Senin, 21 Juli 2014

Pengibaran Sang Merah Putih Untuk Pertamakalinya di Tanah Papua



Soekarno menyerukan Trikora di Alun-alun utara Yogyakarta 19 Desember 1961

Di alun-alun utara Yogyakarta 19 Desember 1961 Presiden Soekarno berteriak marah dengan menggelorakan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
"Karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah bangsa dan tanah air Indonesia, maka kami yang perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di daerah irian Barat, untuk melaksanakan TRI Komando Rakyat sebagai berikut:
1. Gagalkan pembentukan "Negara Papua" bikinan Belanda kolonial.
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa."
Langkah selanjutnya, pada 11 Januari 1962 Soekarno menunjuk Brigjen Soeharto sebagai Panglima Mandala. Pangkat Soeharto dinaikkan jadi Mayor Jenderal.
Dimulailah operasi untuk merebut Irian Barat melalui operasi militer. Salah satu operasi infiltrasi adalah Operasi Serigala yang diterjunkan di Terminabuan.  Operasi ini merupakan operasi gabungan dan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sebagai tulang punggungnya.  Pasukan inilah yang berhasil mengibarkan bendera merah putih untuk pertamakalinya di Papua pada tanggal 21 Mei 1962.

Perjuangan PGT di pedalaman Papua
Pasukan diterbangkan menggunakan pesawat  C-130 Hercules yang diterbangkan oleh Mayor Udara T. Zainal Abidin tanggal 19 Mei 1962 menuju Teminanbuan di bawah pimpinan Letnan Muda Udara (LMU) I Suhadi. Ada 81 orang Pasukan gabungan diterbangkan  dari Laha, pukul 01.00 dini hari, termasuk 54 anggota PGT. Misi dibagi menjadi  tiga  peleton, yaitu Komandan Batalion (Dan Ton) I LMU I Suhadi merangkap Dan Tim, Dan Ton II Sersan Muda Udara (SMU) Ngarbingan dan Dan Ton III Sersan Udara (SU) I Mengko. Penerjunan dilaksanakan tepat pukul 02:30 di atas tangsi Belanda. Sebagian besar pasukan di antaranya Prajurit Udara (PU) I Lili Sumarli dan PU I Gunarso terkejut karena mendarat di atap seng yang ternyata asrama tentara Belanda. Kontak tembak terjadi, dan pasukan Belanda mengundurkan diri ke Kota Teminanbuan. Dalam kontak senjata tersebut gugur Kopral Udara (KU) II Alex Sangido dan KU II Wangko serta seorang tertangkap yaitu KU II Liud. Menjelang siang, pasukan yang dipimpin SMU Ngarbingan bergeser ke hutan untuk bergabung dengan induk pasukan yang posisinya juga tercerai-berai. Sore hari pasukan yang terkumpul ada sekitar 30 orang, di antaranya PU I Gunarso, PU I Sunarto, PU I Misno, PU I Kosim dan beberapa pasukan dari peleton LMU I Suhadi.

Pasukan PGT siap diterjunkan di Papua
Pada 21 Mei 1962 pasukan PGT AU pimpinan LMU I Suhadi berjumlah sekitar 40 orang berkumpul di Kampung Wersar.  Atas inisiatif SU I Mengko di tempat inilah bendera Merah Putih dikibarkan. Sersan Udara Mengko memerintahkan anggotanya berkumpul di kampung Wersar. Dia memerintahkan anak buahnya menebang pohon setinggi empat meter.  Mengko kemudian membuka ranselnya dan mengeluarkan bendera merah putih. Di tengah pertempuran dan belantara Irian Barat itulah merah putih berkibar pertama kalinya. Pukul 10:00, SU I Mengko dengan dibantu beberapa orang lainnya mengibarkan sang Merah Putih. Setelah bendera mengangkasa pasukan bergerak menuju ketinggian untuk menghindari serangan Belanda. Selang beberapa lama ternyata insting prajurit tersebut menjadi kenyataan, pesawat Neptune dan Firefly Belanda membombardir daerah tersebut. Namun berkat kesigapan anggota pasukan dapat menghindar sambil terus melakukan perlawanan,yang mengakibatkan pasukan terpecah menjadi beberapa kelompok kecil.  Beberapa anggota tertangkap diantaranaya PU I Kardi, KU II Ngatijan, KU II Hadi Suprapto, KU II Radar dan KU II Basri, sedangkan PU II Sugondo berhasil meloloskan diri.
Saat pengunduran diri tersebut pasukan terus mendapat serangan Belanda yang mengakibatkan LMU I Suhadi dan SU I Sukardji dan PU I Lili Sumarli, KU I Samingan gugur (24 Mei 1962). Kelompok SU I Mengko beserta anggotanya pada 26 Mei 1962 mengalami kontak senjata dengan pasukan Belanda dan mengakibatkan empat prajurit PGT AU gugur. Setelah mengembara beberapa hari, akhirnya kelompok SU I Mengko bertemu dengan sisa pasukan kelompok PU I Roedjito.

Tugu penerjunan di Teminambuan (Wersar)
Pada 14 Juni 1962 pasukan tersebut mendapat serangan dari Belanda yang pada akhirnya SU I Mengko dan beberapa anggota tertawan oleh Belanda.  Namun tiga orang yaitu PU I Roedjito, PU I Istat dan PU I Gunarso dapat meloloskan diri. Pada 22 Juni 1962 mereka mendapat serangan yang menyebabkan mereka tertawan dan dimasukkan ke kamp tahanan Belanda.   Mereka akhirnya dibebaskan pada September 1962 melalui perjanjian Indonesia dengan Belanda.
Kejadian tersebut menjadi catatan sejarah bagi bangsa Indonesia karena untuk pertama kalinya sang saka  Merah Putih berkibar di bumi Papua yang saat itu masih dalam cengkeraman kolonial Belanda.  TNI Angkatan Udara dalam hal ini prajurit PGT (sekarang Paskas) telah mengukir namanya dengan perjuangan heroiknya dalam menegakkan kemerdekaan serta kedaulatan NKRI.

TNI AU 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar