Minggu, 06 Juli 2014

Rheinmetall L/44 120mm: Senjata Pamungkas MBT Leopard 2A4 Revolution TNI AD

Nama MBT (main battle tank) Leopard kembali menjadi trending topic, setelah sosok tank buatan Jerman ini menjadi bahasan dalam debat Capres Prabowo vs Jokowi beberapa waktu lalu. Lepas dari polemik pada perdebatan, satu yang pasti bahwa Indonesia segera akan kedatangan tank battle proven, menjadikan Korps Kavaleri TNI AD dapat membusungkan dada serta tampil percaya diri diantara negara-negara tetangga, setelah selama ini tertinggal dibanding Malaysia, Singapura dan Australia yang sudah mengoperasikan MBT lebih dulu.
Publik di Tanah Air, khususnya di Jakarta dan Surabaya sudah diperlihatkan sosok Leopard 2A4, tampil perdana di khalayak dalam defile HUT TNI Oktober 2013 silam, yang dilanjutkan demo statis pada Pameran Alutsista TNI AD di lapangan Monas. Kenyataan memang hadirnya Leopard banyak membetot perhatian, maklum sedari Republik ini berdiri belum pernah ada tank seberat 57 ton yang memperkuat alutsista militer Indonesia. Tapi perlu dicatat, yang jadi maskot dari serial kedatangan keluarga Leopard bukanlah yang diperlihatkan di lapangan Monas, masih ada yang lebih gahar dengan desain futiristik, yakni varian upgrade dari 2A4, yakni Leopard 2A4 Revolution. Karena dibeli Indonesia, identitasnya bisa dipersingkat jadi Leopard 2 Ri, tank ini baru tampil sekali dalam ajang Indo Defence 2012 di Kemayoran.
Pengembangan paling nyata dari Revolution adalah pada perangkat proteksinya, yang menggunakan lapisan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy, yang diklaim memberikan kemampuan perlindungan yang jauh lebih baik. Karena sifatnya yang modular alias bisa dibongkar pasang, pengguna bisa memilih variasi kemampuan proteksi sesuai kebutuhan, seperti untuk menangkal granat berpeluncur roket (RPG) atau untuk peledak improvisasi (IED).
Leopard 2 A4 TNI AD
Leopard 2 A4 TNI AD
Leopard 2A4 Revolution dalam Indo Defence 2012,
Leopard 2A4 Revolution dalam Indo Defence 2012,

Dengan sifat modularnya itu pula, seandainya lapisan proteksi itu rusak dihajar serangan musuh, perangkat itu bisa dibongkar untuk diganti baru. Dengan tambahan lapisan proteksi itu, ada konsekuensinya yaitu bobot tank yang bertambah hingga menjadi lebih kurang 60 ton, dibandingkan varian 2A4 yang sekitar 57 ton. Namun dari aspek mesin, Revolution tetap menggunakan tipe mesin yang sama dengan 2A4 yaitu diesel turbocharge MTU MB837 Ka501 yang berkekuatan 1.500 hp (tenaga kuda), yang membuatnya bisa mencapai kecepatan hingga 72 km per jam di medan yang rata. Dengan upgrade tersebut, dari segi harga Leopard Revolution jauh lebih mahal dari varian 2A4 yaitu US$1,7 juta per unit. Sementara varian 2A4 harganya “hanya” dipatok US$700 ribu. Dalam proyek pengadaan Leopard, jumlah tank yang akan dikirim dari Jerman sebanyak 153 unit, terdiri dari tank Leopard Revolution sebanyak 61 unit, tank Leopard 2A4 sebanyak 42 unit, dan sisanya tank IFV Marder sebanyak 50 unit.
Meski tampilan jauh beda, ada lagi kesamaan antara Leopard 2A4 dan Leopard 2A4 Revolution, yakni pada senjata pamungkas, alias senjata utama, yakni meriam L/44 smoothbore kaliber 120 mm buatan Rheinmetall. Kemampuan meriam menjadi poin terpenting dalam MBT, mengingat inilah penentu kemenangan dalam pertempuran. Adopsi meriam L/44 menjadi poin penting bagi kesenjataan kaveleri TNI AD, karena L/44 juga dipakai oleh MBT M1 Abrams dari AS, Type 90 dari Jepang, dan K1A1 dari Korea Selatan. Dengan diadopsi oleh beberapa MBT ternama, khususnya oleh M1 Abrams, menjadikan rekor battle proven meriam ini tak perlu diragunakan lagi, ajang Perang Teluk, Perang Irak, dan Perang Afghanistan menjadi pembuktian meriam ini.
Desain pelontar granat asap dan senapan mesin kaliber 12,7 mm cukup modern, senjata dioperasikan secara remote.
Desain pelontar granat asap dan senapan mesin kaliber 12,7 mm cukup modern, senjata ini dioperasikan secara remote.
leopard_2_mbt_revolution_v1_by_siregar3d-d611qxr
leopard_2_mbt_revolution_v2_by_siregar3d-d611v6k
Pertahankan Sistem Loading Amunisi Manual
Secara umum, awak Leopard terdiri dari pengemudi, komandan, penembak, dan pengisi peluru. Ada beberapa pendapat pro dan kontra mengenai penggunaan sistem pengisian manual versus autoloader. Pengisi peluru memang makan tempat dalam tank yang sempit. Kecepatan pengisiannya bisa jadi kalah dibawah sistem autoloader walaupun ini bisa dilatih terus-menerus sampai menyamai atau melebihi kecepatan autoloader.
Sementara itu, adopsi seorang tenaga pengisi peluru bisa jauh lebih handal ketimbang sistem autoloader yang mekanikel. Dalam skenario, pengisi peluru sejatinya mampu memilih jenis-jenis peluru sesuai perintah komandan, dibandingkan sistem autoloader yang menggunakan isian yang baku, amunisi apa yang pertama masuk, maka itulah yang akan ditembakkan berikutnya. Selain itu, dalam kondisi terjadi amunisi tidak berhasil ditembakkan, sistem autoloader membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengeluarkan peluru dari breech (pangkal laras) jika dibandingkan dengan adanya awak pengisi peluru.
Leopard 2A4 Revolution dengan meriam L/44 kaliber 120 mm.
Leopard 2A4 Revolution dengan meriam L/44 kaliber 120 mm.
Desain utuh laras meriam.
Desain utuh laras meriam.
Beberapa varian meriam kaliber 120 mm buatan Rheinmetall untuk MBT.
Beberapa varian meriam kaliber 120 mm buatan Rheinmetall untuk MBT.
Laras meriam L/44
Laras meriam L/44

