Tulisan ini digolongkan dalam 3 bagian besar, yaitu:
1. Pertarungan midget pada perang dunia kedua, Merupakan penjelasan sejarah tentang peranan strategis yang diemban midget.
2. Kemampuan manuver Korps Hiu Kencana Berisi cuplikan penuturan langsung dari perwira pengawak Korps Hiu Kencana atas pengalaman yang mereka dapat selama bertugas
3. Potensi pengembangan midget nasional Sekelumit gambaran besar potensi alih teknologi yang diperlukan dalam pengembangan midget nasional
Bismillah…
Pertarungan midget pada perang dunia kedua
Selama perang dunia kedua, Inggris, Italia, Jerman dan Jepang memiliki
kapal selam midget, sementara Amerika, Rusia dan Cina tidak.
Kapal Selam Midget Inggris – Angkatan Laut Inggris, Royal Navy
X craft dan merupakan nama yang disandang untuk tipe midget yang
diproduksi Inggris.Angkatan Laut Kerajaan Inggris memiliki 2 kelas utama
kapal selam midget, ‘
X – Class dan
XE – Class’.
X – Class dibuat pada tahun 1943 – 1944, akhirnya digantikan dengan
XE – Class. 20 unit dari
X – Class telah dibuat, dan setidaknya 12 unit untuk
XE – Class.Wahana
ini dibuat untuk menyerang kapal perang yang berlabuh dalam pelabuhan
yang dilindungi.Midget ini ditarik hingga mendekati target, biasanya
oleh kapal selam, kemudian dilepaskan untuk selanjutnya melakukan
misinya.
Terdapat pula beberapa jenis kapal selam midget yang tidak sukses, seperti kapal selam midget S
leeping Beauty dan W
elman
Midget Inggris 1 – MidgetX – Class Penugasan pertama atas kapal selam midget
X – Class
adalah pada Operasi ‘Source’ di bulan September 1943, sebuah upaya
untuk melumpuhkan kapal-kapal perang kelas berat Jerman yang
berpangkalan di Utara Norwegia. Enam unit kapal selam mini dilibatkan,
tapi hanya 2 unit yang berhasil menebar bom laut (di bawah kapal tempur
‘Tirpitz’).Sisanya tenggelam, ditenggelamkan atau kembali ke
pangkalan.Kapal tempur ‘Tirpitz’ rusak parah dan tidak dapat operasional
hingga April 1944.
Pada tanggal 15 April 1944, HMS X24 menyerang
dok terapung ‘Laksevag’ di Bergen.Awalnya X22 yang ditugasi untuk
serangan ini, tapi dalam latihan tertabrak dan tenggelam berikut kru
pengawak. X24 kemudian melakukan penyusupan dan berhasil keluar dengan
selamat, tapi bom laut dipasang dibagian bawah kapal dagang 7.500 ton
‘Barenfels’ yang kemudian tenggelam, sementara dok kering itu sendiri
hanya mengalami kerusakan kecil. Pada tanggal 11 September 1944, operasi
ini diulangi oleh kapal midget X24, dengan kru pengawak yang baru, kali
ini dok kering tersebut dapat ditenggelamkan.
Gambar : midget X – Class, Royal Navy
Kapal selam midget X – Class terlibat dalam persiapan operasi
Overlord (operasi
pendaratan sekutu di pantai Normandia).Operasi ‘Postage Able’ dirancang
untuk mengamati kondisi pantai pendaratan, melibatkan HMS X20 selama 4
hari di pantai Perancis. Pengitaian periskop atas garis pantai dan
pembunyian echo dilakukan di siang hari. Pada tiap malamnya, X20 akan
mendekati pantai dan 2 penyelam akan berenang ke tepian. Contoh tanah
dikumpulkan dalam kondom. Para penyelam ke tepian pada 2 malam
berikutnya untuk mengamati pantai di Vierville-sur-Mer, Moullins St.
Lauret dan Colleville-sur-Mer yang kemudian menjadi Pantai Omaha (lokasi
pendaratan tentara Amerika)
Midget Inggris 2 – Midget XE – Class
Operasi ‘Sabre’ dan Operasi ‘Foil’, dilaksanakan pada bulan Juli 1945,
ditujukan untuk memotong kabel telepon bawah laut Jepang yang
menghubungkan Singapura, Saigon, Hongkong dan Tokyo. Maksud dari operasi
ini adalah memaksa Jepang agar menggunakan radio sehingga sekutu dapat
melakukan pencegatan atas lalu lintas pesan yang dilakukan Jepang.
Operasi
‘Struggle’, pada bulan Agustus 1945, HMS XE1 dan HMS XE3 melaksanakan
serangan bersama atas kapal perang Jepang yang berada di pelabuhan
Singapura. XE3 ditugaskan untuk memasang ranjau laut pada penjelajah
berat ‘Takao’, sementara XE1 ditugaskan untuk menyerang penjelajah berat
‘Myoko’
Penyusuran yang dilakukan XE3 atas Selat Johor dan
penerobosan atas berbagai pertahanan pelabuhan menghabiskan waktu 11 jam
ditambah 2 jam berikutnya untuk proses identifikasi target yang sudah
dikamuflase Jepang. Walaupun sebenarnya terdapat beberapa peluang bagi
personel Jepang untuk memergoki kapal selam midget ini, XE3 berhasil
mencapai ‘Takao’ dan berhasil memasang ranjau magnet,
limpet mines dan melepaskan ranjau 2 ton yang dibawanya,
side charges.
Proses gerak mundur berlangsung lancar dan XE3 berhasil menjalin
komunikasi kembali dengan HMS Stygian, sebagai kapal selam pelindung.
Sementara itu kru XE1 gagal menemukan target mereka.Malahan, walaupun
mengetahui bahwa ranjau yang telah dipasang dapat meledak sewaktu-waktu,
XE1 juga ikut memasang ranjau yang mereka bawa di bawah ‘Takao’.XE1
berhasil kembali dengan selamat.
Penjelajah berat ‘Takao’ mengalami kerusakan parah dan tidak pernah dapat berlayar kembali.
Kapal Selam Midget Italia – Angkatan Laut Italia, Regia Marina Italia memiliki 16 kapal selam midget dalam masa berlangsunya perang dunia kedua. Terdapat dua kelas,
CA – Class dan
CB – Class.
Italia juga memiliki beberapa desain kapal selam mini yang tidak menorehkan prestasi.
Midget Italia 1 – Midget CA – Class
Pada tahun 1942, setelah Amerika berpartisipasi dalam peperangan, Junio
Valerio Borghese, komandan ‘Decima MAS’, unit khusus Angkatan Laut
Italia, merancang rencana untuk menyerang pelabuhan New York dengan
mempergunakan kapal selam midget tipe CA dan melibatkan pasukan katak.
Kapal selam midget akan dikirim menyeberangi lautan Atlantik dengan
diusung di atas dek sebuah kapal selam yang lebih besar. Kapal selam
Leonardo da Vinci dipilih untuk misi ini dan kemudian dimodifikasi di
pangkalan Italia di Bordeaux. Midget CA2 diangkut memakai kereta api
dari Italia dan ujicoba dilakukan dekat dengan La Pallice, dibawah
pengawasan Borghese sendiri di penghujung 1942. Akan tetapi kapal selam
Leonardo Da Vinci karam pada bulan Mei 1943 sebelum operasi dapat
dilakukan. Tidak ada kapal selam pengganti yang dapat menggantikan
posisi ini dana kemudian perjanjian gencatan senjata membuat rencana ini
dihentikan.
Gambar : midget CA – Class, Regia Marina
Midget Italia 2 – Midget CB – Class
Kapal selam midget ini dirancang sebagai unit pertahanan pantai,
ditenagai propulsi diesel elektrik.Dilengkapi dengan ‘conning tower’
untuk membantu navigasi. Persenjataan terdiri dari dua buah torpedo yang
dimuat eksternal hingga dapat dimuat tanpa perlu memindahkan kapal
selam midget dari air.
Tujuh puluh dua kapal dipesan ke Caproni of
Milan, tapi hanya 22 yang berhasil masuk lini produksi.12 unit dapat
diselesaikan sebelum gencatan senjata dan 9 sesudahnya. 6 kapal
dipindahkan ke Laut Hitam berdasarkan permintaan bantuan yang secara
spesifik ditujukan kepada Admiral Riccardi, Regia Marina (Angkatan Laut
Italia) oleh Admiral Raeder, Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) pada 14
Januari 1942.
Italia kemudian mengirimkan 4 MAS (berbobot 24
ton), 6 CB – Class (35 ton midget submarine), 5 kapal motor torpedo, dan
5 punts (kapal kamikaze Italia).
Gambar : midget CB – Class, Regia Marina
Unit
ini dibentuk untuk melawan armada Soviet yang menakutkan di Laut Hitam,
armada Soviet terdiri dari sebuah kapal tempur (Pariskaja Kommuna), 4
penjelajah berat (diataranya Molotov, yang dirancang berdasarkan proyek
Italia sebelum perang), sekitar 10 destroyer (beberapa diantaranya kelas
berat dari Kharkov – Class) armada ini dipimpin oleh Tasken, sekitar 29
kapal selam tonnase kecil dan menengah dan banyak sekali kapal patrol
dan unit-unit transport.
Masalah besar pertama yang
dihadapi Italia dalam memenuhi permintaan Jerman adalah cara menyebarkan
unit-unit ini di Laut Hitam. Logikanya, solusi yang masuk akal adalah
lewat transportasi darat, semenjak Selat Dardanelli, Turki ditutup
berdasarkan konvensi internasional dari kegiatan lalu lintas militer.
Dalam upaya memecahkan masalah ini Pimpinan Angkatan Laut Italia
membuktikan diri dan imajinasi dengan mempersiapakan dalam waktu singkat
sebuah iring-iringan pasukan (column) yang terdiri dari 28 kendaraan
bermotor, 3 traktor, 9 truk, tanki bahan bakar dan kereta gandeng
(trailers). Iring-iringan panjang kendaraan ini meninggalkan pangkalan
La Spezia pada tanggal 25 April dan berhasil melewati banyak sekali
rintangan dan kesulitan (para pengemudi dan insinyur dalam beberapa
kejadian, harus meledakkan bangunan-bangunan di sepanjang perjalanan
agar kendaraan-kendaraan ‘bagong’ ini dapat lewat), iring-iringan ini
berhasil mencapai Wien, dimana kemudian kapal-kapal ini diluncurkan di
perairan Danube. Dari titik ini mereka mencapai pelabuhan Constanza,
Rumania pada 2 Mei, semua unit Italia ini akhirnya mencapai pelabuhan
Yalta, yang kemudian yang kemudian menjadi pangkalan operasi mereka
Dari
Mei 1942 hingga Mei 1943, unit-unit Italia melaksanakan aktifitas
intense dan secara gemilang, berhasil menenggelamkan kapal-kapal milik
Rusia yang pada akhirnya menimbulkan penghargaan dan pengkauan untuk
unit-unit Italia dari sekutu Jerman mereka dan bahkan dari musuhnya,
Rusia
Pada tanggal 11 dan 13 Juni 1942, kapal MAS men-terpedo dan
menenggelamkan sebuah kapal uap dengan bobot 5.000 ton dan kapal
transport berbobot 10.000 ton (rusak parah, kemudian ditenggelamkan oleh
pesawat Junker 87 Jerman). Dipecah dalam beberapa kelompok, dengan
tujuan taktis dan keamanan, diantara pangkalan Yalta dan Feodosia,
unit-unit Italia harus menghadapi serangan udara yang intense dari musuh
mereka, Rusia di daerah itu memiliki lebih dari 700 pesawat, terdiri
dari pesawat tempur, pembom dan pesawat intai. Dikarenakan tidak dapat
mengandalkan perlindungan udara yang cukup (Pihak Jerman, yang sedang
terfokus dalam upaya untuk menaklukkan sistim pertahanan Sevastopol dan
Balaclava dan front Mariupol, Rostov, Krasnodar, hampir tidak pernah
memberikan pengawalan udara bagi kapal-kapal Italia), MAS dan kapal
selam midget harus menelan kekalahan dan kerugian. Diwaktu fajar tanggal
13 Juni, sekelompok pesawat tempur Sovyet dan pesawat tempur-pembom Yak
dan Ilijushin, dibantu oleh selusinan kapal-kapal torpedo, menyerang
pelabuhan Yalta dan menyebabkan tenggelamnya kapal selam yang
dikomandani Letnan Muda,
Sottotenente di Vascello Farolfi. Tapi kerugian ini setidaknya dapat dikompensasikan atas dua kemenangan gemilang.
Akhirnya,
pada tanggal 15 dan 18 Juni, dalam sebuah operasi malam hari, kapal
selam midget CB – Class nomor 2 dan 3 berhasil men-terpedo dan
menenggelamkan kapal-kapal selam Sovyet S32 dan SHCH 306 (dengan bobot
displacement sekitar 1.070 dan 105 ton), yang sedang berlayar di permukaan.
Unit
terakhir dari kru Italia yang melanjutkan operasi di Laut Hitam adalah
kapal-kapal selam midget pertahanan pantai CB – Class, dimana,
berpangkalan Sevastopol yang baru, berhasil melaksanakan 21 misi, dari
Juni hingga Agustus 1943; diantara unit-unit ini hanya satu (dalam
rentang 25 hingga 26 Agustus) menghasilkan pencapaian yang positif : CB
yang dipimpin oleh Letnan,
Tenente di Vascello Armando Sibille
berhasil men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal selam Rusia dari
kelas yang tidak dapat didefiniskan. Setelah ini, kapal selam terakhir
ditarik dari kancah peperangan dan disimpan di pelabuhan Constanza,
Rumania, dimana pada Agustus 1944 kapal-kapal ini direbut pihak Rusia
Midget Jepang pada perang dunia II – Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Nippon Kaigun
Jepang memiliki armada kapal selam terbesar di wilayah Pasifik jika
sementara Jerman merupakan pemilik armada kapal selam terbesar di dunia
Angkatan
Laut Jepang juga berhasil membuat kapal selam midget dengan kecepatan
tertinggi dibandingkan dengan kapal selam midget yang diproduksi oleh
negara-negara lain. Mereka mengerahkan 78 kapal selam midget yang mampu
melaju dengan kecepatan 18,5 hingga 19 knots ketika menyelam, dan juga
membangun 110 kapal selam midget lainnya yang memiliki kecepatan 16
knots. Kapal selam midget buatan Jepang ini merupakan yang tercepat pada
saat itu. Setidaknya kecepatan standar mereka rata-rata di atas 10
knot.
Kapal selam midget Jepang diklasifikasikan dalam 1 kelas
utama, Ko–hyoteki – Class. Klasifikasi utama ini dibagi dalam3 tipe, A, C
dan D
Jepang mulai membuat kapal selam midget secara rahasia di
tahun 1930-an. Kapal-kapal selam ini dirancang untuk dioperasikan secara
rahasia.Kapal selam midget ini diangkut di dek belakang dari kapal
selam yang lebih besar dari
I – Class yang telah terlebih dahulu
mengalami penyesuaian. Ketika kapal selam midget mendekat tujuan akhir,
maka kapal selam midget ini akan dilepas dalam posisi menyelam.
Kapal-kapal selam mini Jepang sebenarnya diperuntukkan sebagai
tokkotai (kependekan dari
tokubetsu kogekitai, yang bermakna unit serang khusus, mungkin di Indonesia lebih familiar dengan istilah pasukan berani mati).
Walaupun
kapal selam induk yang meluncurkan midget akan berusaha untuk bertemu
kembali dengan kapal selam midget sesudah serangan dilakukan, namun kru
pengawak kapal selam midget menyadari bahwa kecil sekali kemungkinan
mereka akan kembali dengan selamat hingga mereka kemudian menuliskan
surat terakhir kepada anggota keluarganya, dan terbukti, tidak satupun
kapal selam induk berhasil menyelamatkan kru kapal selam midget sesudah
serangan atas Pearl Harbor, Sydney dan Diego Suarez.
Gambar : midget Jepang sedang ‘digotong’ kapal selam ‘induk’
Masyarakat Jepang pertama kali mendengar istilah tokkotai (unit serang khusus) pada tanggal 18 Desember 1941 dalam sebuah communiqué, pengumuman resmi tentang dimulainya Perang Besar Asian Timur Raya. Pihak militer Jepang juga kemudian memakai istilah tokkotai yang ditujukan untuk merujuk kepada pesawat kamikaze dan kepada senjata-senjata bunuh diri lainnya seperti torpedo kaiten dan kapal motor shinyo.
Walaupun kamikaze dan armada kapal selam midget direferensikan dalam
istilah yang sama, kru kapal selam midget digugah untuk berusaha kembali
dengan selamat, walaupun pada kenyataannya sedikit sekali yang berhasil
kembali, sementara pilot kamikaze
diperintahkan untuk tewas ketika menabrakkan pesawat mereka ke kapal
perang musuh. Meskipun begitu, seringkali terjadi pilot-pilot kamikaze kembali dengan selamat karena membatalkan misi mereka akibat cuaca buruk atau masalah mesin.
Angkatan
laut kekaisan Jepang juga mempergunakan kapal selam midget di
Guadalcanal, Kiska dan Filipina serta Okinawa dengan tingkat
keberhasilan terbatas.Pada tahun-tahun akhir peperangan, angkatan laut
kekaisaran Jepang hampir tidak lagi memiliki kapal selam induk untuk
men-transport/menggotong/meluncurkan kapal-kapal selam midget.
Foto
yang menampilkan kapal-kapal selam midget berjejer seperti cerutu
raksasa di dok kering Kure menjadi ironi kekalahan Jepang pada perang
dunia kedua.
Midget Jepang 1 – MidgetA/B – Class (A/B – Class)
Kapal-kapal selam midget Ko–Hyoteki (Target A) Ko Gata (Tipe A)
dilengkapi dengan motor listrik yang ditenagai 224 unit baterai 2 volt.
Tipe A dapat melaju dengan kecepatan 19 knot disaat menyelam. Unit ini
membawa 2 buah torpedo 17,7 inci.
Lima puluh kapal selam midget
dari tipe A berhasil dimanufaktur dan dipergunakan melawan kapal-kapal
perang Sekutu, dan terlibat pada penyerangan Pearl Harbor pada tanggal 7
Desember 1941.
Lima
kapal selam midget dari Tipe A dipersenjatai dengan torpedo tipe 97
diluncurkan dari 5 kapal selam induk tipe C1, ikut ambil bagian dalam
penyerangan Pearl Harbor. Tugas mereka adalah menyerang kapal-kapal yang
berusaha meninggalkan pelabuhan, tapi hanya 2 yang mencapai tujuan dan
tidak satupun yang berhasil kembali dengan selamat.
I – 16 tou,
penamaan yang dipakai bagi kapal selam midet yang diluncurkan dari kapal
selam induk I – 16 mengirimkan laporan radio di sore tanggal 7
Desember, melaporkan bahwa mereka berhasil menenggelamkan USS Arizona.
Dari penganalisaan fotografi yang dilakukan penyelidik independen dan
hasilnya diterbitkan oleh Akademi Angkatan Laut Amerika di tahun 1999
menyimpulkan bahwa kapal selam midget tipe A berhasil masuk ke dalam
pelabuhan dan berhasil menembakkan torpedo pada USS West Virginia dan
USS Oklahoma selama serangan udara berlangsung
Setelah penyerangan Pearl Harbor, modifikasi dilakukan atas rancangan awal tipe A dan variannya dinamai dengan
Type A Kai 1, (Improved version 1). Perubahan meliputi penambahan
improvedgyro compass, kompas non magnetic yang lebih baik, bilah bergerigi untuk memotong jaring yang dipasang di haluan dan di menara,
conning tower,
sebuah busur pelindung yang menyerupai bilah luncur yang diperuntukkan
bagi kemudahan maneuver ketika menghadapi rintangan, dan pelindung
baling-baling agar tidak tersangkut di jaring atau kabel bawah laut.
Tipe A yang telah diperbaiki ini-lah yang melakukan serangan atas
pelabuhan Sydney, dan Guadal Canal
Tiga unit dari tipe ini
menyerang pelabuhan Sydney di bulan Mei tahun 1942, tapi satu
diantaranya tenggelam sebelum berhasil melakukan misinya. Sedangkan
sisanya tenggelam dalam perjalanan kembali ke kapal selam transport
mereka. Walaupun begitu, ketiga kapal selam midget ini berhasil merusak
sebuah kapal.
