Setelah melalui proses kurang lebih 2 (dua) tahun, pagi ini, pesawat Kepresidenan Republik Indonesia jenis Boeing Business Jet 2 atau BBJ-2 737-800 mendarat di
Base Ops Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/4). Menteri Sekretaris
Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi menyambut kedatangan pesawat yang
terbang langsung dari markas Boeing di Chicago, Amerika Serikat itu.
Hadir dalam kesempatan ini antara lain Menko Kesra Agung Laksono dan
Menhan Purnomo Yusgiantoro.
Mensesneg Sudi Silalahi menjelaskan, pesawat
kepresidenan seharga Rp 820 miliar ini khusus didesain untuk digunakan
Presiden Republik Indonesia dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan
dan kenegaraan.
Mensesneg menilai, hadirnya
pesawat Kepresidenan pada hari ini, membuka lembaran sejarah baru bagi
kita, bangsa Indonesia. “Inilah pertama kalinya, setelah hampir 69 tahun
Indonesia merdeka, kita memiliki pesawat Kepresidenan,” ungkapnya.
Sebelum
ini, menurut Mensesneg, Presiden Republik Indonesia dalam menjalankan
tugas-tugas pemerintahan dan kenegaraan baik di dalam maupun di luar
negeri, selalu menyewa pesawat komersial, yang tentu saja tidak
seefektif dan seefisien, bila dibanding dengan memiliki sendiri pesawat
kepresidenan.
“Insya Allah, setelah melalui perhitungan yang cermat dan sangat teliti, disertai pertimbangan
yang matang dan masukan dari berbagai pihak, utamanya dari DPR RI, kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa kepemilikan dan penggunaan pesawat
khusus kepresidenan, jauh lebih banyak kemaslahatannya,” ucap Sudi.
Jauh Lebih Hemat
Secara
rinci Mensesneg Sudi Silalahi menyampaikan beberapa manfaat yang bisa
diperoleh dengan kepemilikan pesawat kepresidenan RI itu. Pertama,
dari sisi anggaran negara, kata Mensesneg, penggunaan pesawat
kepresidenan jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan pesawat
komersial.
“Dari
perhitungan yang kita lakukan dengan cermat, penghematan anggaran
negara, selama masa pakai pesawat ini di beberapa tahun ke depan, bisa
mencapai di kisaran Rp 114,2 miliar setiap tahunnya,” papar Mensesneg.
Kedua,
dari sisi efisiensi dan efektifitas, lanjut Mensesneg, penggunaan
pesawat khusus kepresidenan tentu tidak mengganggu jadwal dan kinerja
maskapai penerbangan komersial. “Selama ini, perusahaan penerbangan harus mengatur ulang jadwal penerbangannya apabila ada tugas-tugas kenegaraan yang mengharuskan penggunaan pesawat bagi perjalanan dinas Presiden,” ujarnya.
Ketiga,
sebagai negara besar, kata Mensesneg Sudi Sialahi. kita tentu lebih
bangga apabila Presiden Republik Indonesia menggunakan pesawat khusus
kepresidenan yang canggih, modern, aman, dan benar-benar difungsikan
untuk melayani tugas konstitusional Presiden Republik Indonesia.
Mensesneg
berharap pihak TNI Angkatan Udara dan Garuda yang diberi tugas untuk
menyimpan, merawat dan mengoperasikan pesawat kepresidenan ini, agar
dapat menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. “Pastikan pemeliharaan
dan perawatan berkala yang terbaik dan berstandar internasional,”
pintanya.
Mensesneg juga meminta TNI AU dan Garuda menjalin komunikasi intensif dengan Boeing sebagai pabrikan pesawat ini. “Pedoman
standardisasi yang berlaku. Pastikan pula pesawat ini dapat memberikan
tingkat kenyamanan, keamanan, dan keselamatan yang paling tinggi bagi
Presiden dalam menunaikan tugas konstitusionalnya,” tuturnya.
Adapun terkait dengan pengelolaan
anggaran untuk pengoperasian dan perawatan pesawat ini, Mensesneg Sudi
Silalahi meminta kedua instansi itu melakukan komunikasi efektif dengan
Kementerian Sekretariat Negara dan pemangku kepentingan.
“Pastikan
anggaran itu dapat dikelola secara transparan dan akuntabel. Cegah
semua bentuk pemborosan anggaran. Upayakan anggaran operasional dan
perawatan pesawat ini, benar-benar efisien dan efektif,” pinta Sudi.
Pesawat Kepresidenan jenis BBJ II 737-800 itu berukuran
panjang 39,5 meter, rentang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter,
dan diameter 3,73 meter. Sementara itu, interiornya, panjang 29,97
meter, tinggi 2,16 meter, dan lebar 3,53 meter.
Selain
itu, 737-800 BBJ II juga memiliki kemampuan jarak tempuh maksimal
10.334 kilo meter (km), kapasitas penumpang 50 orang, jarak tempuhnya
terjauhnya turun jadi 8.630 km, kecepatan 871 kilometer per jam, dan
kapasitas bahan bakar 39.539 liter.