Dalam situasi pertempuran, prosesi pengisian peluru dimulai dengan perintah yang disuarakan oleh komandan lewat interkom. Komandan biasanya cukup menyebut salah satu dari jenis amunisi yang diinginkan, pastinya disesuaikan dengan jenis sasaran yang akan disikat. Contohnya “HEAT! Sabot! DM! Pengisi peluru mengambil amunisi yang ia pilih dengan terlebih dahulu membuka pelindung ruang amunisi dengan meneka sakelar, dan kemudian mengambil amunisi yang diperintahkan komandan. Ia mengisikan peluru ke dalam pangkal laras dan menunggu sampai juru tembak atau komandan memutuskan menembak meriam.
Setelah suatu tembakan berhasil dilakukan, tutup pangkal laras akan terbuka secara otomatis. Saat itu sisa asap mesiu memenuhi ruangan dan mungkin membuat pusing dan mata berkunang-kunang. Tidak ada kelongsong amunisi yang tersisa, karena hampir seluruhnya terbakar habis saat dipantik secara elektrik, menyisakan piringan stump untuk dibuang.
Simulator kubah Leopard 2A4.
Simulator kubah Leopard 2A4.

Meriam ini bisa menggunakan semua varian peluru standar NATO, dan tank ini mampu membawa amunisi sebanyak 42 butir. 15 peluru sudah dalam kondisi siap tembak tersimpan di kubah meriam, sementara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.

Identifikasi Sasaran
Seorang komandan tank Leopard punya kemampuan untuk mengidentifikasi sasaran dan lingkungan disekitarnya dalam segala kondisi berkat kendali penembakkan buatan Krupp-Atlas Elektronik yang mengintegrasikan day optic dengan sistem thermal imaging. Komandan membaca kondisi dan mengidentikasi sasaran melalui periskop yanb berputar 360 derajat. Setelah memilh sasaran, komandan bisa memutar kubah sampai selaras dengan pandangan yang diidentikasi. Langkah berikutnya, komandan menyebutkan sasaran yang di identifikasi pada juru tembak. Komandan bisa melihat tampilan yang dilihat pada optik HZF disisi penembak, sehingga bisa menyelaraskan perintahnya dan menghasilkan respon lebih cepat.
Setelah juru tembak menerima idetifikasi sasaran dari komandan dan laras sudah mengarah ke sasaran, ia menempelkan wajahnya ke optik bidik HZF yang punya dua setelan, siang dan malam. Setelah siang punya 12x pembesaran, sementara untuk malam dengan pembesaran 4x dan 12x. Untuk mode siang, lensanya dilengkapi filter laser sehingga tak mempengaruhi laser beritensitas tinggi yang digunakan untuk membutakan optik. Hebatnya, untuk mencegah kotoran menghalangi lensa di luar, tersedia tombol cuci yang mengalirkan air untuk membersihkan lensa.
03leopard2revolution
Beberapa visual kompartemen di dalam kubah Leopard 2A4.
Visual sistem kendali penembakkan pada Leopard.
Kompartemen komanda,
Kompartemen komandan,
Periskop untuk intai sasaran.
Periskop untuk intai sasaran.

Untuk setelan malam, ada dua setingan tampilan, dengan white thermal input dan black thermal input. Dalam kondisi black thermal, obyek yang menghasilkan panas akan berpendar dalam warna hitam, sehingga memudahkan penembak dalam melihat sasaran. Mengidentikasi sumber panas, bahkan dari panas tubuh manusia, menjadi hal yang mudah. Saat juru tembak mengarahkan bidikan ke sasaran yang tertampil, laser range finder bekerja mengukur jarak ke sasaran dan menyampaikan ke sistem EMES-15 yang mengolah dan menyajikan data jarak serta informasi lainnya disisi bawah tampilan sasaran.
Kemampuan laser range finder Leopard bisa mengukur sasaran sampai jarak 9.900 meter. Masih dalam proses penembakkan, juru tembak atau komandan tetap memfokuskan matanya pada sasaran dan terus menjaga agar crosshair ada di tengah titik yang diberikan oleh penembakan dengan bantuan joystick. Selagi penembak berkonsentrasi, computer juga terus bekerja dan melakukan koreksi elevasi dan azimuth yang dibutuhkan, terutama dalam kondisi tank sedang melaju dimana jarak dengan sasaran tentu terus berubah. Begitu sasaran telah benar-benar dikunci, juru tembak tinggal menekan tombol fire, dan selanjutnya amunisi 120 mm akan melesat secepat kilat menghantarkan maut ke sasaran.
Bagi Rheinmetall, keberadaan meriam L/44 dianggap cukup mumpuni untuk menghadapi sasaran dengan jarak tembak dikisaran 2.000 meter. Ditambah lagi, untuk kontur medan di Indonesia, jarak 2.000 meter bolehlah dianggap cukup optimal, karena kontur dan vegetasi medan di Indonesia nyaris tak pernah menyediakan kesempatan kontak pada jarak tersebut. Jadi pilihan Revolution untuk tetap mengadopsi meriam L/44 kaliber 120 mm dipandang sudah tepat.
Leopard 2A4 Evolution milik Singapura, juga menggunakan meriam L/44.
Leopard 2A4 Evolution milik Singapura, juga menggunakan meriam L/44.

Untuk tambahan daya gempur dan pertahanan diri ringan, tank yang diawaki 4 orang ini juga dilengkapi senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dioperasikan dengan remot kontrol/RCWS (remote control weapon system) sehingga awak tank tak perlu muncul keluar untuk mengoperasikannya. Sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 mm juga terpasang sejajar dengan meriam.

Amunisi
Dirunut dari pasar di industri meriam tank, Rheinmetall kini menjadi pemimpin dalam penjualan amunisi 120 mm. Dalam hal ini, ternyata bukan hanya kualitas amunisi saja yang menjadikan Rheinmetall unggul. Rheinmetall berani memberikan garansi bagi amunisi-amunisi yang dibeli oleh konsumennya selama kondisi ideal terpenuhi. Untuk membantu konsumen mencapai kondisi ideal, Rheinmetall mengembangkan alat pemantau yang disebut Databox, alat ini mampu merekam segala kondisi dan pengaruh lingkungan secara akurat, termasuk indicator warning bila kondisi minimal tidak terpenuhi. Databox juga ditambahi sensor kejut yang dapat mengukur apabila amunisi yang tersimpan mengalami goncangan berlebih yang dapat mempengaruhi kondisinya saat ditembakkan.
Amunisi kaliber 120 mm.
Amunisi kaliber 120 mm.
Penempatan amunisi pada kubah.
Penempatan amunisi pada kubah.
leopard 2 tank
Kompartemen penyimpanan amunisi cadangan. (dilihat dari belakang bodi).
Kompartemen penyimpanan amunisi cadangan. (dilihat dari belakang bodi).

Rheinmetall berani menjamin bahwa amunisi buatannya selalu bisa di daur ulang (recycling) menjadi amunisi baru, tentunya dengan sejumlah tambahan biaya. Hal ini menjadi solusi ekonomis bagi negara yang anggarannya pas-pasan. Dalam paket Leopard 2A4 Revolution yang dibeli Indonesia, dipastikan bahwa seluruh opsi amunisi yang diproduksi Rheinmetall akan diboyong. Sebut saja mulai dari APFDS (armor piercing fin stabilized discarding sabot) DM33/DM43, amunisi HEAT (high explosive anti tank) seperti DM11/DM12, dan amunisi latih. (Sam)

Spesifikasi Meriam Rheinmetall L/44
Kaliber : 120 mm
Berat laras : 1.190 kg
Berat meriam keseluruhan : 3.317 kg
Panjang laras : 5,28 meter
Kecepatan luncur proyektil : 1.580 sampai 1.750 meter per detik
Jangkauan tembak maksimum : 4.000 meter dengan amunisi DM63 dan 8.000 meter dengan amunisi LAHAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar