina dan india
Tapi, mungkinkah agen intelijen asing berkedok sebagai pengedar atau pemasok narkoba sebagai kegiatan tersamar untuk sebuah misi rahasia yang tentunya dilakukan melalui sebuah operasi intelijen?

Terlepas apa misi rahasia dan tujuan operasi intelijen berkedok sebagai penjahat narkoba, saya teringat ucapan almarhum Jenderal Hario Kecik. Beliau bilang:
"Dan saya juga tidak akan lupa, bahwa kolonialis Belanda dan Inggris masih membina keturunan kader Van Mook dari Angkatan 1947 yang pada saat ini pasti ada dalam jumlah yang cukup besar. Mereka itu malahan berada di lapisan atas masyarakat kita. Mungkin bahkan mereka berada di dalam kelompok pengedar besar Narkoba (Mayor Jenderal purnawirawan Hario Kecik)."
Nah, bisa juga kan kegiatan penyelundupan narkoba sebagai kejahatan lintas negara, merupakan pintu masuk yang efektif untuk sebuah operasi intelijen Australia, ataupun negara-negara lain. Apapun misi dan tujuannya.

Masih ingat Perang Candu? Melalui Perang Candu, Inggris mampu merusak generasi Cina hingga terjadi lost generation di abad ke 18 lalu. Lha, Australia itu 'kan hingga kini masih berada dalam kendali Inggris melalui Perhimpunan Negara-Negara Persemakmuran alias Commin Wealth, yang merupakan perhimpunan negara-negara eks jajahan Inggris seperti India, Malaysia, Singapore, Pakistan, Brunei Darussalam, dan lain-lain.

Dengan demikian, operasi intelijen Australia bermodus penyelundupan narkoba bisa jadi merupakan bagian integral dari skema operasi intelijen Inggris.

Karena itu masuk akal bukan jika dua terpidana mati asal Australia tersebut merupakan agen-agen intelijen Australia?

theglobal-review.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar