Bagi TNI AU, keberadaan pesawat jet Boeing 707 terbilang fenomenal,
dengan kemampuan terbang jarak jauhnya, pesawat era tahun 50-an ini
pernah bertugas sebagai pesawat kepresidenan, pernah juga mengemban misi
angkutan logistik saat bencana alam, hingga mendukung operasi
klandestin. Lebih unik lagi, pesawat ini hanya ada satu unit yang dahulu
menjadi arsenal Skadron Udara 17 VIP/VVIP.
Boeing 707 dalam klasifikasi pesawat komersial masuk ke dalam segmen
narrow body aircraft, atau pesawat penumpang dengan lorong tunggal.
Prototipe pertamanya meluncur pada 1954, dan first flight komersial pada
1957. Dikutip dari anggerabiyyu.blogspot.jp, TNI AU
mengoperasikan jenis Boeing 707-3M1C, pesawat ini asalnya di dapat dari
hibah pada Januari 1990. Namun sebelum proses hibah, TNI-AU sudah
mengoperasikan pesawat ini melalui cara menyewa sejak 1980-an. Saat
masih menjadi milik Pelita Air Service (PAS), identitas registrasi
PK-PJQ Pelita.
Di lingkungan TNI AU, Boeing 707 merupakan pesawat satu-satunya yang
punya kemampuan terbang jauh serta antar negara & benua. Ditempatkan
di Skadron Udara 17 dan diberi registrasi militer A-7002 (A=Angkut).
Seharusnya diberi registrasi A-7001 karena pesawat ini pesawat pertama
juga semata wayang, namun karena dorongan psikologis diberi registrasi
A-7002. Untuk misi angkutan manusia, pesawat dapat di setting dengan
kapasitas kursi 104 (VVIP), 164 (VIP), 188 (Ekonomi).
Diantara banyak penugasan, Boeing 707 pernah mengantar atlit Sea
Games 1999, pemulangan TKI/TKW dari Arab Saudi akibat Perang Teluk 1991,
serta misi kemanusiaan mengantar obat-obatan dan makanan saat bencana
alam ke Iran dan Rusia. Boeing 707 TNI AU juga pernah dilibatkan dalam
Operasi Babut Mabur, yakni operasi klandestin pengiriman bantuan berupa
senjata kepada gerilyawan Mujahidin Afghanistan, yang sedang berperang
melawan Uni Soviet waktu itu. Sementara perannya sebagai pesawat
kepresidenan, pernah digunakan Presiden RI Gus Dur ke Australia. Ada
yang menarik dari perjalanan mengantar Gus Dur ke Australia, dimana
mesin dalam penerbangan mengalami kebocoran oli (oil leak) dan terpaksa
harus mendarat di Darwin.
Mengutip dari Tempo.co (25/6/2001), “Keputusan pilot
mendaratkan pesawat di Darwin, selain merupakan bandara terdekat, di
Darwin juga terdapat fasilitas lengkap untuk pendaratan darurat,” ujar
Kadispen TNI AU, Marsekal Pertama TNI Imam Wahyudi, dalam siaran pers
tersebut. Bila tidak ada gangguan, pesawat dengan nomor registrasi
A-7002 itu sedianya dijadwalkan akan tiba di Sidney pukul 05.05 WIB atau
08.05 waktu Sydney.
Pesawat Boeing 707 TNI AU dari skadron udara 17 (VVIP/VIP) Lanud
Halim Perdana Kusumah itu merupakan pesawat yang dirancang dan
dipersiapkan untuk penerbangan jarak jauh. Menjelang lepas landas ke
Australia, pesawat Boeing 707 itu dinyatakan laik terbang. Menurut
Kadispen, dalam hal pemeliharaan pesawat, khususnya pesawat VVIP/VIP,
TNI AU menganut empat langkah pemeliharaan. Pertama, “Check A” yang
dilakukan setiap 30 hari sekali, kedua “Check B” dalam setiap 120 hari
sekali, “Check C” dalam setiap kurun waktu setahun sekali, dan “Check D”
yang dilakukan sekali dalam delapan tahun.
Dari spesifikasi, Boeing 707 yang diawaki 3 orang (pilot, kopilot dan
navigator) dapat terbang sejauh 10.650 km dengan bahan bahar maksimum.
Sementara kapasitas bahan bakarnya hingga 90.000 liter. Panjang badan
pesawat 46,61 meter, panjang rentang sayap 44,42 meter dan tinggi 12,93
meter yang digerakkan oleh 4 mesin EA Pratt & Whitney JT 3D-7 yang
mampu melakukan terbang non-stop selama 12,5 jam dengan kecepatan
maksimum 890 km per jam. Tahun 2003 pesawat ini dinyatakan tidak
operasional, dan 2005 pesawat ini dijual ke Omega Air untuk di scrap. Di
Indonesia, Boeing 707 nyatanya pernah digunakan maskapai Bouraq
Indonesia Airlines, Merpati Nusantara Airlines Cargo, Merpati Nusantara
Airlines, dan Pelita Air Service.
Hingga 1979, produksi Boeing 707 telah menembus angka 1.010 unit.
Meski pamornya sebagai pesawat komersial sudah surut, tapi cita rasa
pesawat ini terus lestari hingga kini, tercatat platform Boeing 707
hadir pada versi VIP C-137 Stratoliner untuk USAF, versi VC-137 untuk
kepresidenan AS Air Force One. Bahkan juga di wujudkan dalam varian
tanker KC-135 Stratotanker dan E-3 Sentry AWACS. (Sam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar