Stasiun NSA di Asia Tenggara (Grafik: themalaymailonline.com)
Para pejabat Indonesia mendadak terkejut dengan pemberitaan harian
Australia, Sydney Morning Herald tanggal 29 Oktober 2013 yang
menuliskan secara rinci penyadapan dari National Security Agency
(NSA) di 90 posnya di dunia termasuk di Jakarta. NSA adalah produsen
utama dan manajer sinyal intelijen Amerika Serikat. Diperkirakan menjadi
salah satu badan intelijen AS terbesar dilihat dari jumlah personil dan
anggaran. NSA beroperasi di bawah kewenangan Departemen Pertahanan dan
melaporkan hasilnya kepada Direktur Intelijen Nasional AS. Pemerintah
Indonesia yang diwakili oleh Menlu Marty Natalegawa menyatakan akan
meminta klarifikasi dari Dubes AS di Jakarta. Informasi tersebut awalnya
berasal dari majalah Der Spiegel Jerman yang mendapat copy bocoran dari
mantan kontraktor CIA/NSA, Edward Snowden yang kini bermukim di Rusia.
Dalam setiap pemberitaan dokumen dari
Snowden, dunia menjadi tegang, banyak yang kemudian menjadi khawatir,
menjadi resah negaranya telah menjadi target penyadapan. Beberapa waktu
lalu diberitakan sebuah dokumen menyebutkan sebanyak 35 kepala negara
sistem komunikasinya juga disadap. Tidak bisa dibayangkan perasaan
sebuah negara yang tanpa disadari/diketahuinya telah ditelanjangi oleh
NSA, disitulah kekuatan dan kehebatan sebuah organisasi intelijen yang
dibiayai dan dilengkapi dengan teknologi canggih.
Edward Snowden, whistleblower
intelijen menyampaikan bahwa Amerika Serikat melakukan penyadapan
telepon dan jaringan komunikasi pemantauan dari fasilitas pengawasan
elektronik melalui Kedutaan dan Konsulat AS di Asia Timur dan
Selatan–Timur. Dislokasi pos penyadapan di ungkapkan oleh Der Spiegel
berupa peta surveilans, dimana terdaftar 90 fasilitas NSA di seluruh
dunia . Termasuk juga fasilitas monitoring komunikasi intelijen di
kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta , Kuala Lumpur , Bangkok ,
Phnom Penh dan Yangon (Rangoon) .
Menurut peta yang diterbitkan oleh
majalah Der Spiegel Jerman pada hari Sabtu, yang dimodifikasi oleh
banyak media, langkah CIA bersama NSA itu dikenal sebagai "Special Collection Service"
yang melakukan sweeping operasi pengawasan serta operasi rahasia
terhadap target intelijen khusus (terpilih). Dari 90 lokasi inatalasi
penyadapan di seluruh dunia , terdiri dari 74 fasilitas berawak, 14
fasilitas yang dioperasikan dari jarak jauh dan 2 stasiun dukungan
teknis.
Kedubes AS di Bangkok adalah stasiun
dukungan teknis dan pelaksanaannya berada di konsulat AS di provinsi
Chiang Mai. Di Asia Timur , upaya pengumpulan intelijen AS difokuskan
pada China , dengan fasilitas stasiun terletak di kedutaan besar AS di
Beijing dan Konsulat AS di Shanghai serta di Chengdu provinsi Sichuan
di Barat Daya China. Fasilitas pemantauan lainnya terletak pada kantor
diplomatik AS di Taipei .
Selain itu terdapat delapan fasilitas
di Asia Selatan termasuk di kedutaan AS di New Delhi dan Islamabad.
Untuk operasi di Timur Tengah dan Afrika Utara dikendalikan oleh tidak
kurang 24 fasilitas stasiun, sedangkan sub-Sahara Afrika dikendalikan
oleh sembilan stasiun lainnya .
Untuk pos monitoring di benua Amerika,
dokumen menyebutkan, terdapat 16 fasilitas pengumpulan khusus yang
terletak di ibukota Amerika Latin dan kota-kota termasuk Mexico City ,
Panama City , Caracas , Bogota , La Paz , Brazilia dan Havana. Karena AS
tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Kuba, AS menggunakan
Kedutaan Besar Swiss di Havana seksi AS sebagai stasiun.
Salah satu pejabat Departemen Pertahanan
Australia mengatakan kepada Fairfax, "Pengungkapan operasi pengumpulan
dengan metodologinya yang sangat sensitif tersebut akan merusak
kemampuan intelijen Australia, disamping adanya resiko komplikasi
serius dalam hubungan kita dengan tetangga kita," kata pejabat tersebut
yang tidak mau disebut namanya.
Peta stasiun pemantau yang dibuat pada
tanggal 13 Agustus 2010 tersebut tidak menunjukkan adanya fasilitas
pos/stasiun penyadap di Australia , Selandia Baru , Inggris, Jepang
dan Singapura, disebutkan negara-negara tersebut sebagai sekutu terdekat
AS . Dalam komunitas intelijen dibawah kepemimpinan AS, sandi “5-Eyes”
(lima mata) dari NSA adalah lima negara yang bekerja sama dalam
pulbaket (pengumpulan bahan keterangan) klandestin terdiri dari AS,
Inggris, Kanada, Australia dan New Zealand.
Menurut dokumen yang dibocorkan oleh
Edward Snowden , NSA mulai mencari akses langsung ke server milik
perusahaan internet Amerika dalam skala luas sejak tahun 2007. James
Clapper , State Director of National Intelligence telah mengonfirmasi tentang adanya program pengawasan skala besar tersebut.
Dalam dokumen rahasia , program pengawasan NSA disebut dengan nama "Prism."
Prism memonitor melalui kabel serat optik. Presentasi internal NSA
menunjukkan data streams melakukan perjalanan dari Eropa ke Asia ,
wilayah Pasifik atau Amerika Selatan. "Sebuah panggilan telepon target,
email atau chatting akan mengambil jalan termurah , bukan jalan fisik
yang paling langsung , " tulis dokumen tersebut (AP).
Kemampuan penyadapan NSA jauh melebihi
kemampuan internet di AS, dimana ulah Snowden telah membongkar beberapa
kasus NSA juga memonitor negara sahabat, Jerman misalnya. Direktur NSA,
Jenderal (bintang empat) Keith Alexander , secara teratur menerima
delegasi dari Jerman di markasnya di Fort Meade. NSA merupakan pemimpin
dan badan intelijen Jerman (BND) lebih sebagai asistennya. NSA banyak
menerima informasi dari BND, tetapi banyak memberikan informasi
intelijen, misalnya tentang ancaman serangan kelompok teroris
(Sauerland) yang dapat digagalkan pada tahun 2007 di Jerman. Dilain sisi
ternyata diketahui NSA juga menyadap sistem komunikasi Kanselir Jerman.
Disini terlihat bahwa intelijen tetap mendudukan kepentingan nasional
AS jauh diatas nilai kerjasama antar dua negara.
Menurut Washington Post, pada satu hari,
kemampuan operasi khusus cabang NSA telah mengumpulkan sebanyak
444,743 buku alamat email dari Yahoo, 105,068 alamat email Hotmail dari
, 82,857 acount dari Facebook , 33,697 dari Gmail dan 22,881 dari
penyedia lain yang tidak ditentukan sebelumnya. Angka-angka tersebut
adalah daftar internal rahasia NSA yang dibocorkan oleh Edward Snowden.
Analisis
Dari fakta-fakta tersebut, maka semakin terkuak rahasia yang selama ini hanya dimiliki oleh badan intelijen AS serta kelompok 5-Eyes dalam langkahnya melakukan penyadapan. Sebenarnya sejak mainland-nya
berhasil diserang dan menara kembar WTC diruntuhkan oleh teroris
Al-Qaeda pada 11 September 2001, terjadi pergeseran kebijakan pemerintah
Amerika. Disebutkan, “Kampanya melawan terorisme global merupakan
tujuan utama kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika Serikat, dan
tujuan-tujuan internasional lainnya akan berada di bawah tujuan besar
ini” (Stephen M.Walt).
Maka sejak ini pemerintah AS menugasi
badan intelijen untuk melakukan pengumpulan bahan keterangan dengan
segala caranya agar dapat meniadakan ancaman teroris terhadap negaranya.
AS sejak perang dunia pertama tidak pernah berperang di negaranya,
peperangan terjadi jauh diluar negaranya. Oleh karena itu runtuhnya
menara WTC telah membuat bangsa AS menjadi demikian benci dan takut
terhadap teroris. Mereka faham ini adalah perseteruan ideologis yang
sulit dikalahkan tanpa terkumpulnya informasi dan langkah militer. Dalam
perkembangannya, untuk menghadapi ancaman terorisme yang merupakan
cabang keilmuan dari disiplin intelijen, AS memainkan kartu intelijen.
NSA diperkuat dan CIA menjadi ujung tombak upaya peniadaan ancaman
(operasi lawan teror), dengan langkah preemtive strike.
NSA yang pada awalnya mendapat tugas
monitoring, menyadap ancaman teror kemudian berkembang menjadi badan
penyadap bagi kepentingan AS dibidang lainnya, politik, ekonomi dan
militer. Secara diam-diam NSA mendapat black budget sebesar
USD52,6 miliar untuk tahun fiskal 2013 (Edward Snowden). Disebutkan,
“Lembaga mata-mata AS telah dibangun menjadi sebuah organisasi intelijen
raksasa sejak serangan 11 September 2001, tapi tetap dapat memberikan
informasi penting lain tentang berbagai ancaman terhadap keamanan
nasional.” Disinilah kunci berkembangnya penyadapan dengan dibangunnya
90 stasiun NSA di dunia, termasuk di Jakarta. Dengan demikian dapat
diperkirakan bahwa penyadapan sudah terjadi cukup lama, diperkirakan
aktif sejak tahun 2007.
Bagaimana kita melihat dan menilai
penyadapan terhadap Indonesia? Apabila diketahui Amerika Serikat
menyadap baik pemerintah, pejabat, komunikasi perbankan, politik, dan
memonitor semua saluran internet, maka jelas tidak ada rasa aman bagi
bangsa Indonesia. Persoalannya, ini bukan hanya penyadapan belaka,
tetapi hal tersebut merupakan masalah yang sangat sensitif, karena
menyangkut masalah martabat dan keamanan bangsa. Dapat dikatakan ini
adalah sebuah kejahatan besar dari sebuah negara. Sudah tepat apabila
Menlu Marty mengundang Dubes AS di Jakarta dan apabila terbukti dapat
membuat langkah yang berlaku di dunia diplomasi, mempersona non
gratakan, sebagai penanggung jawab. Persoalannya apakah Indonesia mampu
membuktikan? Informasi penyadapan saja di dapatkan dari harian Australia
SMH.
Sayangnya kita belum mampu mendapatkan
informasi secara pasti kebocoran sebagai akibat dari penyadapan,
mengingat teknologi NSA sudah demikian maju. Yang perlu dipertimbangkan,
apabila kita akan membeli alat sadap/anti sadap dari Amerika Serikat
dan kelompok lima mata lainnya (Inggris, Canada, Australia, dan NZ).
Dapat dipastikan mereka akan mampu memonitor apabila kita gunakan.Yang
akan jauh lebih rumit dan berbahaya, apabila terjadi adanya orang
perorangan ataupun organisasi yang tanpa ijin kemudian ikut memiliki
alat sadap tersendiri, ini akan jauh lebih berbahaya pastinya.
Kesimpulan
Dari informasi dokumen Snowden yang
diberitakan media, kemungkinan besar sudah terjadi penyadapan dari
stasiun NSA yang berada di kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di
Gambir Jakarta. Dapat diperkirakan upaya penyadapan arus komunikasi baik
saluran telpon maupun internet mereka lakukan pada awalnya untuk
memonitor perkembangan sel terorisme yang memang sudah ada di Indonesia
sejak pemboman Bali-1 tahun 2002. Kemudian penyadapan target berkembang
kearah lainnya (politik, ekonomi dan militer).
Selain memonitor perkembangan sel
teroris di Indonesia, penyadapan yang seperti juga dilakukan terhadap
Kanselir Jerman, Angela Merkel serta 34 kepala negara lainnya ,
kemungkinan besar alat komunikasi Presiden SBY, Wapres Boediono, serta
beberapa pejabat penting lainnya bukan tidak mungkin juga termasuk yang
disadap. Target yang sangat mungkin dimonitor dan disadap lainnya adalah
arus handphone, telpon, internet, termasuk para pengguna Gmail, Yahoo,
Hotmail, Face Book, Twitter dan media komunikasi lainnya.
Ancaman penyadapan jelas akan merugikan
bangsa Indonesia. Jawabannya adalah adanya kesadaran sekuriti. Sulit
mengatasi penyadapan dengan teknologi canggih tanpa peralatan canggih.
Jelas sulit mengantisipasi langkah NSA sebagai badan intelijen dengan
anggaran USD52,6 miliar. Para pejabat sebaiknya membatasi penggunaan
telpon pribadi untuk membicarakan masalah khusus dan sifatnya rahasia
negara, lebih baik apabila dilakukan personal meeting. Kita
tidak perlu marah dan bertindak yang tidak baik. Yang perlu diingat,
menghadapi serangan intelijen serupa, harus diatasi dengan kecerdasan
dan kecerdikan.
Yang harus sangat disadari, bahwa kini
terbukti tidak ada alat komunikasi yang aman bila kita berbicara
menggunakan tilpon atau HP, BB dan internet, nun dekat ataupun jauh
disana ada yang menguping dan merekamnya. Tetapi untuk mengingatkan
kesadaran sekuriti bagi pejabat jelas sulit. Kalau sudah memegang
telpon, rasanya aman-aman saja, karena berbicaranya dengan
berbisik-bisik. Waspada pak pejabat.