Dua kapal selam midget dari tipe ini juga
berpartisipasi dalam penyerangan di Guadalcanal, terlibat pertempuran di
Diego Suarez, Madagaskar.Pada pertempuran Madagaskar, satu unit midget
hilang di lautan dan unit yang lain berhasil membuat kerusakan parah
pada sebuah kapal perang tua,
battleshipHMS Ramillies dan menenggelamkan sebuah kapal tanker minyak, British Loyalty.
Kapal
selam midget Otsu Gata (Tipe B) merupakan varian pertama yang
dilengkapi dengan mesin diesel (40 hp/25 kw) dan memiliki haluan yang
lebih panjang untuk penempatan mesin ini. Semua spesifikasi dari tipe B
sama dengan tipe A, kecuali ukuran panjang (24,9 m vs 23,9 m),
displacement, bobot alih (47 ton vs 46), dan kecepatan permukaan (6 knots vs 19).
Mesin diesel kapal selam midget tipe B memungkinkannya memiliki radius 500 mil laut (
nautical miles,
nms)
dan kecepatan 6 knot (berlayar di permukaan), 15,8 nms pada kecepatan 9
knot dan 84 nms pada kecepatan 6 knots ketika berlayar dalam posisi
bawah air dengan mempergunakan motor elektrik
Midget Jepang 2 – MidgetC – Class (C – Class)
Ko-Hyoteki (Target A) Hei Gata (Tipe C) – Class merupakan versi
perbaikan dari kapal selam midget tipe A. Tipe C dilengkapi dengan
generator diesel untuk mengisi ulang beterai dan untuk dipergunakan
ketika berlayar di permukaan.Dalam waktu singkat, kapal selam midget
tipe C dapat mencapai kecepatan 19 knot ketika menyelam. Mereka masing
masing dilengkapi 2 buah peluncur torpedo 17,7 inci.
Gambar : Midget C – Class, Nippon Kaigun
Empat
puluh tujuh unit kapal selam midget tipe ini berhasil dimanufaktur
hingga akhir perang, tapi hanya 15 yang terjun ke kancah peperangan dari
pangkalan Okinawa dan Filipina
Midget Jepang 3 – MidgetD – Class (D – Class) Kairyu, Sea Dragon,
Naga Laut merupakan kelas kapal selam midget yang dirancang pada tahun
1943 hingga 1944, dan dimanufaktur pada awal tahun 1945. Kapal-kapal
selam ini dipersiapkan untuk menghadapi invasi angkatan laut Amerika ke
Tokyo.
Gambar : Midget D – Class, Nippon Kaigun
Kapal
selam midget kelas D diproduksi dengan jumlah yang jauh lebih banyak
dari tipe A dan tipe C. Sejumlah 210 unit berhasil dimanufaktur hingga
akhir perang dan hampir sekitar 500 diataranya dalam proses konstruksi
dari total rencana 750 unit. Sebagian besar dari midget tipe ini
dikonstruksi di galangan kapal Yokosuka
Lebih dari sekedar
versi perbaikan dari rancangan kelas-kelas sebelumnya, kapal selam
midget ini merupakan rancangan baru. Merupakan kapal selam midget
terbesar, dengan bobot 60 ton dan panjang 86 kaki, dan kemampuan
menyelam 328 feet, kapal selam midget ini memiliki 5 kru dan dilengkapi
dengan 2 buah torpedo berikut dengan sebuah bahan peledak seberat 600 kg
(1.300 lb) yang diperuntukkan bagi misi bunuh diri.
Sebagian besar kapal selam midget
Kairyu
berpangkalan di Yokosuka untuk mempertahankan pintu masuk Teluk Tokyo
dari invasi Amerika ke dataran Jepang.Sebagian dari kapal selam ini juga
ditempatkan di Teluk kecil Moroiso dan Teluk kecil Aburatsubo di ujung
Selatan Semenanjung Miura dimana di lokasi itu sebuah sekolah pelatihan
pengawak kapal selam juga telah didirikan.
Karena Jepang menyerah
pada bulan Agustus 1945, setelah pemboman Nagasaki dan Hiroshima,
sedikit sekali dari kapal-kapal selam midget ini terjun bertempur
Midget Jerman pada perang dunia II, Kriegsmarine
Jerman menciptakan tidak hanya midget pada saat perang dunia kedua,
tapi juga membuat torpedo yang langsung dikendalikan manusia.
Prestasi
yang diraih midget Jerman tidaklah seheboh kapal selam U – Boat mereka,
apalagi aplikasi teknologi midget mulai diterapkan pada babak akhir
peperangan.
Jerman memiliki 4 tipe kapal selam midget namun hanya satu yang patut dinyatakan berhasil.
Midget Jerman 1 – MidgetBiber – Class (Beaver – Class)
Kapal selam ini diawaki oleh satu orang dengan bobot 6,5 ton dan dapat
menenteng 2 terpedo di ketiaknya. Memiliki kemampuan radius 130 mil
dengan kecepatan permukaan 6 knots dan 8,5 mil dengan kecepatan 5 knots
disaat menyelam. Kapal ini memiliki kemampuan selam 65 kaki tapi tidak
dapat meluncurkan torpedo dari bawah air dikarenakan masalah kemampuan
mempertahankan kedalaman.
Gambar : midget Biber – Class, Kriegsmarine
Biber
dikembangkan secara tergesa-gesa guna mengantisipasi invasi sekutu di
Eropa.Ujungnya, terdapat kesalahan-kesalahan teknis.Pelatihan yang tidak
memadai untuk operator-operatornya, mengakibatkan midget-midget ini
tidak terlalu menjadi ancaman yang nyata bagi kapal-kapal sekutu,
walaupun begitu 324 unit berhasil diproduksi dan diterjunkan ke
lapangan.
Biber ambil bagian dalam banyak misi, tapi sedikit
sekali diataranya yang dapat kembali dengan selamat.Contohnya, dalam
operasi pertama Biber, 14 unit ambil bagian.Hanya 2 unit yang mencapai
daerah operasi.Pada tahun 1944, Biber disebar melawan lalu lintas sekutu
yang mengarah ke Antwerp.Dalam serangan pertama, 18 unit dikirimkan dan
hanya 1 yang kembali ke pangkalan.Mereka hanya berhasil menenggelamkan 1
buah kapal – bernama Alan A Dale.Ini merupakan satu satunya kapal yang
berhasil ditenggelamkan oleh sebuah Biber.Operasi lanjutan di daerah itu
menghasilkan kerugian atas lebih dari 30 unit Biber.
Midget Jerman 2 – MidgetMolch – Class (Salamander – Class)
Kapal dengan bobot 11 ton yang diawaki 1 orang ini dirancang untuk
pertahanan pantai.Berbentuk seperti sebuah torpedo besar, kapal selam
ini memiliki radius kecil 40 mil dengan kecepatan 5 knot dan dapat
menenteng 2 terpedo.Kapalmidget selam ini dirancang hanya untuk berlayar
secara menyelam saja.
Gambar : Midget Molch – Class, Kriegsmarine
Molch,
sebagai kapal selam midget Jerman, merupakan kegagalan total, walaupun
393 diproduksi, namun jumlah kerugian juga amat tinggi.Unit pertama dari
393 unit yang diproduksi mulai diserahkan pada tanggal 12 Juni 1944.
Kesemua unit dibuat di galangan AG Weser di Bremen
Molch –
Class telah diterjunkan di Laut Mediterania dalam sebuh aksi putus asa
melawan operasi ‘Dragoon’ (invasi atas teluk Riviera Prancis). Ke-12
Molch ini merupakan bagian dari armada K – Verband 411
flotilla
dan pada malam tanggal 25/26 September 1944 mereka menyerang,
menenggelamkan atau merusak kapal yang jumlahnya tidak dapat dikatakan
sepadan dengan kehilangan 10 dari 12 unit yang diterjunkan. 2 unit yang
tersisa dihancurkan oleh pemboman laut yang dilakukan sekutu atas San
Remo tidak lama sesudahnya
Dari Januari hingga April 1945, kapal
selam midget Molch dan Biber telah dikirimkan untuk melaksanakan 102
sorti, menderita kekalahan atas 70 unit-nya dan hanya berhasil
menenggelamkan 7 kapal-kapal kecil dengan total 491 ton dan merusak 2
kapal dengan total 15,516 ton
Sistim tanki yang rumit membuat
kapal selam midget ini sulit dikontrol dalam operasi perang… Mengacu
kepada ke-tidak efektif-an ini, unit ini kemudian dijadikan wahana
pelatihan untuk kapal selam midget yang lebih canggih.
Midget Jerman 3 – MidgetNeger – Class (Negro – Class)
Neger merupakan wahana pembawa torpedo.Walaupun tidak dirancang sebagai
senjata bunuh diri, torpedo yang dibawa seringkali gagal dilepaskan
dari kapal selam ketika ditembakkan dan akhirnya menyeret kapal selam
tersebut menuju target.
Gambar : Midget Neger – Class
Sekitar
200 kapal selam dari tipe ini dimanufaktur di tahun 1944… Namun, Neger
ternyata amat berbahaya bagi kru pengawaknya, dan hamper 80% dari kru
pengawak tewas. Sedangkan pencapaian yang didapat hingga tahun 1944
adalah tenggelamnya 1 kapal penjelajah, 1 kapal perusak dan 3 kapal
penyapu ranjau dari kelas kecil, Catherine – Class BAMS
Midget Jerman 4 – MidgetSeehund – Class (Seal – Class)
Kelas kapal selam midget terakhir adalah Seehund, merupakan
keberhasilan Kriegsmarine dalam upaya mereka menyempurnakan kapal selam
jenis ini.. Dari 1000 yang direncanakan untuk dimanufaktur, hanya 285
yang berhasil diproduksi dan hanya 35 dari jumlah itu yang kalah dalam
pertempuran, sebagian besar karena cuaca yang buruk.
Kapal selam midget ini memiliki bobot
displacement
17 ton ketika menyelam, diawaki oleh 2 orang dan menenteng 2 torpedo
tipe G7e. Seehund memiliki radius 300 km dengan kecepatan 7 knots dan
mampu menyerang di permukaan dalam kondisi cuaca jelek hingga skala 4
Beufort tapi nyaris harus berada pada posisi diam ketika melancarkan
serangan dalam kondisi menyelam. Sekitar 50 Seehund dilengkapi dengan
tanki bahan bakar tambahan yang memberikan mereka radius 300 mile pada
kecepatan 7 knot di permukaan dan 63 mil dengan kecepatan menyelam 3
knot.
Gambar : Midget Seehund – Class, Kriegsmarine
Karena
ukurannya yang kecil membuatnya sulit dideteksi ASDIC (sonar), apatah
lagi pengawasan normal oleh kapal patroli.Kapal selam midget ini juga
amat senyap, membuat pelacakan dengan mempergunakan hydrophone menjadi
mustahil.Kemampuan kru-kru kapal selam midget ini untuk melakukan
manuver yang presisi seringkali membuat kapal selam ini berhasil
menembus daerah ranjau laut laut atau menghindari bom laut yang
dilontarkan kapal-kapal perang sekutu.
Singkatnya, kapal selam midget dapat dipergunakan dalam operasi rahasia,
clandestine yang tidak dapat berani dieksekusi oleh kapal selam berukuran normal.
Uniknya
lagi, midget tipe Seehund ternyata agak kebal dengan bom laut (depth
charges) dikarenakan bobotnya yang kecil, efek gelombang kejut hasil
ledakan bom itu hanya membuatnya terpental ke kanan maupun ke kiri,
tanpa terlalu banyak menimbulkan kerusakan (tapi tentunya tidak begitu
nyaman bagi kru pengawaknya)
Utamanya dioperasikan pada Pantai
Jerman dan Terusan Inggris, menyerang kapal-kapal dagang.Menenggelamkan 9
dan merusak 3 kapal dagang.Namun, karena dirancang pada tahun 1944 dan
hanya dipergunakan pada bulan-bulan akhir peperangan, maka unit ini
tidak terlalu terlibat banyak pada pertempuran. Dari Januari hingga
April 1945 kapal selam midget Seehund telah dikirim untuk melakukan 142
sorti, dengan jumlah kerugian 35 kapal dan hanya menenggelamkan 8 kapal
dengan total 17.301 ton dan merusak 3 kapal dengan total 18.384 ton.
Walaupun sebenarnya diperuntukkan untuk tujuan
offensive/menyerang, Seehund juga difungsikan sebagai ‘
Butter Boat’
di bulan bulan terakhir perang dunia kedua, membantu mengirimkan suplai
bagi tentara Jerman yang terpojok di pantai akibat invasi Sekutu ke
daratan.
Kekuatan Korps Hiu Kencana pada jaman orde lama Kekuatan
angkatan bersenjata Republik Indonesia, salah satunya Korps Hiu Kencana
TNI – AL dengan armada kapal selamnya di era 60–an begitu ditakuti dan
disegani di belahan bumi bagian Selatan, hingga membuat Belanda harus
angkat kaki dari pulau Irian pada saat operasi TRIKORA atau membuat
India mengurungkan niatnya untuk konfrontasi dengan Pakistan, hal ini
merupakan contoh sukses misi dari Korps Hiu Kencana. Dengan kekuatan 12
Unit Kapal Selam dari Whiskey Class yang memakai nama senjata – senjata
para ksatria dan dewa dalam dunia pewayangan menambah angkernya Korps
ini. KRI Cakra, KRI Nenggala, KRI Pasopati, KRI Tjandrasa, KRI Aludra
hingga KRI Nagabanda adalah nama –nama yang memperkuat Armada Kapal
Selam TNI – AL. Dengan Armada Kapal Selam yang dimiliki oleh TNI – AL
ini menjadi posisi tawar tinggi dalam langkah diplomasi militer hingga
membuat Belanda berpikir seribu kali untuk terus menjejakkan kakinya di
Bumi Cendrawasih Irian,bahkan sekutu utama Belanda yaitu AS, Inggris dan
Australia berpikir ulang bila ingin menghadapi kekuatan TNI pada saat
itu.
Kemampuan manuver korps hiu kencana
Kemampuan Manuver Korps Hiu Kencana
Cuplikan pertama
Pada waktu kedatangan 12 kapal selam kelas whiskey dari Uni Soviet,
arsenal ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian
dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan
infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut
Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono
berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara
pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.
Atas keberhasilan
ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres
No.14/1963.Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi
seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada
perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.
Cuplikan kedua
Tahun 1963-1964, RI Nagabanda ditugaskan ke Indonesia bagian
timur.Semua kapal yang berlayar dibawah kendali Panglima Komando Armada
Siaga, Panglimanya waktu itu Komodor R.P Poernomo.
Diwaktu itu
sudah mulai ada ketegangan dengan Malaysia yang akan dimerdekakan
Inggris. Malaysia dan Singapura termasuk serumpun dalam persemakmuran
Inggris begitu juga dengan Australia, bukan tidak mungkin apabila
terjadi konfrontasi hampir dipastikan Australia akan ikut campur, oleh
karena itu diputuskanlah melakukan pengintaian di perairan australia.
Kapal
meninggalkan Surabaya menuju kupang. Sampai di Timor kapal lego jangkar
di muka pelabuhan satu hari, menambah logistik makanan segar, lalu
angkat jangkar dan berlayar ke arah Selatan. Berlayar pada siang hari
menggunakan snorkelling sambil isi baterei, sedang malam hari berlayar
diatas air.garis haluan dibuat sedemikian rupa sehingga jarak ke pantai
Australia tidak kurang 50 mil.
Setelah kira-kira berada di sebelah
barat kotaPerth, udara di dalam kapal terasa dingin tidak seperti
biasanya yang panas. Karena dari surabaya tidak dilengkapi dengan
pakaian dingin maka saya putuskan untuk putar haluan ke utara, kembali
ke kupang.
Pada saat kapal akan menuju ke kupang , ada usulan dari
perwira administrasi , letnan Ali Kamal, : ” komandan untuk menandai
bahwa RI Nagabanda sudah berada di perairan barat australia , sebaiknya
kita buang sampah di sini”
Saya setujui usul tersebut, maka saya
perintahkan untuk mengumpulkan kaleng-kaleng bekas makanan khususnya
yang made in Indonesia serta sampah yang lain dan kami buang ke laut.
Dalam melaksanakan tugas ini, RI Nagabanda berhasil masuk perairan Barat Australia tanpa diketahui oleh kapal-kapal Australia.
Cuplikan ketiga
Tahun 1964 dalam rangka tugas pada masa Konfrontasi dengan Malaysia, RI
Nagabanda 403 mendapat tugas untuk mengambil foto-foto pantai Trengganu
untuk persiapan pendaratan pasukan di semenanjung Malaysia.
Untuk
operasi ini ikut seorang agen dari BPI (badan pusat Intelejen) untuk
turut menganalisa keadaan… singkat cerita KS dapat mencapai pantai
Trengganu hingga jarak 2 mil dari pantai dan mulai mengambil gambar
pantai Trengganu. Pada jarak itu KS sudah dapat dilihat dengan jelas
oleh nelayan di sana.
Pada saat pemotretan juru sonar mendengar
suara baling-baling yang kemungkinan adalah fregat Inggris, untuk itu
maka KS segera bergerak meninggakan perairan Malaysia dan karena
kemungkinan besar KS sudah terlihat oleh nelayan Malaysia maka KS
berlayar ke kepulauan Riau dan di antara pulau-pulau itu KS RI Nagabanda
403 lego jangkar dan anak buah kapal diperintahkan menghapus no lambung
403 dan mengubahnya menjadi 410. Dalam waktu kurang dari 2 jam RI
Nagabanda dengan no palsu 410 sudah berlayar kembali dan benar ada
pesawat RAF jenis Skeleton terbang di atas kapal sambil memberikan lampu
isyarat menanyakan identitas kapal tapi tidak dijawab malah awak kapal
menyiapkan 12,7mm untuk menembak tapi dilarang oleh pusat karena belum
ada deklarasi perang dengan Inggris.
Dari itu sebenarnya berita KS
Nagabanda 403 sudah masuk Malaysia sudah diketahui Inggris dari laporan
nelayan tapi setelah dicari malah mereka mendapati KS 410, mereka nggak
bisa menindak karena yang mereka cari 403…
Akhirnya kapal tiba dengan selamat di Tanjung Uban Riau…
Cuplikan keempat
Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus tempur laut) TNI AL mendapat perintah dari
Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan
TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut
terdapat KS KRI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan
Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.
Pada saat
pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan Medan mereka
sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu
“untuk ape…!?”kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan
mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tersebut
setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya
masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan
berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia
pada etape II.
Dengan penolakan secara tidak etis tersebut
komandan KS KRI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan
Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam-diam Komandan KS
ingin memberi pelajaran kepada TLDM.
Pada etape I setelah selesai
berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan
berkonvoi menuju Penang…dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang
tiba-tiba KS KRI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik
rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal
Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur
urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.
Pada
etape II KS KRI Pasopati melakukan free hunting (tidak mengikuti) pola
patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai
seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang.Di sini awak KS KRI
Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan
ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam
padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak
Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari didekati
oleh KS secara diam diam dan…setelah tinggal jarak beberapa meter dari
lambung kapal mereka…Muncullah dengan tiba-tiba KRI Pasopati dan
membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka..maka gemparlah
pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel
sama KS Pasopati.
Malamnya Dan Guspurla datang kepada Dan
KRI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata “Jangan
Sembrono lagi ya…”, dijawab “Siap Laksamana”….
Cuplikan kelima
Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara TNI AL dengan RAN
(Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke
Surabaya.
Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara P.
Bali dengan area latihan sebesar 10 mil persegi, sebagai sasaran adalah
KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat TNI AL dan RAN.
Dalam
latihan, kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka
membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah
laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas
fregat RAN. LO (Liaison Officer, perwira penghubung) dari TNI AL yang
ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat
RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi
sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah
canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup
sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul
kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudah muncul dekat fregat
RAN… Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar
“ping” dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka…kenapa KRI
Pasopati bisa menghindari Sonar mereka
Cuplikan keenam Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Februari 1976 s/d 26 Maret 1976.
Pada
saat itu KS KRI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota
Baucau, tiba-tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling
mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke
kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih
tanpa ada satu kapal-pun disana.
“Juru sonar, berapa baringan dan
kecepatan?” tanya komandan. “Baringan 040 kecepatan 10 knots Ndan” jawab
juru sonar.Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal
disitu.Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang
mendekat.Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita
dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.
“Siapkan
torpedo untuk ditembakkan” perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru
sonar berkata “Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!”
Ternyata
KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan
Timtim…dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada
VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka
yang KSnya bisa secepat itu pada masa itu…
Cuplikan ketujuh
Dulu ada armada VIIAS yang mau lewat selat sunda tapi tanpa permisi,
pas kehadirannya sudah diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu
sekitar selat sunda…lalu diberi peringatan radio…tetap sombong acuh
saja…lalu setelah ada perintah dari pejabat berwenang yang tertinggi
dalam hal ini..dengan perintah…
“lakukanlah segala sesuatu yg
menurut kalian adalah benar demi menjaga kehormatan NKRI, semuanya
terserah kalian!”…lalu setelah beberapa saat kontak tidak ditanggapi…
KSRI melakukan jibaku (dengan maksud untuk mendekati mau mengawal biar
tidak macam-macam tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk
armada VII AS)..pergerakan KS yg semakin medekat kapal induk dan
mematikan sinyal radio…sangat menggentarkan mereka… karena pikirnya
kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh KS RI tersebut…pada
detik-detik kritis kapal induk armada VII& rombongan pengawalan
berbalik arah putar haluan tidak jadi lewat selat sunda tapi ambil arah
ke Australia…akhirnya semua kruKS RI berteriak hore kita
menang…jalesveveva jaya mahe…jayalah negeriku Indonesia dilaut!!!
Cuplikan kedelapan
Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI AL
baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari Kiel Jerman
Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung Surabaya, pada saat itu pula
negara-negara NATO juga sedang melakukan latihan perang anti kapal selam
di laut Mediterania. Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan
kawasan jalur pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut.Dan
ketika kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam
posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda menyelam dan
melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan latihan perang anti
kapal selam oleh NATO sementara awak kapal selam U 209 kita belum
mengetahui kalau sedang ada latihan perang tersebut di atas permukaan
para awak mendeteksi adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal
permukaan. Dan karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka
para awak kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda
dari menyelam ke moda muncul di permukaan.Dan pada saat muncul di
permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah konvoi kapal
perang Angkatan Laut negara-negara NATO.
Dan dari kejadian
tersebut diketahui bahwa kapal-kapal permukaan Angkatan Laut
negara-negara NATO tidak ada satupun yang mendeteksi kehadiran kapal
selam U 209/1300 milik TNI AL dan singkat kata kedua belah pihak baik
TNI AL dan Angkatan Laut negara-negara NATO sama-sama terkejut.
Dan
dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal selam U
209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa dideteksi dengan
sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara Angkatan Laut NATO yang
tergolong modern dan sangat maju.
Cuplikan kesembilan OPERASI “CAKRA SEHAT” (2 April 86 s/d 15 Juni 86)
Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke Jerman untuk Perbaikan Besar
Rute-rutenya adalah:
Surabaya
– Jakarta, Jakarta – Colombo (Srilangka), Colombo – Jibouti (di
Afrika), Jibouti – Port Suez – Port Said (Mesir), Port Said – Cadiz
(Spanyol), Cadiz – Hamburg – Kiel (Jerman)
Perjalanan ini membawa
KS KRI Cakra yang sudah banyak kerusakan, tidak mempunyai periskop
navigasi karena periskop navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang
periskop navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401
hanya mengandalkan periskop serang saja.Tapi KS KRI Cakra 401 membawa
torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya – Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.
Perjalanan Jakarta – Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui penyelaman maupun permukaan..
Perjalanan
Colombo – Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan pada etape ini mulai
ada gangguan tehnis yaitu baterai mulai banyak yang drop dengan cepat,
jadi kapal sering melakukan snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat
itu masuk bulan Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah
puasa walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.
Perjalanan Jibouti – Port Suez – Port Said ditempuh dalam waktu 12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.
Port
Said – Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan Pulau
Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-baling berjarak
sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang snorkeling mengisi
baterai langsung menghentikan snorkeling dan bersiap menyelam lebih
dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar “ping” (sonar aktif) tanda KS sedang
dideteksi oleh kapal lain. Karena bukan suasana perang komandan kapal
memerintahkan untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2
pesawat F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera
MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu dari
Portugal mendekat “what ship…?” tanya mereka, dijawab dengan kode
internasional “This is PKOB the Indonesian Man of War”, “Destination
Cadiz Spain”. Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2 fregat itu tetap
mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.
Cadiz –
Hamburg – Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat Ied
dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl mungkin ini
satu-satunya sholat Ied dibawah laut (dalam KS) khotbah Ied dibawakan
oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris periskop satu satunya yang
berfungsi mendadak tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik
ternyata ada pin konektor yang putus kemudian diakali oleh awak kapal
dengan mengganjal dengan jarum pentul dan berhasil,
Singkat kata
KS akhirnya masuk ke Kiel dan naik dok HDW…komentar orang HDW “kok kapal
masih “bagus” begini sudah dibawa kemari?” sambil geleng-geleng kepala
dan mengacungkan jempol. Jawab ABK “Katanya setelah 5 tahun harus
overhaul” .
Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa
langsung ke Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik
dengan kapal tunda…..TABAH SAMPAI AKHIR.
Cuplikan kesepuluh Membuat kesal P3 Orion AL Prancis
Setelah
setahun berada di Jerman untuk Overhaul maka U 209 KRI Cakra 401
kembali ke Indonesia (16 Juni 1987 sampai 13 Agustus 1987)…dalam
pelayaran yang cukup lama itu KRI Cakra menghadapi berbagai kendala
seperti kemudi horizontal tersangkut jaring nelayan di selatan Sicilia
Italia, tapi semua bisa ditanggulangi oleh awak kapal kita.
Ada
suatu hal yang lucu yaitu ketika KRI Cakra melewati terusan Suez dan
masuk Laut Merah ternyata dari perairan Jibouti KS kita sudah diintai
oleh P3 Orion milik AL Perancis yang ingin mengambil data-data tentang
KRI Cakra.
KRI Cakra belayar dengan menyelam 75meter dibawah
permukaan, dan P3 Orion melemparkan Sonobuoy untuk mendeteksi KRI Cakra,
bukannya malah menghindar Komandan kapal memerintahkan kapal muncul
kepermukaan dan awak kapal disuruh mengambil Sonobuoy tersebut dan
dibawa masuk ke kapal setelah transpondernya dimatikan.
Kemudian
kapal menyelam dengan membawa “souvenir” dari AL Perancis ke
Indonesia.Awak P3 Orion pasti kebingungan kehilangan targetnya.
Sejarah alih teknologi midget pada zaman perang kemerdekaan
Usaha
membuat kapal selam mini yang dilakukan oleh anggota-anggota ALRI
dibawah pimpinan D. Ginagan di Purosani.Kapal selam itu berukuran
panjang 7 meter, lebar 1 meter dan berat 5 ton.Setelah selesai diuji
coba di Kalibayem, Yogyakarta. Kemungkinan anggota ALRI kita mendapatkan
asistensi dari kru pengawak kapal selam Jerman, Kriegsmarine pernah
memiliki kantor perwakilan di Indonesia
Sumber alih teknologi midget saat ini Indonesia sudah dan dapat menjalin kerjasama alih teknologi midget dari negara-negara berikut :
- Pakistan,
di zaman orde baru, TNI AL pernah mengirimkan perwira-perwiranya untuk
melaksanakan studi banding dan alih teknologi kapal selam midget dari
angkatan laut Pakistan, kala itu TNI AL dipimpin oleh , KSAL Laksamana
Arief Kushariadi.
- Korea Utara, dalam rangka menjalin kerja sama
dalam bidang pertahanan, negeri ini pernah menawarkan Mini Submarine
atau Litoral Submarine (midget) kepada negara kita.
- Korea Selatan, kontrak pembuatan Kapal Selam tipe 209 Changbogo telah di lakukan dengan kesepakatan melakukan ToT kepada PT PAL.
- Iran,
berbagai penawaran kerjasama pertahanan telah ditawarkan oleh negara
yang sedang diembargo Barat ini kepada kita, dan terbukti, Iran secara
aktif mengoptimalkan armada midget mereka menghadapi armada NATO.
Peluang alih teknologi untuk advance submarine dan advance midget submarine
Kita
berharap PT PAL dan BUMNIS yang telibat bukan hanya mampu membuat
Changbogo Class tapi juga bisa terlibat dalam “Join Production” dalam
pembuatan DSX-3000 Class yang tengah dikembangkan oleh DSNE Korsel
Melalui
kontrak pembelian kapal selam kilo – class maupun advance kilo/amur –
class , kita berharap setidaknya ToT yang kita sepakati dengan Rusia
dapat melengkapi kekurang teknologi kapal selam kita. Transfer teknologi
pelapisan anti sonar (versi pengembangan lanjutan atas serat alberich)
dan sistim peluncuran rudal dari wahana kapal selam mutlak harus
dimiliki, selain ToT teknologi rudal itu sendiri, tentunya
Melalui
kontrak pembelian kapal selam U-214 dari Jerman, kita berharap
kewajiban akan ToT dapat dipenuhi berdasarkan amanat undang-undang. Alih
teknologi lambung besi non magnetic tentu tidak gampang didapat, namun
juga bukan berarti mustahil untuk dinegosiasikan
Sebuah opini pribadi Menurut saya, ada empat hal penting yang patut dijadikan acuan ketika kita berdiskusi tentang midget…
Satu… Pembuktian sejarah ketika alat tersebut dipakai di medan pertempuran,
battle proven
- Ya…
Sejarah telah membuktikan (walaupun belum optimal) peran strategis yang
telah dimainkan midget pada perang dunia kedua, di saat teknologi kapal
selam belum semaju sekarang.
Kedua… The man behind the gun
- Anggota
Korps Hiu Kencana telah lama membuktikan kualitas diri mereka dalam
setiap misi yang melekat pada korpsnya… Semangat juang dan
profesionalisme merupakan tradisi yang melekat… dan mudah-mudahan
diturunkan ke generasi berikutnya
Ketiga… Alih teknologi
- Teknologi
yang kita dapatkan disaat kita belajar membuat kapal selam berukuran
standar dapat diaplikasikan pada kapal selam midget… hanya perlu
mengecilkan ukuran, downsizing. Terlebih jika rudal S – Club dapat di-downsize juga… memberikan efek berganda atas deterrent yang ditimbulkan midget
Keempat… Jumlah
- Biaya
produksi yang murah… Jauh lebih murah ketimbang membuat sebuah kapal
selam berukuran standar… Membuat kita berpeluang membangun midget dalam
jumlah yang signifikan… Jika selama ini kita selalu mengeluh akan
keterbatasan kuantitas atas sebuah jenis senjata yang dimiliki TNI… maka
dengan midget, kendala itu teratasi
Saya berpendapat
bahwa satuan kapal selam midget tidak boleh hanya dijadikan salah satu
dari sekian banyak senjata yang kita miliki… tapi sebaliknya TNI AL
harus lebih serius mengkaji dan mengembangkan doktrin khusus bagi armada
midget yang dimiliki TNI AL.
Inilah pendapat saya… bagaimana dengan mu, wahai teman ?
Catatan :
PKOB (Papa Kilo Oscar Bravo) adalah
callsign atau kode internasional untuk kapal ber bendera/register port
Indonesia diberikan pada saat masih di galangan sebelum serah
terima..untuk kapal laut dan pesawat terbang yg ber-register Indonesia
berawalan PK…karena kita eks jajahan belanda, belanda sendiri kode awal
callsign-nya P seperti PDGH
Man – of – war
adalah sebuah frasa yang ditujukan kepada kapal perang, bertentangan
dengan peraturan umum dalam bahasa Inggris yang menyatakan bahwa semua
kapal bersifat feminim. Hal itu kemungkinan muncul karena hal berikut :
Men of war merupakan prajurit-prajurit yang dipersenjatai secara
lengkap. Sebuah kapal yang penuh dengan prajurit yang dipersenjatai
dengan lengkap akan dipanggil dengan panggilan ‘kapal man of war’.
Berjalan dengan waktu, kata kapal dianggap tidak perlu dan dihilangkan
dan tinggallah frasa – ‘a man of war’
(A phrase applied to a line
of battle ship, contrary to the usual rule in the English language by
which all ships are feminine. It probably arose in the following manner:
‘Men of war’ were heavily armed soldiers. A ship full of them would be
called a ‘man-of-war ship.’ In process of time the word ‘ship’ was
discarded as unnecessary and there remained the phrase ‘a man-of-war.’”
—Talbot in Henry Fredrick Reddall Fact, fancy, and fable, 1892, p. 340
ASDIC,
lebih dikenal orang Amerika sebagai sonar, pada dasarnya merupakan
sebuah transmitter/pengirim – receiver/penerima yang mengirimkan
gelombang suara yang amat terarah ke dalam air. Jika gelombang suara itu
membentur objek yang sedang menyelam, maka gelombang suara tadi akan
dipantulkan dan diterima oleh receiver. Waktu yang ditempuh dari
pengiriman hingga gema diterima dijadikan dasar sebagai pengukuran
jarak, yang kemudian ditampilkan sebagai sebuah cahaya yang berkedip di
skala jarak.Dengan meletakkan Kepala transmitter hingga ia dapat
diarahkan seperti lampu sorot, posisi dari target dapat dibaca dari
kompas receiver. (by
Afiq0110).