Minggu, 12 Juni 2016

Vietnam Akan Beli Tiga Unit Pesawat CN-295

Pesawat CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) disiapkan di landasan saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke perusahaan tersebut di Bandung, Jawa Barat, Senin (12/01/2016). Presiden Joko Widodo menginginkan PT DI untuk fokus pada pembangunan pesawat angkut berkapasitas 30-60 orang yang menyesuaikan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan. (ANTARA/Andika Wahyu/ip)

Pemerintah Vietnam semakin serius untuk membeli pesawat jenis CN-295 dari PT Dirgantara Indonesia. Hari Jumat (10/06) ini, Menteri Keamanan Publik Republik Sosialis Vietnam, To Lam, mengunjungi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Kantor Wapres, untuk membahas kerja sama pembelian CN-295.

Deputi Wakil Presiden bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan, Dewi Fortuna Anwar, menjelaskan bahwa Vietnam telah menandatangani kontrak kerja sama pembelian alutsista sejak tahun 2013 lalu. Vietnam memesan tiga pesawat jenis CN-295.

“Saat ini, PT Dirgantara Indonesia tengah menyiapkan mekanisme pembiayaan lewat bank,” kata Dewi.

Pada awal Juni lalu, Jusuf Kalla telah melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Perdana Menteri Vietnam, Trinh Dinh Dung, di sela-sela World Economic Forum (WEF) on ASEAN 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia. Salah satu topik pembahasan dalam pertemuan itu adalah rencana Vietnam untuk membeli CN-295. Namun ketika itu, belum dijelaskan tentang jumlah unit yang akan dibeli oleh Vietnam.

Sumber: Republika Online

Pindad Segera Produksi Dua Jenis Rudal

Uji dinamis terhadap 25 unit R-Han 122B yang dilakukan pada tanggal 27-29 Januari 2016 bertempat di Pantai Tempursari Lumajang, Jawa Timur. (PT Pindad)

Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim, mengatakan bahwa pihaknya akan memproduksi dua jenis rudal, yaitu rudal anti serangan udara dan rudal jarak pendek. Selama ini, kebutuhan rudal pertahanan masih bergantung pada produk impor.

“Kita ada punya rencana ke rudal anti serangan udara, kerja sama dengan Swedia, kita sedang kolaborasi kemungkinan kerja samanya, yang jelas kita akan sama mereka. Dalam 2 tahun semoga bisa (produksi),” kata Silmy, Kamis (09/06).


Sementara itu, Pindad juga akan bekerjasama dengan produsen senjata asal Perancis untuk membuat rudal jarak pendek dengan jangkauan mencapai 40 kilometer.

Silmy menjelaskan bahwa Pindad akan menggandeng PT Dahana (Persero), yang selama ini aktif memproduksi bahan peledak komersial, untuk memproduksi bahan pendorong rudal berupa propelan.

Sumber: detik.com

Sabtu, 11 Juni 2016

India Jadikan Indonesia Sebagai Target Pasar Penjualan Rudal BrahMos


Peluru kendali supercepat India, Brahmos.

India menjadikan Indonesia sebagai salah satu target pasar penjualan peluru kendali atau rudal jelajah canggih BrahMos. Perdana Menteri Narendra Modi telah memerintahkan BrahMos Aerospace sebagai produsen peluru kendali BrahMos untuk meningkatkan penjualan ke lima negara yaitu Vietnam, Indonesia, Afrika Selatan, Chile, dan Brasil.

Beberapa negara lain yang menjadi target pasar penjualan rudal BrahMos adalah Filipina, Malaysia, Thailand, dan Uni Emirat Arab.

Menurut India, negara-negara tersebut telah “menyampaikan ketertarikannya, namun memerlukan pembicaraan dan analisis lebih lanjut”.

Sebelumnya, New Delhi telah menangguhkan permintaan Hanoi terkait BrahMos pada tahun 2011 karena takut akan membuat marah Tiongkok. Tiongkok memandang rudal itu dapat menimbulkan keguncangan.

Rudal BrahMos merupakan hasil kerja sama antara India dan Rusia. Rudal itu dikenal sebagai rudal tercepat di dunia dengan kecepatan hingga tiga kali kecepatan suara. BrahMos memiliki jarak tempuh sejauh 290 kilometer dan dapat diluncurkan dari darat, laut dan dengan kapal selam. Saat ini, sebuah varian yang dapat diluncurkan dari udara sedang dalam tahap pengujian.

Kini, India sedang berkembang menjadi salah satu eksportir senjata di dunia. India berusaha mengirimkan persenjataan demi mengumpulkan rekan pertahanan dan meningkatkan pendapatan.

Sumber: Kompas.com

Wapres JK: Organisasi TNI Perlu Diubah Sesuai Kebutuhan Operasional

Wapres Jusuf Kalla (ketiga kiri), Seskab Pramono Anung (kedua kanan), Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri), Menko Polhukam Luhut Pandjaitan (ketiga kanan), Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti (kanan) dan KASAU Marsekal TNI Agus Supriatna (kedua kiri). (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Pemerintah berencana mengubah organisasi TNI untuk disesuaikan dengan kebutuhan operasional. Hari Jumat ini (10/06), Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung bertemu dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo guna membahas peraturan pemerintah tentang organisasi TNI.

“Organisasi TNI kan selalu dinamis dengan organisasi lainnya. Ini setelah hampir 10 tahun ada beberapa perubahan sesuai dengan kebutuhan operasional pada dewasa ini. Itu saja yang terjadi,” kata Jusuf Kalla di Kantornya, Jakarta, Jumat (10/06).

Jusuf Kalla menjelaskan bahwa TNI perlu penambahan staf dan tugas-tugas karena dinamika pertahanan. Menurutnya, saat ini pangkat jenderal TNI sudah banyak, namun penempatan jabatannya tidak sesuai.

“Kalau kariernya bagus ya naik pangkat tapi karena jabatan terbatas otomatis banyak yang pangkatnya tinggi tapi tidak mempunyai jabatan yang sesuai. Itu hanya soal waktu saja sebenarnya. Kalau yang di atasnya pensiun otomatis dia menduduki jabatan yang sesuai dengan pangkatnya itu,” kata Wapres.

Pada Maret 2015 lalu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto sempat menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo berencana mengubah struktur organisasi TNI. Salah satu yang akan diubah yaitu menghidupkan kembali posisi wakil panglima TNI. Pertimbangannya, selama ini tak ada fungsi komando yang menggantikan Panglima apabila sedang bertugas ke luar negeri.

Sumber: Merdeka.com

Pembelian Su-35 Indonesia, Mendekati Penyelesaian

pesawat su35 indonesia

Indonesia berencana membeli delapan pesawat tempur superioritas udara multirole Su-35 dari Rusia dan kini sedang membahas transfer teknologi dari pihak Rusia, ujar Duta Besar Indonesia untuk Rusia Mohamad Wahid Supriyadi, Rabu, 08/06/2016.

Bagian utama dari negosiasi telah selesai dan pembicaraan kini telah memasuki tahap akhir, dengan sisi pembahasan soal transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia, ujar Supriyadi kepada RIA Novosti.


Pihak Indonesia akan membeli delapan jet tempur yang akan menjadi tahap pertama dari kerjasama di bidang tertentu yang ditetapkan, tambahnya.

Semua pernyataan militer Indonesia menyatakan pembelian ini harus dilengkapi dengan transfer teknologi sesuai dengan hukum negara, ujar duta besar menjelaskan, dan dari pihak Rusia belum ada yang menyuarakan ketidaksetujuannya, tinggal formalitas saja sebelum kesepakatan ditetapkan.

Sputniknews.com

Minggu, 22 Mei 2016

TNI AD Juara Umum Lomba Tembak Angkatan Darat di Australia


lomba tembak australia
 
TNI AD kembali menorehkan prestasi gemilang di pentas internasional dengan menjadi Juara Umum Lomba Tembak bergengsi antar Angkatan Darat dari 20 negara yang diselenggarakan oleh Royal Australian Army, dengan event Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) selama 16 hari dari tanggal 3 sampai 19 Mei 2016, di Puckapunyal Military Range, Victoria, Australia.

lomba tembak australia 4
Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi

Dalam penutupan lomba dan penyerahan medali AASAM, Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi turut hadir dalam acara ini serta menyerahkan Medali dan Trophy kejuaraan kepada para peserta AASAM 2016 yang berhasil meraih prestasi serta memberikan apresiasi kepada para prajurit TNI AD yang telah berhasil mempertahankan gelar juara umum. Pangkostrad juga menekankan kepada Tim Lomba AASAM TNI AD agar lebih meningkatkan kemampuannya dan tidak lengah, karena pada AASAM 2017 akan lebih banyak negara yang akan berpartisipasi dan diperkirakan 35 negara akan ikut lomba AASAM 2017.

lomba tembak australia 2

Kepala Bidang Penerangan Umum Puspen TNI Kolonel Czi Berlin G. S.Sos., M.M. di Mabes TNI Cilangkap, (20/05/2016) mengatakan TNI AD keluar sebagai Juara Umum AASAM tahun 2016 setelah meraih 23 medali emas dari 50 medali emas di berbagai materi lomba tembak yang diperebutkan. Sebagai runner up adalah kontingen dari Angkatan Darat Tiongkok dengan perolehan 9 emas disusul peringkat ketiga yaitu kontingen dari Angkatan Darat Jepang yang memperoleh 4 medali emas.

“AASAM 2016 diiikuti 20 negara maupun gabungan negara seperti Kontingen ANZAC (Autralia New Zealand Army Corps). Negara-negara yang ikut berpartisipasi pada lomba tembak internasional tahunan ini antara lain : Amerika Serikat, Perancis, Kanada, United Kingdom, Australia, Tiongkok, Jepang, Uni Emirat Arab, PNG, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Indonesia,” ujar Kabidpenum.

lomba tembak australia 7

Kontingen TNI AD pada AASAM 2016 berjumlah 19 orang dipimpin Mayor Inf Syafruddin (Akmil 2000) yang sehari-hari menjabat Kasiops Sops Divisi 1 Kostrad. Sedangkan sebagai Komandan AASAM 2016 adalah Letkol Angus Bell selaku Perwira Menengah dari Angkatan Darat Australia.


lomba tembak australia 1

“Selama berpartisipasi pada Lomba Tembak AASAM, TNI AD senantiasa menjadi juara umum sejak pertandingan di Puckapunyal 2008, dengan menggunakan senjata jenis SS-2 V4 buatan PT Pindad yang merupakan senjata organik pasukan Kostrad,” ujar Kolonel Czi Berlin.

lomba tembak australia 3

AASAM dimulai tahun 1984 di Singleton Pusat Pendidikan Infanteri Angkatan Darat Australia. Beberapa materi lomba yang diperlombakan meliputi Senapan, Senapan Otomatis (SO), Pistol dan Sniper. Indonesia dalam hal ini TNI AD baru mengikuti AASAM pada tahun 1996/1997. Dalam sejarah AASAM, TNI AD sejak tahun 2008 hingga 2016 selalu menempati peringkat teratas dan sebagai pemenang lomba dengan predikat sebagai juara umum.

lomba tembak australia 5

keberhasilan TNI AD dalam menjuarai Lomba Tembak AASAM menunjukkan profesionalisme prajurit-prajurit TNI tidak kalah dengan prajurit-prajurit negara lain seperti United States Marines Corps (USMC), US Army, Anzac, maupun UK, Perancis, Tiongkok dan Australia sendiri. Dan yang lebih membanggakan lagi bahwa senapan yang digunakan untuk menembak di AASAM adalah jenis SS-2 V4 buatan PT Pindad, salah satu industri strategis dalam negeri kebanggaan anak bangsa Indonesia.

Puspen TNI

Transall C-160: Berstatus Sipil di Indonesia, Moncer Sebagai Pesawat Taktis Militer di Luar Negeri

Foto: Sam Chui
Foto: Sam Chui

Namanya memang kalah kondang dibanding C-130 Hercules, tapi C-160 tergolong pesawat angkut taktis yang kenyang berbagai pengalaman operasi militer. Debutnya sebagai pesawat angkut (kargo) sipil juga tak kalah moncer, bahkan dua dekade lebih C-160 aktif mengundara di langit Nusantara. Meski resminya tak menjadi pesawat militer di Indonesia, C-160 adalah pesawat yang fenomenal, seperti wara wirinya pesawat ini saat mendukung operasi INTERFET (International Force for East Timor) di Timor Timur.

C-160 Transall AU Jerman dalam mendukung operasi INTERFET.
Transall C-160 AU Jerman dalam mendukung operasi INTERFET di Timor Leste

Punya dimensi ruang kargo yang mirip C-130 Hercules. Tampak di foto ranpur Wiesel di pintu rampa Transall.
Punya dimensi ruang kargo yang mirip C-130 Hercules. Tampak di foto ranpur Wiesel di pintu rampa C-160.

Dari segi desain alias penampakan, C-160 terlihat mirip dengan C-130 Hercules buatan Lockheed Martin. Tampak depan (hidung), samping, dan bagian ekor amat kental nuansa Hercules. Tak sedikit orang yang menyangka C-160 adalah Hercules. Bahkan, desain ruang kargo dan pintu rampa juga identik dengan C-130 Hercules, maka itu apa yang muat di perut Hercules, biasanya juga dapat masuk ke kargo C-160.

Letak pembeda C-130 dan C-160 nampak pada mesin, bila C-130 Hercules menggunakan empat mesin, maka C-160 hanya mengadopsi dua mesin. Sebagai imbasnya, C-130 Hercules tentu lebih unggul dalam urusan payload, kecepatan, dan jarak terbang. Di Indonesia, C-160 mulai menapaki sejarahnya pada awal dekade 80-an. Pengguna pertamanya adalah Pelita Air Service, kemudian berlanjut ke tangan Manunggal Air Service.

Karena punya kemampuan STOL (Short Take Off Landing), medan operasi pesawat ini lebih banyak di wilayah Indonesia Timur. C-160 dapat mendarat hanya butuh landasan 400 meter, dan lepas landas hanya butuh landasan 700 meter. Roda dan suspensensinya juga tak kalah kuat dari Hercules, yakni mampu take off and landing di landasan rumput atau tanah. Oleh manufakturnya, C-160 memang dipersiapkan untuk beroperasi di landasan yang semi prepared.

5449_1

Transal-schema

Merujuk ke sejarahnya, C-160 lahir di era berkecamuknya Perang Dingin, maka hadirnya pesawat angkut taktis menjadi kebutuhan penting untuk mendukung mobiltas pasukan dan alat tempur. Produksi C-160 digarap patungan antara Jerman (d/h Jerman Barat) dan Perancis. Perjanjian kerjasama penggarapan pesawat diteken pada tahun 1957. Awalnya Italia juga ikut dalam proyek ini, tapi kemudian mengundurkan diri karena sudah punya pesawat andalan sendiri. Sebagai wujud persiapan produksi, pada tahun 1959 dibentuk konsorsium berupa perusahaan Joint Venture antara Nord Aviation (Perancis), Weser Flugzeugbau (Jerman) dan Hamburger Flugzeugbau (Jerman), dengan label perusahaan Transall (Transporter Allianz). Namun kelanjutan produksinya kemudian di-handle Aérospatiale (Perancis) dan Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), manufaktur dirgantara dari Jerman.

Guna mendukung operasi militer NATO, Transall mensyaratkan pesawat harus mampu membawa muatan kargo seberat 16 ton dan terbang sejauh 1.720 Km. Atau membawa muatan kargo 8 ton tapi mampu terbang sejauh 4.540 Km. Syarat bisa STOL di landasan yang kurang apik juga ikut jadi perhatian. Akhirnya prototipe C-160 terbang perdana pada tahun 1963, dan selanjutnya produksi perdana dimulai pada tahun 1965.

2014-08-15T174256Z-60930132-LR1EA8F1D7982-RTRMADP-3-IRAQ-SECURITY-GERMANY

Penyerahan perdana C-160 dilakukan pada tahun 1967. Meski dirancang untuk kebutuhan militer Perancis dan Jerman. Karena terkait bisnis, akhirnya C-160 juga dipasarkan ke negara-negara lain. Pengguna untuk kebutuhan militer diantaranya ada Turki dan Afrika Selatan. Sementara konsumen sipil ada Indonesia, Swiss, Perancis, dan Gabon.

Landing gear dan perangkat APU (Auxiliary Power Unit)
Landing gear dan perangkat APU (Auxiliary Power Unit)

Versi yang digunakan Indonesia adalah C-160NG (Next Generation), masuk dalam kategori generasi kedua. C-160NG mulai diproduksi pada tahun 1981, dengan tambahan kata ‘NG,’ pesawat dapat dilengkapi tangki bahan bakar cadangan pada bagian sayap. C-160NG dapat membawa 28.000 liter bahan bakar. Bahkan dimungkinkan dipasangnya fasilitas probe untuk air refueling. Berbeda dengan versi lainnya, C-160NG telah menghilangkan pintu kargo di bagian depan sebelah kiri. Sistem teknologi avioniknya juag telah diperbaharui. Todal 29 unit C-160NG telah diproduksi, sebagai besar untuk kebutuhan AU Perancis, termasuk konfigurasi untuk pesawat tanker, dan enam diantaranya diproduksi khusus untuk Indonesia.


img00014img_4712

Produksi C-160 resmi ditutup pada tahun 1985, dan total pesawat yang diproduksi mencapai 214 unit. Pengguna utamanya adalah AU Jerman (110 unit) dan AU Perancis (50 unit) . Meski sudah lumayan berumur, rencananya C-160 baru akan dipensiunkan Jerman dan Perancis pada tahun 2018. Perancis terbilang kreatif memoles pesawat ini, diantaranya merilis C-160G (Gabriel). C-160G menyandang gelar sebagai pesawat intai dengan adopsi antena khusus dan perangkat optronic (optical electronic). Ada lagi C-160H Asterte, perannya sebagai Airborne Relay Station For Special Transmissions untuk mendukung operasi kapal selam nuklir AL Perancis.

C-160G (Gabriel)
C-160G (Gabriel)

C-160 (PK-VTQ) milik Manunggal Air di Bandara Wamena
C-160 (PK-VTQ) milik Manunggal Air di Bandara Wamena

Sayangnya debut C-160 telah redup di Indonesia, kabar terakhir tentang pesawat ini adalah saat jatuhnya C-160 (PK-VTQ) milik Manunggal Air di Bandara Wamena, Papua pada 15 Juni 2001. Dikutip dari Wikipedia.org, penyebab kecelakaan adalah kerusakan teknis pada mesin pesawat yang berujung pesawat gagal landing. Dalam musibah ini menewaskan seorang penumpang. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Transall C-160NG
– Crew: 3 men
– Length: 32.4 m
– Wing span: 40 meter
– Height: 11,65 meter
– Weight (empty):29 ton
– Weight (maximum take off): 51 ton
– Engines: 2 x Rolls-Royce Tyne Rty.20 Mk.22 turboprop
– Engine power: 2 x 6 100 shp
– Maximum speed: 513 km/h
– Cruising speed: 495 km/h
– Service ceiling: 8.200 meter
– Range (with 8.5 t payload) 5 000 km
– Range (with 16 t payload) 1 850 km
– Ferry range: 8 850 km
– Maximum payload: 16 ton
– Troops: 93 men
– Cargo compartment: 17,2 x 3,15 x 2,98 meter