Rabu, 09 Juli 2014

BRISat: Satelit Perbankan Pertama di Dunia, Lompatan Teknologi satelit Indonesia

foto: Arianespace

Beberapa tahun silam BRI dikenal sebagai salah bank ‘ndeso’. Imej itu sudah berubah dalam beberapa tahun terakhir, bahkan kini BRI menjadi bank pertama di dunia yang mengoperasikan satelit.

Terobosan inovatif Bank Rakyat Indonesia mengoperasikan satelit telekomunikasi sendiri yang dinamakan BRISat, menjadi topik cocktail reception Arianespace di Raffles Hotel berkaitan digelarnya pameran CommunicAsia 2014, Enterprise IT 2014 dan BroadcastAsia 2014 di Marina Bay Sands Singapore, (17-20/6). Satelit BRISat yang akan diluncurkan Arianespace ke  Geostationary Transfer Orbit (GTO) pada 2016, akan menjadi satelit pertama dunia yang dioperasikan oleh bank.

            “Beberapa minggu lalu kami menandatangani kontrak dengan Bank Rakyat Indonesia untuk meluncurkan BRISat. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada BRI, operator ke-40 yang telah memberi kepercayaan kepada Arianespace untuk meluncurkan satelit pertama mereka,” kata Stephane Israel, Chairman/CEO Arianespace dalam sambutannya.

            Stephane menyebutkan bahwa BRISat merupakan satelit pertama di dunia yang dioperasikan oleh bank, menambah andil pada 64 persen pasar peluncuran satelit komersial kawasan Asia-Pasifik yang dikuasai Arianespace. Meski belum terlihat, namun ke depan inovatif BRI diharapkan memicu bank-bank lain di dunia mengikuti langkahnya.

            Menurut catatan Angkasa, selama ini PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggunakan 23 transponder dari sembilan provider dalam memenuhi kebutuhan teknologi informasi  dan komunikasi bagi lebih 9.000 jaringan kantor perseroan dan e-channel. Dalam antisipasi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, untuk menjangkau lapisan masyarakat serta diharapkan menguntungkan bisnis perseroan, BRI alokasikan dana 250 juta dolar (sekitar Rp 2,5 triliun) untuk pembuatan satelit 45 transponder kelas 3 metrik ton kepada perusahaan AS, Space Systems/ Loral, LLC dan Arianespace untuk mengorbitkannya.

            BRISat saat diluncurkan berbobot 3.500 kg dengan transponder C dan Ku-band, dirancang untuk masa aktif 15 tahun. Satelit ini akan melayani sekitar 11.000 cabang BRI yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sedang kelebihan kapasitasnya, besar kemungkinan akan dikelola sebagai usaha baru, ditawarkan ke pihak ketiga dalam era MEA.

            Kemampuan BRISat yang telah meraih izin pengelolaan slot orbit 150.5 Bujur Timur dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, menjangkau cakupan seluruh wilayah Indonesia, ASEAN, Asia Timur Laut, sebagian Pasifik dan Australia Barat.

            “Indonesia memiliki 17.000 pulau, lebih dari 7.000 kecamatan, dan 80.000 desa dan kelurahan yang sangat membutuhkan teknologi komunikasi satelit,” jelas Direktur Utama BRI Sofyan Basir dikutip Antara (28/5), pada penandatangan kerja sama dengan Vice President Space Systems/Loral David Bernstein dan Vice President Arianespace Jacques Breton di Jakarta. Acara ini disaksikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan serta Duta Besar Perancis Corinne Breuze.

Cetak rekor dunia
            Stephane Israel dan Managing Director Arianespace Singapore, Richard Bowles menjelaskan bahwa BRISat merupakan satelit kelima yang akan diorbitkan Arianespace untuk operator Indonesia. Satelitnya akan diluncurkan dari stasiun Guiana Space Center Spaceport Eropa di Korou, Guyana Perancis di benua Amerika Selatan. Wahana peluncurnya menggunakan Ariane 5, roket terbesar miliknya setinggi 51 meter dengan launch thrust 2.860.000 pon.

            “Tahun 2013, Ariane 5 telah mencetak rekor dunia meluncurkan 57 satelit berturut-turut tanpa kegagalan,” kata mereka mengenai launch vehicle Ariane 5. Selain mengorbitkan satelit telekomunikasi, juga dipergunakan untuk misi memasok kebutuhan International Space Station. Ditambah dua peluncuran sukses tahun ini, menjadikan 59 satelit diorbitkan Ariane 5 pada posisinya oleh Arianespace yang berkantor pusat di Evry, Perancis.

            Richard Bowles menambahkan sebelum BRISat, Arianespace telah mengorbitkan satelit komunikasi Palapa C2 pada 1996, satelit Cakrawala 1 tahun 1997, satelit Telkom 1 pada 1999 dan 2005 satelit Telkom 2. “Kami punya jejak rekam 15 tahun di Indonesia,” tegasnya. Sejak berdiri, Arianespace telah meraih 77 kontrak peluncuran dari wilayah Asia-Pasifik. Sedang selama kurun waktu 27 tahun, perusahaannya telah meluncurkan 68 satelit para operator di wilayah yang sedang booming ekonominya ini.

            Baik Stephane Israel dan Richard Bowles menekankan bahwa pasar kini begeser ke kawasan Asia-Pasifik. Selain Indonesia, di kawasan ini customer Arianespace adalah Malaysia, Filipina, Australia, India, dan Jepang.  

            Angkasa mencatat bahwa Indonesia merupakan negara ketiga pertama di dunia pada awal dekade 1970 setelah Kanada dan Amerika Serikat menggunakan jasa satelit komunikasi untuk menyatukan negara. Satelit komunikasi sekarang tidak saja untuk jasa komunikasi telepon, broadcast (siaran televisi), tapi sudah berkembang digunakan untuk berbagai bidang jasa yang lebih luas, termasuk kini di sektor keuangan dan perbankan.

“Tidak saja sektor ekonomi, bagi Indonesia juga dalam membantu operasi  kemanusiaan di masa depan,” tambah Bowles memberi gambaran lain mengenai pemakaian jaringan satelit. Salah satunya adalah bencana alam tsunami seperti yang pernah dialami Aceh. Dijelaskan, penanganan korban tsunami maupun wilayah yang terkena bencana akan lebih cepat terdeteksi menggunakan satelit.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar